Menengok 'POM Bensin raksasa tengah laut' Pulau Sambu

Merdeka.com - Dari Dermaga Penyeberangan Sekupa, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, kita bisa menuju ke banyak pulau yang bertebaran sejauh mata memandang. Jika beruntung, sila mampir atau mengitari Pulau Sambu, sekitar 15 menit naik kapal motor atau feri.

Di atas pulau itu, berdiri fasilitas penyimpanan, blending, sampai distribusi Bahan Bakar Minyak milik PT Pertamina (Persero). Tak cuma buat menimbun minyak, pulau ini belakangan siap pula jadi wahana jual beli BBM, menyerupai fungsi POM Bensin.

Sayangnya, warga tak berkepentingan mustahil leluasa menginjakkan kaki di Sambu. Seluruh jengkal tanah di sana milik Pertamina, dan diberi status daerah pengamanan terbatas.

Turun dari dermaga apung, petugas pengamanan langsung menyambut, meminta rombongan wartawan dan pegawai Pertamina pusat mengenakan tanda pengenal. Dijelaskan pula, tak bisa seseorang berkeliaran tanpa alasan di area Sambu.

"Mohon maaf, ini demi kenyamanan bersama. Karena di sini, banyak tersimpan BBM yang mudah terbakar," kata salah satu security P. Sianipar di dermaga utama Sambu, Rabu (12/2).

Namanya saja fasilitas dengan fungsi menyerupai POM Bensin, aturan paling ketat adalah larangan menggunakan bahan mudah terbakar. Utamanya bermain korek api atau menyulut rokok.

Sianipar mengingatkan, siapapun dia, pegawai Pertamina atau undangan, jangan berani-berani merokok. "Kemarin ada yang ketahuan merokok oleh tenaga jaga waktu patroli, kami kirim ke pos, diberi denda Rp 150.000," ungkapnya.

Kendati hari ini direksi Pertamina menggelar acara peresmian peningkatan kapasitas tangki penyimpanan BBM, aturan itu tidak melonggar. Tapi petugas perusahaan pelat merah ini sudah mengosongkan bunker minyak dan kegiatan operasional supaya situasi lebih aman untuk kegiatan seremonial.

Pulau Sambu memiliki area operasional, perkantoran, dan perumahan. Jika dikelilingi menggunakan kendaraan darat ataupun kapal motor, cuma butuh 20 menit.

Di pulau berstatus kecamatan berusia 115 tahun ini, beberapa bangunan tua masih terlihat. Misalnya menara selamat datang, kantor Pos, gedung bioskop, rumah sakit Pertamina, serta beberapa prasasti telapak tangan para manager operasional Pertamina untuk Pulau Sambu.

Tapi, ada sisi kelam dari Sambu. Senior Vice President Fuel Marketing & Distribution Pertamina Suhartoko mengakui pulau yang kesohor sejak zaman kolonial ini sempat terbengkalai. Padahal pelbagai fasilitas di pulau ini sudah dikembangkan sejak 1897 oleh Belanda dan Shell. Bisa dibilang, Sambu adalah fasilitas suplai BBM tertua di Tanah Air.

"Batam itu dibangunnya dari (hasil penjualan minyak) Sambu. Waktu sepi kontrolnya dari sambu. Tapi sekarang Batam yang lebih maju," ungkapnya.

Kini, Pertamina berjanji akan meningkatkan status Sambu, sebagai salah satu titik distribusi migas utama Indonesia. Pulau ini juga diarahkan untuk menjadi POM Bensin kembali, melayani kebutuhan migas di Selat Malaka.

"Pulau Sambu ini nantinya juga akan dimanfaatkan oleh PT Pertamina Energy Services (PES) sebagai sinergi Pertamina dengan Anak Perusahaan untuk mendukung bisnisnya menjadi oil trader di wilayah regional Asia Tenggara," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.

Di Sambu, mulai tahun ini Pertamina siap menggenjot kapasitas penyimpanan BBM hingga 300.000 kiloliter (kl). Pulau kecil milik perusahaan pelat merah ini dilengkapi fasilitas pencampuran solar dan MFO (premium) standar internasional.