Menengok nasib pedagang di tengah ketidakpastian ekonomi & Rupiah terperosok
Merdeka.com - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) beberapa hari ini menjadi sorotan masyarakat. Sebab, nilai tukar sempat menyentuh level terburuk sejak 1998, yaitu di Rp 15.0000an per USD.
Namun demikian, pemerintah Jokowi-JK menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia sangat kuat dan kondisi saat ini berbeda dibanding saat krisis ekonomi 1998 silam. Cadangan devisa cukup tinggi, ekonomi tetap tumbuh dan inflasi sangat terjaga. Setidaknya itulah indikatornya.
Terlepas dari itu semua, sejumlah pedagang ritel di Tanah Air mengeluhkan kondisi perekonomian saat ini. Mulai dari bahan baku yang sulit hingga Rupiah yang melemah hingga membuat mereka terpaksa menurunkan margin keuntungan.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
-
Kenapa harga saham turun? Sebaliknya, jika kinerja kurang bagus juga bisa membuat harga saham jadi turun. Misalnya ketika mengalami penurunan pendapatan, perusahaan terkena isu negatif, hingga jika terlibat kasus hukum. Sentimen Pasar yang Positif Sentimen pasar maksudnya adalah persepsi investor terhadap kondisi pasar. Jika ada banyak orang yang melihat prospek perusahaan secara positif, hal tersebut bisa mendorong permintaan saham semakin meningkat dan harganya juga ikut naik. Berbeda jika sentimen pasar mulai berubah ke arah negatif. Misalnya saat perusahaan terkena kasus yang membuat kepercayaan investor hilang.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah melawan tekanan terhadap Rupiah? Dengan keyakinan dan kesabaran, mereka menangkal tekanan spekulatif terhadap Rupiah.
Merdeka.com mencoba merangkum nasib beberapa pedagang di tengah ketidakpastian ekonomi dan Rupiah terperosok saat ini.
Omzet anjlok
Pedagang pasar Tanah Abang sekaligus pemilik usaha garmen, Arnold mengeluhkan kelangkaan bahan baku untuk usahanya. Dia mengatakan, kelangkaan bahan baku sudah berjalan dua tahun ini. Jika bahan baku tersedia, harganya pun mahal.
"Sudah mau dua tahun ini. Kita kesulitan bahan baku. Mahal terus bahan bakunya tidak banyak. Kita juga kan gak bisa monopoli. Kalau dapat kita harus bagi-bagi dengan teman-teman (pengusaha garmen) yang lain," kata dia kepada Merdeka.com, di Jakarta, Selasa (11/9).
Dia mengakui kelangkaan bahan baku ini berdampak pada turunnya produksi dan kenaikan harga barang yang dijual di pasaran. Meski demikian, dia enggan merinci seberapa besar penurunan produksi dan kenaikan harga yang terjadi.
"Kan sudah hukumnya ya. Kalau barang itu berkurang, pasti harganya akan naik," jelas dia.
Hal inilah yang membuat omzet yang dia dapat tergerus secara signifikan. Saat ini, dia hanya bisa berharap agar kelangkaan bahan baku dapat segera teratasi.
"Kalau normal, bahan baku tersedia dan kita tidak susah untuk dapat bahan baku, sehari itu bisa dapat sekitar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta," ujarnya.
"Sekarang sehari Rp 3 juta. Itu hari biasa ya. Kalau hari Senin dan Kamis, dari daerah banyak datang belanja, kita bisa dapat dua sampai tiga kali lipat," tandasnya.
Keuntungan tak naik di hari libur
Kompleks Pasar Tanah Abang tampak ramai pada hari libur peringatan Tahun Islam 1440 Hijriah hari ini, Selasa (11/9). Pantauan merdeka.com, cukup banyak pengunjung yang memadati sudut-sudut pasar.
Meskipun demikian, keramaian tersebut tidak berdampak signifikan pada pendapatan para pedagang yang berjualan di pasar yang terletak di wilayah Jakarta Pusat tersebut.
Salah seorang pedagang, Arnold, mengatakan sejak pagi jumlah pengunjung yang datang tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.
"Kalau ramai atau tidak, hampir sama saja ya. Sekarang nggak bisa diprediksi," kata dia ketika ditemui Merdeka.com, di Blok A pasar Tanah Abang.
Hal ini berdampak pada jumlah pendapatan yang dia raup. Dia mengatakan tidak ada peningkatan pendapatan di hari libur Tahun Baru Islam ini. "Seperti hari-hari biasa saja. Sehari itu bisa Rp 3 juta," katanya.
Pedagang Pasar, kata dia, pada umumnya bisa mendapatkan pendapatan lebih di hari Senin dan Kamis. Sebab pada saat itu, banyak pedagang dari daerah yang datang membeli barang untuk dijual di daerah masing-masing.
"Hari pasar itu, yang ramai itu, hari Senin Kamis, umumnya mayoritas dua hari itu ramai. Hari Minggu dia dari sana, Senin dia belanja. Atau Rabu dia dari daerah, Kamis belanja supaya bisa kejar dijual pada hari Sabtu," tandas dia.
Naikkan harga jualan
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat masih terus terjadi dalam beberapa hari belakangan. Pada perdagangan kemarin, Rupiah ditutup di angka Rp 14,857 per USD. Kondisi ini membuat harga barang elektronik menjadi mahal.
Salah satu pedagang elektronik di Pasar Glodok City, Londo Supardi mengatakan, pihaknya menaikkan harga laptop sampai Rp 300.000 per unit sebulan belakangan. Kenaikan ini karena Rupiah telah menyentuh batas yang ditoleransi yaitu Rp 14.500 per USD.
"Kami naikkan, karena tadinya kami bikin prediksi Dolar cuma sampai Rp 14.500. Itu masih bisa kami toleransi dengan untung sedikit yang penting barang laku," ujar Londo di Pasar Glodok, Jakarta Pusat, Selasa (11/9).
Londo mengatakan, sejak awal tahun pedagang sebenarnya telah memprediksi kenaikan nilai tukar Dolar terhadap Rupiah. Untuk itu, pedagang menaikkan harga jual Rp 150.000 per unit.
"Jadi awal tahun kalau misalnya mba sering ke sini, kita udah naikkan itu harganya. Kenapa? Karena kita tahu bakalan naik terus, kita buat batas sampai Rp 14.500 dengan harga naik Rp 150.000. Tapi beberapa minggu naik terus, baca berita bahkan sampai sentuh Rp 15.000, kan bisa lagi. Jadi harus naik lagi," katanya.
Kenaikan ini, kata Londo, mendapat respon negatif dari masyarakat. Tak jarang masyarakat yang tadinya sudah membuat kesepakatan untuk membeli kemudian mengurungkan niatnya sambil menunggu gejolak Rupiah berhenti.
"Ada tuh beberapa yang sudah deal mau beli. Cuma belum bayar dan belum ambil. Kita terangkan harga naik, dia malah membatalkan. Ada yang begitu tiga sampai empat pelanggan," katanya.
Pedagang elektronik lainnya khusus speaker sedang dan besar, Jhosua juga merasakan hal yang sama. Barang dagangannya yang mayoritas impor juga terdampak dari pelemahan Rupiah.
"Naik jelas, tapi kan ini kebutuhan ya. Karena pasar kita untuk acara-acara tertentu. Mereka tetap beli. Tadinya sebelum Dolar Rp 14.800 kita korbanin untung untuk mempertahankan pelanggan. Sekarang sudah susah," kata Jhosua.
Jhosua mengatakan, untuk speaker sedang pihaknya menaikkan harga hingga 5 persen. "Mau tidak mau kita naikkan 5 persen untuk yang sedang. Kalau besar yaitu naik Rp 300.000 sampai Rp 400.000 tergantung spesifikasinya," paparnya.
Margin keuntungan anjok
Pedagang elektronik Pasar Glodok, Kevin mengatakan, kenaikan Dolar hingga Rp 14.800 per USD memang diluar prediksi. Pihaknya pun melakukan segala cara agar tetap dapat menjalankan usaha.
"Sempat heran ya, kok bisa sampai Rp 14.800 an. Bingung saja gitu, kita kan jualan barang banyak dari luar ya. Sempat mikir saja, harus gimana," ujarnya di Pasar Glodok, Jakarta, Selasa (11/9).
Salah satu cara yang dilakukan pedagang agar tidak gulung tikar adalah menurunkan margin keuntungan dari penjualan. Keuntungan yang diturunkan berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per unit.
"Ada beberapa yang kita turunkan keuntungannya. Ada yang Rp 50.000 ada yang Rp 100.000. Jadi kalau ditawar terlalu dalam, kita jelaskan kita cuma ambil untung sedikit," jelasnya.
Selain mengurangi margin keuntungan, pedagang juga mengurangi barang yang dibeli dari distributor. Untuk sementara, penjualan hanya mengandalkan barang yang masih ada.
"Kita tahan ambil barang dari distributor. Karena sudah pasti ambil sekarang mahal, dia pasti pakai kurs sekarang. Paling kalau ada yang pesan, mau barang type ini ya kita ambil. Tapi harganya kita kasih tau dulu. Biar kita nggak rugi," kata Kevin.
Kevin berharap pelemahan Rupiah bisa segera diatasi oleh pemerintah. Hal ini demi menjaga kelangsungan bisnis para pedagang. "Harapannya Rupiah kuat lagi. Biar kita jualan enak. Kita juga enggak punya modal besar kalau harus beli barang posisi kursnya mahal," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaHiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaBanyak dari produk tersebut mengandalkan bahan baku impor.
Baca SelengkapnyaBahan baku makanan minuman masih didominasi oleh impor dari luar negeri, sehingga hal itu memberikan efek terhadap Industri tersebut.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaSebelum adanya TiktokShop ini, pendapatan yang didapat dari penjualan baju gamis ini mendapatkan Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu memberikan bantuan bagi kelas menengah untuk mendorong daya beli kelompok masyarakat itu kembali bangkit.
Baca SelengkapnyaTeten mengunjungi beberapa pedagang untuk ditanyai perihal toko yang sepi pembeli.
Baca SelengkapnyaKusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaPasca serangan Iran ke Israel nilai tukar rupiah terus melemah, namun Ekonom BCA mengungkap fakta lain penyebab mata uang garuda anjlok.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca Selengkapnya