Mendag Lembong: Penggunaan USD untuk impor China akan dikurangi

Merdeka.com - Presiden China, Xi Jinping bersedia meningkatkan kerjasama Bilateral Currency Swap Arrangement dengan Indonesia dari USD 15 miliar menjadi USD 20 miliar. Tawaran ini telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Antalya, Turki.

Menteri Perdagangan, Thomas Lembong menjelaskan, kerjasama ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dalam transaksi perdagangan antara Indonesia dan China.

Menurut Thomas, dalam setahun nilai impor Indonesia dari China bisa mencapai USD 30 miliar. Melalui kesepakatan BCSA ini, angka tersebut bisa dikurangi dengan penggunaan mata uang China, Renminbi.

"Jadi katakan USD 30 miliar kita impor dari China, sepertiga saja digeser ke Renmimbi itu bisa mengurangi permintaan terhadap dolar USD 10 miliar per tahun, jadi kita enggak harus susah payah kejar-kejar dolar," kata Thomas di Hotel New World, Makati, Filipina, Rabu (19/11).

Lebih rinci Thomas menjelaskan, produk-produk yang ditransaksikan antara Indonesia dengan China akan menggunakan Renmimbi. Produk-produk tersebut pun di perjual-belikan di Indonesia maupun China menggunakan mata uang negara masing-masing. Oleh sebab itu, penggunaan USD berpeluang untuk dikurangi, terlebih lagi saat nilai tukar Rupiah anjlok terhadap USD.

"Dengan swap ini kita minta bank Mandiri, BNI, BRI, rupiahnya ditukar ke Renmimbi dan impor dari China bayarnya pakai Renmimbi jangan pakai dolar lagi sehingga sangat mengurangi permintaan dolar, dengan swap di exchange rate dari kedua bank sentral, harusnya dengan mudah kita bisa menukar rupiah kita dengan Renmimbi, jadi menghemat devisa dolar," paparnya.

Proses jual-beli antara Indonesia dengan China menggunakan mata uang Renmimbi sedang dipercepat. Targetnya, hal itu bisa terlaksana dalam beberapa bulan mendatang.

"Ini sedang didorong dengan gencar supaya bisa mulai diimplementasikan dalam beberapa bulan ke depan," tutupnya.