Menengok parahnya ekonomi Arab Saudi hingga diperingatkan IMF
Merdeka.com - Negara ekonomi terbesar di Timur Tengah, Arab Saudi mengalami kesulitan parah karena merosotnya pertumbuhan ekonomi. Ini sebagai dampak anjloknya harga minyak dunia, konflik regional serta menguatnya dolar Amerika Serikat (USD).
Bahkan International Moneter Fund (IMF) sebelumnya telah memperingatkan Arab Saudi kalau penurunan tajam harga minyak dunia akan melemahkan pertumbuhan ekonomi.
Dilansir dari CNBC, pertumbuhan ekonomi Arab Saudi diprediksi hanya 2,8 persen pada 2015. Pertumbuhan juga akan terus menurun hingga 2,4 persen pada 2016 mendatang. Padahal, 2014 silam, pertumbuhan ekonomi Arab Saudi masih menyentuh angka 3,5 persen.
-
Apa kelemahan Arab Saudi? 'Oleh karena itu, mereka sering kesulitan saat berhadapan dengan tim yang memiliki kecepatan tinggi, yang bermain dengan strategi menunggu dan mengandalkan serangan balik, seperti yang diperlihatkan oleh Thailand,' tambahnya.
-
Apa yang terjadi di Arab Saudi? Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan fenomena salju yang turun di tengah padang pasir di wilayah Al-Jaws di Arab Saudi.
-
Kenapa Arab Saudi melakukan embargo minyak? Ini adalah balasan bagi AS yang selama perang Yom Kippur terus menerus mengirimkan senjata ke Israel untuk melawan negara-negara Arab.
-
Siapa yang memimpin Arab Saudi saat embargo minyak terjadi? Embargo minyak dilakukan oleh Pemimpin Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud pada negara-negara pendukung Israel.
-
Siapa yang menilai kekuatan pemain Arab Saudi? 'Roberto Mancini adalah seorang pelatih yang luar biasa dan memiliki variasi strategi dalam setiap pertandingan, namun saya memiliki pengalaman yang cukup mengenai kemampuan para pemainnya serta Liga Arab Saudi,' ungkap Shin Tae-yong.
-
Siapa pemain Arab Saudi yang gagal cetak gol ke gawang Indonesia? Bintang Arab Saudi, Salem Al-Dawsari, tidak berhasil mencetak gol baru setelah gagal menjebol gawang Timnas Indonesia yang dijaga oleh Maarten Paes pada Jumat (6/9/2024) dini hari WIB.
Penjualan minyak tahun ini diprediksi hanya akan memberi kontribusi sebesar 24,2 persen pada perekonomian Arab saudi. Angka ini turun drastis dari tahun lalu, di mana penjualan minyak berkontribusi 32,6 persen pada pertumbuhan.
"Risiko terhadap prospek pertumbuhan mengarah ke sisi negatif. Risiko utama rendahnya harga minyak dunia karena melemahnya permintaan global dan meningkatnya pasokan," kata IMF dalam laporannya seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Kamis (10/9).
Head of frontier markets strategy at Exotix Partners, Hasnain Malik berharap Arab Saudi bisa bertahan selama harga minyak tetap rendah, mengingat perekonomian Arab selama ini ketergantungan secara langsung maupun tidak langsung pada pendapatan minyak.
"Ada badai besar menyebabkan keprihatinan global maupun lokal," ucap Hasnain.
Arab Saudi adalah anggota dominan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) di mana 80 persen pendapatan ekspor negara didapat dari penjualan minyak dan gas. Hal ini sangat berisiko ketika harga minyak dunia anjlok dalam 12 bulan terakhir.
IMF memprediksi, Arab Saudi akan mengalami defisit fiskal mencapai 19,5 persen tahun ini. Hal ini didorong oleh menurunnya pendapatan minyak serta meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk biaya operasi militer di Yaman.
Hasnain Malik mengatakan, satu-satunya solusi Arab Saudi saat ini adalah mempercepat reformasi, termasuk pemotongan belanja pemerintah serta liberalisasi tenaga kerja dan pasar perumahan. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaDi lain pihak, pemerintah negara barat dan industri menghadapi stimulus fiskal yang sangat terbatas.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.
Baca SelengkapnyaBendahara negara ini menegaskan, target itu sesuai dengan yang tertuang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaMacetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaSalah satu syarat agar Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi yaitu pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 6-7 persen.
Baca SelengkapnyaProyeksi IMF tersebut lebih rendah dari target pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Asumsi Makro APBN 2024
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaNegara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini tumbuh 2,3 persen pada periode April-Juni atau kuartal kedua 2024.
Baca Selengkapnya