Menengok prospek saham produsen CPO di tengah kebijakan B20
Merdeka.com - Sejumlah saham berbasis komoditas, seperti perkebunan dan produsen sawit dalam kurun waktu satu bulan terakhir bergerak menguat. Tak heran, pundi-pundi kantong pengoleksi saham komoditas kian gemuk.
Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi menjelaskan, saham-saham produsen minyak kelapa sawit pada bulan lalu bergerak melejit di mana pergerakan satu bulan atau pada Agustus mayoritas naik signifikan di antarnya AALI (+24,1 persen), LSIP (+38,8 persen), TBLA (+30,90 persen), SIMP (+5,6 persen)dan SSMS (+5,3 persen) .
Menurut Lanjar, naikya harga sama ini terjadi karena imbas optimisme awal rencana dari kebijakan pemerintah mengenai kebijakan pencampuran 20 persen minyak sawit ke BBM jenis Solar yang akan berlaku pada solar subsidi dan solar non-subsidi pada 1 September 2018. Di mana pemerintah melakukan penghematan devisa dalam impor minyak dengan target USD 2,3 miliar hingga akhir tahun.
-
Kenapa konsumsi bensin meningkat? Pertama sebelum Libur Natal meningkat hingga +16%, lalu menuju liburan Tahun Baru meningkat +12,1%, dan terakhir saat arus balik meningkat +9,6%.
-
Bagaimana sering kehabisan bensin mengganggu performa mesin? Motor injeksi sangat bergantung pada pasokan bahan bakar yang stabil. Jika pasokan ini terganggu, mesin bisa kehilangan tenaga secara tiba-tiba, dan ini sangat berbahaya, terutama jika Anda sedang berkendara dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Selain itu, kekosongan tangki yang sering terjadi juga dapat menyebabkan injektor tidak bekerja optimal, sehingga performa mesin menjadi tidak stabil dan efisiensi bahan bakar menurun.
-
Bagaimana ban kurang angin memengaruhi konsumsi bahan bakar? Jika tekanan udara pada ban sepeda motor tidak sesuai, hal ini dapat berdampak negatif pada efisiensi bahan bakar.Ban yang kurang angin membuat mesin bekerja lebih keras untuk menjaga performa yang sama, sehingga dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar.
"Sehingga investor berspekulasi kebijakan ini akan menambah permintaan dan konsumsi kelapa sawit dalam negeri sehingga berpengaruh pada kenaikan harga CPO di dalam negeri yang menguntungkan para produsen CPO," ujar Lanjar di Jakarta, Kamis (20/9).
Meski demikian, Lanjar tetap mewanti-wanti karena setelah diberlakukannya kebijakan B20, ternyata terdapat berbagai kendala dalam sistem pengangkutan kapal dan distribusi hingga pro dan kontra terhadap mesin mobil solar yang diklaim dengan adanya 20 persen campuran CPO akan memperpendek umur filter bahan bakar.
"Hal tersebut yang mendasari alasan investor untuk melakukan aksi profit taking pada bulan ini setelah pada bulan Agustus menguat signifikan," ucapnya.
Secara historis, dijelaskan Lanjar, trend bearish dengan kondisi terkoreksi masih cukup membayangi saham-saham produsen CPO dalam negeri. Sebab, terlepas dari sentimen dalam negeri mengenai kebijakan pemerintah harga CPO dunia sendiri, saat ini bergerak bearish hingga level terendah di tahun 2018 di mana pada bursa berjangka kuala lumpur tercatat 2.176 ringgit/ton pada 19 september 2018 dengan return year to date (minus) -13 persen.
Dia memprediksi, akibat sentimen dari ketegangan perdagangan China dan produksi minyak kelapa sawit yang lebih banyak dari perkiraan, berpotensi oversupply sehingga akan mengalami permintaan ekspor minyak kelapa sawit yang berlebihan.
"Ke depan, pergerakan harga saham komoditas, akan sangat dipengaruhi oleh implementasi kebijakan B20 pemerintah dalam fase distribusi jika terdapat perbaikan. Selagi menunggu implementasi kebijakan B20 yang sempurna, pergerakan kinerja saham komoditas CPO ini akan kembali berkiblat pada polemik produksi CPO, aktifitas permintaan impor dan ekspor, hingga pengaruh terhadap harganya sendiri."
Untuk itu, dia mengingatkan agar investor lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan investasi jangka menengah dan panjang karena kondisi pasar masih berpeluang bearish menanti tahun pemilu 2019 terlepas dari sentimen global yang terus mengkhawatirkan. Kata Lanjar, sangat disarankan untuk melakukan trading jangka pendek dengan terus mengupdate informasi, disiplin membatasi resiko dan terus memperhatikan pergerakan harga saham.
"Untuk investor jangka pendek akan selalu ada peluang disaat market mengalami sell off besar-besaran dengan teknikal rebound. untuk investor jangka menengah hingga panjang cukup riskan untuk buy on hold jangka panjang disaat kondisi pasar sedangan mengalami trend bearish," jelasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rencana penyetopan ekspor CPO dan produk turunannya dikarenakan polemik yang tak kunjung usai antara Indonesia dan Uni Eropa.
Baca SelengkapnyaB40 merupakan campuran minyak solar dengan 40 persen bahan bakar nabati (BBN) yang berbasis minyak sawit.
Baca SelengkapnyaPembatasan konsumen Solar subsidi ini nantinya akan diatur langsung di dalam peraturan presiden.
Baca SelengkapnyaImplementasi B50 peluang baik bagi Indonesia, namun memiliki konsekuensi ekonomi yang juga besar.
Baca SelengkapnyaSebagai informasi, B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebesar 40 persen.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM Bahlil Lahadalia telah memberikan arahan kepada jajarannya untuk menyelesaikan kebijakan tersebut.
Baca SelengkapnyaRencana ini dibahas karena BBM oktan tinggi seperti Pertamax meyumbang polusi yang sedikit.
Baca SelengkapnyaBBM jenis baru ini diklaim rendah sulfur, dengan spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Baca SelengkapnyaStrategi pemerintah menekan polusi dengan menaikkan pajak, hingga menerapkan area ganjil genap, termasuk untuk kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan memperketat penjualan solar bersubsidi.
Baca SelengkapnyaBahlil menyebut, saat ini pemerintah masih melakukan pembahasan revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca Selengkapnya