Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Proyeksi Pemulihan Sektor Riil dan Peluang Usaha di 2021

Proyeksi Pemulihan Sektor Riil dan Peluang Usaha di 2021 pertumbuhan ekonomi. ©2019 Merdeka.com/Imam Buhori

Merdeka.com - Tahun 2021 menjadi harapan baru untuk pemulihan ekonomi yang selama ini terpuruk akibat pandemi covid-19. Banyak pihak yang memprediksi sektor-sektor pendukung ekonomi bisa pulih di tahun ini.

Terlebih lagi, kehadiran vaksin covid-19 yang sudah mulai didistribusikan kepada masyarakat dinilai menjadi angin segar bagi ekonomi global maupun dunia. Dengan adanya vaksin ini, diharapkan masyarakat bisa kembali beraktivitas dan sektor-sektor ekonomi kembali menggeliat.

Salah satu sektor yang diprediksi membaik adalah sektor manufaktur. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita memproyeksikan, industri manufaktur akan tumbuh positif pada 2021, bila pandemi Covid-19 dapat teratasi.

Orang lain juga bertanya?

"Dengan asumsi pandemi Covid-19 dapat dikendalikan, tentu dengan sudah ada vaksin salah satunya, sehingga aktivitas ekonomi sudah kembali pulih, kami memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada 2021 akan tumbuh 3,95 persen, mendekati 4 persen," kata Agus beberapa waktu lalu.

Dia optimis, seluruh subsektor industri manufaktur akan mampu tumbuh positif di tahun mendatang jika wabah virus corona dapat terkendali dengan baik. Dia mencatat, tren perbaikan industri manufaktur sudah mulai muncul pada kuartal III 2020. Diharapkan perbaikan ini terus berlanjut hingga kuartal IV 2020.

"Walaupun dalam 2 kuartal terakhir mengalami perbaikan, tetap akan terkontraksi dengan perbaikan pertumbuhan sebesar -2,22 persen. Ini proyeksi kami di penghujung tahun 2020 nanti yang tinggal beberapa hari," imbuhnya.

Adapun beberapa subsektor industri tetap diproyeksikan tumbuh positif hingga tutup tahun 2020 ini. Antara lain industri kimia, farmasi dan obat Tradisional sebesar 14,96 persen. Lalu industri pengolahan, jasa reparasi serta pemasangan mesin dan peralatan sebesar 1,15 persen, hingga industri makanan dan minuman sebesar 0,66 persen.

Pariwisata

Selain manufaktur, sektor yang diperkirakan tumbuh adalah sektor pariwisata. Namun, pemulihan ini terjadi secara bertahap mengingat pariwisata menjadi sektor paling terdampak akibat pandemi Covid-19.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE), Piter Abdullah mengatakan, pada triwulan pertama 2021 sektor pariwisata masih akan tumbuh negatif karena pandemi masih menjalar di Tanah Air. Namun harapan akan adanya vaksin dan proses vaksinasi memberi harapan baru di triwulan selanjutnya.

"Saya memperkirakan pariwisata secara bertahap akan bangkit di tahun 2021. Triwulan II saya kira akan mulai tumbuh positif dan terus berlanjut pada triwulan III dan triwulan IV-2020," kata Piter beberapa waktu lalu.

Piter menambahkan, kebangkitan pariwisata juga didorong dan didukung oleh kejenuhan masyarakat yang selama setahun terbelenggu oleh pandemi. Ketika pandemi berakhir, dia yakin kelompok masyarakat menengah atas akan keluar membanjiri daerah-daerah wisata.

Meski demikian, Asian Development Bank (ADB) memperkirakan sektor pariwisata secara global belum bisa pulih pada tahun depan. Mengingat banyaknya traveller yang menahan diri untuk melakukan bepergian lintas negara.

Vice President ADB Bambang Susantono mengatakan, belum pulihnya sektor pariwisata pada tahun depan dikarenakan dari survei yang dilakukan oleh IATA menunjukkan lebih dari 50 persen mereka yang melakukan travelling internasional tidak akan melakukan perjalanan selama enam bulan hingga setahun ke depan.

Hal ini tentunya akan memengaruhi arus penumpang pesawat dan penerbangan. "Tampaknya wisatawan dan penumpang domestik yang harus digenjot untuk membantu sektor pariwisata di masa Covid-19," ujarnya.

Dia menjelaskan hal tersebut memang terjadi di beberapa negara dan mereka pada akhirnya lebih look inside ketimbang melakukan banyak pembukaan zona batas lintas negara atau travel bubble.

UMKM

Sementara sektor yang diprediksi belum menunjukkan pemulihan adalah sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Muhammad Ikhsan Ingratubun, memproyeksikan kinerja sektor UMKM masih belum menunjukkan perbaikan hingga kuartal I-2021.

"Kita prediksi setidaknya sampai kuartal I ini sektor UMKM masih belum menunjukkan adanya perbaikan. Karena penyebaran Covid-19 sampai awal tahun ini semakin menggila, sehingga ini menggambarkan masih belum optimal lah upaya memeranginya," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (4/1).

Selain itu, keputusan sejumlah pemerintah daerah untuk memperpanjang kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga turut menghambat proses pemulihan sektor UMKM. Menyusul adanya pengetatan waktu operasional penjualan hingga aturan pembatasan jumlah pengunjung.

"Otomatis PSBB ini akan menghambat proses recovery UMKM. Karena akan berlaku kembali aturan pengetatan jam buka hingga batasan pengunjung," paparnya.

Pun, dia menganggap program vaksinasi juga akan memerlukan waktu lama untuk memastikan seluruh masyarakat Indonesia telah disuntik vaksin Covid-19. "Maka, tidak akan instan pula untuk pemulihannya," ucapnya.

Pengamat Koperasi sekaligus Ketua Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES), Suroto menjelaskan, kondisi sulit yang dihadapi oleh pelaku UMKM saat ini tak lepas dari belum pulihnya daya beli masyarakat. Alhasil aneka produk UMKM saat ini belum kesulitan untuk diserap pasar.

"Karena bagaimana produk mau terserap atau laku dipasaran, kalau daya beli masih lemah. Ini kan pasti susah untuk terserap kalau masyarakat saja masih belum mampu membeli lebih," kata Suroto saat dihubungi terpisah.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah lebih berani mengambil terobosan untuk mempercepat penyaluran dan meningkatkan efektivitas manfaat PEN 2021. Di antaranya dengan mengalokasikan berbagai bansos ke dalam bentuk tunai.

"Tunai ini bukan hanya cepat dan juga lebih bermanfaat, tapi ada juga ada keuntungan lebih dari multiplier effect nya. Dengan tunai masyarakat bisa memperbaiki daya belinya agar lebih leluasa untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti bisa untuk belanja di warung tetangga, sehingga dengan sendirinya UMKM akan dapat bangkit," terangnya.

Peluang Usaha

Terlepas dari sektor yang membaik maupun belum pulih, peluang untuk meraih cuan masih terbuka lebar di tengah pandemi covid-19, menyusul adanya sejumlah bisnis yang justru tumbuh pesat di masa kedaruratan kesehatan ini.

"Untuk tahun 2021 masih ada peluang utnuk meraup keuntungan. Setelah sejumlah bisnis akan memiliki prospek baik di tengah pandemi Covid-19," kata Perencana keuangan Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho saat dihubungi Merdeka.com, Senin (4/1).

Pertama, bisnis makanan sehat. Sebab, di masa kedaruratan kesehatan akibat Covid-19 ini kesadaran orang untuk menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan tinggi nutrisi terus meningkat.

"Bisnis dengan produk makanan sehat ini akan menjadi hits. Dengan keinginan agar tetap sehat orang mulai merubah mindset untuk mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi," jelas Andy.

Kedua, ialah bisnis perawatan kecantikan. Mengingat di tengah pandemi ini banyak orang yang memilih menghilangkan setres dengan pergi ke salon kecantikan untuk memanjakan diri. "Selain untuk mengusir stres akibat pandemi Covid-19. Tren kekinian juga karena orang ingin tetap di rumah namun tampil trendy," tambahnya.

Ketiga, bisnis tanaman hias. Menurutnya, tren bisnis ini kembali hits karena kegiatan bercocok tanam dirasa sangat cocok untuk memupuk rasa kebersamaan antar anggota keluarga di tengah pandemi.

Keempat, bisnis jastip alias jasa titip. Bisnis jenis ini diyakini akan terus tumbuh subur setelah masih enggannya sebagian masyarakat untuk berbelanja di luar rumah akibat takut tertular virus Covid-19.

"Khususnya bagi masyarakat kota, yang mempunyai kekhawatiran lebih tinggi i untuk berbelanja di luar rumah pasti memilih untuk menggunakan jastip ini sebagai solusinya," tuturnya.

Kelima, bisnis pembuatan website. Andy mengatakan, lakunya bisnis jasa penyedia website ini tak lepas dari banyaknya pelaku bisnis offline yang kini beralih ke ekosistem digital.

"Jadi, semakin banyak orang beralih ke online ini. Maka semakin laris pula penyedia jasa website yang sekarang mudah di cari lewat google ini," ucap dia mengakhiri.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember
Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember

Vaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
PMI Manufaktur RI Bertengger di Level Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Apindo: Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri
PMI Manufaktur RI Bertengger di Level Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Apindo: Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri

Capaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi

Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Baca Selengkapnya
Politikus Golkar: Tren Pemulihan Ekonomi Indonesia Semakin Solid
Politikus Golkar: Tren Pemulihan Ekonomi Indonesia Semakin Solid

Pertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024

Baca Selengkapnya
Penjualan Ritel Awal 2024 Lebih Baik Dibanding Sebelum Pandemi Covid 2019, Benarkah Daya Beli Masyarakat Membaik?
Penjualan Ritel Awal 2024 Lebih Baik Dibanding Sebelum Pandemi Covid 2019, Benarkah Daya Beli Masyarakat Membaik?

Data Bank Indonesia mencatat, indeks penjualan riil atau IPR pada Februari 2024 tercatat 214,1.

Baca Selengkapnya
Perjalanan Panjang Kadin Dorong Pembangunan Ekonomi
Perjalanan Panjang Kadin Dorong Pembangunan Ekonomi

Kadin Indonesia akan terus memperkuat posisi sebagai organisasi bisnis yang inklusif dan kolaboratif.

Baca Selengkapnya
Sektor Konsumsi dan Daya Beli Masyarakat Mulai Pulih, Industri Konsumer Bakal Raup Cuan
Sektor Konsumsi dan Daya Beli Masyarakat Mulai Pulih, Industri Konsumer Bakal Raup Cuan

Membaiknya daya beli masyarakat dipercaya akan menjadi stimulus bagi industri konsumer.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kasus Covid-19 Meningkat Signifikan, Warga Antre Vaksin Booster saat Car Free Day Jakarta
FOTO: Kasus Covid-19 Meningkat Signifikan, Warga Antre Vaksin Booster saat Car Free Day Jakarta

Beberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mulai Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Berapa Harga Idealnya?
Mulai Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Berapa Harga Idealnya?

Mulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.

Baca Selengkapnya
Vaksin Covid-19 Mulai Berbayar, Ini Kelompok yang Bisa Dapat Gratis
Vaksin Covid-19 Mulai Berbayar, Ini Kelompok yang Bisa Dapat Gratis

Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.

Baca Selengkapnya