Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Meneropong Harga Emas Hingga Pergerakan Saham di 2021

Meneropong Harga Emas Hingga Pergerakan Saham di 2021 Emas. kolom-inspirasi.blogspot.com

Merdeka.com - Pandemi Covid-19 telah mengguncang perekonomian global. Pandemi tak hanya menyerang sektor kesehatan, hampir semua terdampak dan luluh lantak tak berkesudahan.

Meski begitu, tahun 2021 harus tetap dijalani dengan optimis dan tetap melangkah ke depan. Beberapa perusahaan farmasi telah berhasil menemukan vaksin anti virus corona. Beberapa negara juga telah melakukan vaksinasi kepada penduduknya agar menjadi kebal kala terpapar virus yang muncul di akhir tahun 2019.

Sektor ekonomi pun mulai menunjukkan perbaikan. Perlahan namun pasti, semua terus melangkah ke depan menjalani masa pemulihan. Masa terberat dalam setiap pertumbuhan ekonomi.

Orang lain juga bertanya?

Lalu bagaimana prediksi perekonomian global di tahun 2021? Berikut ini merdeka.com mencoba merangkumnya.

1. Investasi

Wabah virus corona belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Beberapa negara telah mengalami gelombang kedua dari penyebaran virus corona. Bahkan di Eropa telah ditemukan virus corona yang telah bermutasi.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai tahun 2021 akan menjadi puncak dari penyebaran virus Covid-19 secara global. Kehadiran vaksin yang diproduksi beberapa negara nyatanya masih tetap membuat fluktuasi perekonomian global.

Fluktuasi di perdagangan internasional ini harus dimanfaatkan para investor untuk menanamkan modal. Sebab ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari kondisi ini seperti keuntungan dari harga pembelian saham yang saat ini di kisaran lima ribuan.

"Fluktuatif harga di perdagangan internasional ini akan bisa dimanfaatkan untuk tanam saham atau investasi," kata Ibrahim saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (31/12).

Fluktuasi di tahun 2021 ini diperkirakan akan melebar. Artinya, hubungan yang diterima investor akan lebih besar. Ini dinilai lebih baik karena akan menghasilkan fluktuasi dari selisih harga beli.

"Fluktuasi sangat baik untuk mengambil keuntungan dari selisih harga," kata Ibrahim.

2. Harga Emas

Sepanjang tahun 2020 fluktuasi harga emas sangat tinggi. Ketidakpastian perekonomian membuat para investor berbondong-bondong mengamankan asetnya pada logam mulia.

Akhirnya, permintaan tinggi ini membuat harganya meroket. Namun, setelah ditemukan vaksin dan rencana program vaksinasi membuat fluktuasi instrumen ini menjadi lebih rendah.

"Harga emas tahun 2021 ini fluktuasinya akan lebih rendah," kata Ibrahim.

Saat ini harga emas sudah di angka USD 1.600-an per troy ounce. Diperkirakan harga emas tertinggi tahun 2021 sebesar USD 2.045 per troy ounce.

Ibrahim mengatakan harga emas akan terus mengalami penguatan di kuartal I-2020. Kondisi ini didorong akan dilantiknya Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden yang menggantikan Donald Trump. Pun dengan ditandatanganinya stimulus Covid-19 di Negara Paman Sam tersebut.

"Kemungkinan harga emas di kuartal-I ini di atas USD 2000 (per troy ounce)," kata dia.

Sementara itu, memasuki kuartal berikutnya harga emas akan kembali turun bahkan rontok. Penurunan ini dipicu program vaksinasi yang telah dilakukan di berbagai negara. Sehingga tanda-tanda pertumbuhan ekonomi sudah mulai terlihat.

Harga emas diperkirakan akan mencapai titik terendahnya di angka USD 1.740 per troy ounce. Namun secara keseluruhan, dengan adanya fluktuasi harga emas, di akhir tahun akan berada di level USD 1.600-an per troy ounce.

"Angka ini sangat wajar karena 1.600 ini muncul dari fluktuasi harga emas di awal tahun dan mulai kembali turun setelah kuartal I-2021," tutur dia.

3. Pasar Saham

Pasar saham diperkirakan akan moncer di tahun 2021 setelah amblas di semester I-2020. Bangkitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini dipicu kehadiran vaksin dan program vaksinasi.

Selain saham perusahaan farmasi dan telekomunikasi, saham perusahaan penerbangan juga akan mengalami kenaikan.

"Setelah vaksin ini masuk, saham farmasi, penerbangan dan akan mencuat," kata Ibrahim.

Ibrahim memperkirakan, di tahun ini juga IHSG bakal mencapai puncaknya di level 7.000-an pada semester I-2021. Lalu kemungkinan akan kembali melandai dan bergerak di level 6.000-an pada semester berikutnya.

Apalagi pada penutupan perdagangan akhir tahun, 30 Desember ditutup turun 0,95 persen di level 5.979,07.

"Sangat wajar seandainya 2021 ini IHSG dipatok 6.000-an karena level tertingginya diperkirakan 7.000-an dan kemarin ditutup di level 5.000-an," jelas Ibrahim.

Prediksi ini berangkat dari kehadiran vaksin dan program vaksinasi, namun tidak bisa dijadikan patokan. Tingginya harga saham di semester I-2021 ini dikarenakan baru dimulainya program vaksinasi. Sementara dampak dari vaksin tidak bisa dilihat seketika. Sehingga terjadi memicu terjadinya ketidakpastian dan membuat saham akan melandai.

Ibrahim menambahkan vaksinasi tidak bisa mengubah kondisi ekonomi setiap negara. Sebab pertumbuhan ekonomi baru akan membaik setelah 2-3 tahun. Sehingga kehadiran vaksin ini belum tentu akan lebih baik dari masa sebelum adanya vaksin.

"Bank dunia bilang vaksin ini tidak bisa mengubah ekonomi menjadi membaik karena butuh waktu 2 sampai 3 tahun ke depan," kata dia.

"Jadi ini belum tentu lebih baik dari tahun sebelumnya," sambungnya.

4. Perbankan

Industri perbankan di tahun 2021 diperkirakan masih akan sama capaiannya dengan tahun 2020. Terganggunya perekonomian nasional turut memukul sektor ini, utamanya dari sisi pembiayaan.

Permintaan kredit tetap lemah karena pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi. Baik itu permintaan kredit dari masyarakat atau investasi. Tak heran sepanjang tahun 2020 permintaan kredit tertinggi hanya 1,4 persen. Bahkan pada Oktober dan November pertumbuhan kredit juga terkontraksi.

"Dari sisi permintaan kredit tetap lemah karena ekonomi masih terkontraksi," kata Ekonom Indef, Enny Sri Hartati.

Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan justru melimpah. Enny menyebut pertumbuhan DPK tumbuh double digit dari biasanya. Pemicunya, banyak perusahaan besar yang menahan konsumsi dan berbagai dana investasi diamankan perbankan.

Hanya saja, tingginya DPK ini tidak serta merta berdampak pada penurunan suku bunga lending. Sebab ada kekakuan di pengaturan suku bunga di Indonesia. Apalagi dana yang masuk ke bank disebut Enny cukup mahal.

"Dana-dana yang masuk ke bank ini cukup mahal, karena ini berasal dari perusahaan besar. Kalau salah satu saja menurunkan suku bunga pasti akan berpindah sehingga itu ada kekakuan atau rigiditas dalam suku bunga reverse rate, sekalipun DPK tinggi," papar Enny.

Berbagai intervensi yang diberikan pemerintah pun dinilai belum banyak menolong. Restrukturisasi, subsidi bunga dan penempatan dana di bank himbara tidak cukup menopang penurunan permintaan kredit yang disebabkan lemahnya aktivitas perekonomian.

Enny mengatakan sebelum virus corona mewabah, sektor perbankan sudah mendapat tekanan atas-bawah. Tekanan ini datang dari persaingan pembiayaan oleh lembaga non bank. Termasuk dari pasar saham, fintech dan sebagainya.

"Perbankan sudah mulai mendapatkan persaingan, ditambah lemahnya permintaan ketika dampak dari pandemi," kata dia.

Kehadiran vaksin menurut Enny bukan obat mujarab bagi perbaikan ekonomi yang akan berdampak pada industri perbankan di tahun 2021. Industri perbankan hanya akan pulih bila perekonomian nasional sudah kembali bergerak. "Vaksin ini bukan satu-satunya yang bisa memastikan penyebarannya (virus) pasti terselesaikan," kata dia.

Disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan amat diperlukan selain program vaksinasi. Apalagi di beberapa negara telah ditemukan mutasi dari virus corona. Sementara vaksin yang ada belum tentu bisa menangkal virus yang bermutasi tersebut.

Saat ini yang diperlukan perbankan agar bisa bangkit dari dampak pandemi ini dengan mempercepat inovasi. Perbankan harus bisa mengadopsi instrumen lain yang ada di fintech atau jasa keuangan lainnya. Sebab jika hanya mengandalkan bisnis konvensional sebagai lembaga intermediasi atau penyalur pembiayaan, aktivitas perbankan akan terganggu.

"Ini yang harus mulai diperkuat, karena potensi pemulihan ekonomi ini masih tersendat-sendat," kata dia.

Tetapi jika sudah mulai diserfikasi, penetrasinya tidak hanya sekedar penyalur pembiayaan, maka pendapatan perbankan hanya sekadar selisih bunga. Sebaliknya, jika dilakukan inovasi dan adopsi dari perbankan dan produknya diperbanyak itu akan jadi penopang.

Enny menambahkan, kehadiran fintech saat ini bukan lagi sebagai pesaing. Bank harus melakukan adopsi teknologi yang digunakan perusahaan fintech. Adopsi teknologi digital untuk melakukan diserfikasi, sehingga tidak hanya penyaluran pembiayaan tapi juga jasa perbankan.

Dia menyarankan agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa membuat peringkat pada industri jasa keuangan yang kredibel, dan amanah misalnya. Hal tersebut akan mempermudah lembaga perbankan dan sebagainya melakukan kolaborasi. Sehingga ada win-win solution, untuk meningkatkan kinerja perbankan dan masyarakat akan merasa lebih aman.

"Kalau terverifikasi akan baik, dan mengurangi potensi moral hazard atau fraud," kata dia mengakhiri.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
Etana Jadi Perusahaan Pertama di ASEAN yang Punya Teknologi Kembangkan Vaksin
Etana Jadi Perusahaan Pertama di ASEAN yang Punya Teknologi Kembangkan Vaksin

Sepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.

Baca Selengkapnya
Rekomendasi Investasi yang Bisa Tahan dari Konflik Geopolitik
Rekomendasi Investasi yang Bisa Tahan dari Konflik Geopolitik

Mengatur keuangan secara ketat menjadi hal wajib sepanjang Anda masih memiliki pendapatan tetap.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi

Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis

Merdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Menkes Dorong Percepatan Produksi Vaksin Dalam Negeri untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
Menkes Dorong Percepatan Produksi Vaksin Dalam Negeri untuk Ketahanan Kesehatan Nasional

Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.

Baca Selengkapnya
Harga Emas Diramal Bakal Tembus Rp1,5 Juta Per Gram di 2024
Harga Emas Diramal Bakal Tembus Rp1,5 Juta Per Gram di 2024

Para investor masih memilih untuk berinvestasi emas di tengah tensi geopolitik yang belum mereda.

Baca Selengkapnya
Mulai Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Berapa Harga Idealnya?
Mulai Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Berapa Harga Idealnya?

Mulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.

Baca Selengkapnya