Meneropong kondisi ekonomi China di 2016
Merdeka.com - Dalam hitungan hari, dunia akan meninggalkan tahun 2015 dan menyongsong tahun baru 2016. Berbagai kejadian di 2015 mungkin tidak akan terlupakan, khususnya di sektor ekonomi.
Salah satu contoh adalah pergerakan pasar saham di China yang naik dan turun secara tajam. Bursa saham China naik tajam hingga pertengahan tahun, dan kemudian akhirnya merosot tajam karena kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Ekonomi China juga melemah sepanjang 2015, di mana dampaknya juga dirasakan langsung oleh Indonesia. Pertumbuhan PDB triwulanan China sempat menjadi terburuk sejak krisis keuangan.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Mengapa China tenggelam? Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
-
Bagaimana pengaruh politik uang? Politik uang memengaruhi hasil pemilu dengan beberapa cara, antara lain: Merusak integritas demokrasi: Politik uang merusak integritas pemilihan umum dan mencederai prinsip demokrasi yang adil dan transparan. Kandidat atau partai politik yang menggunakan politik uang untuk memenangkan pemilihan dapat memperoleh keuntungan tidak adil dan mengorbankan kepentingan rakyat.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa yang ditemukan di China? Peneliti di China menemukan pecahan fosil dinosaurus yang tidak dikenal, yang kemudian diketahui merupakan spesies baru.
Tidak hanya itu, kejadian 2015 yang mungkin tidak akan terlupakan adalah soal kebijakan China mendevaluasi nilai tukar Yuan. Kebijakan ini juga menghantam nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Melihat kondisi 2015, ada beberapa hal yang harus diperhatikan soal ekonomi China 2016 mendatang. Berikut uraiannya seperti dilansir merdeka.com dari CNN, Selasa (22/12).
Pertumbuhan ekonomi China masih melemah
Era pertumbuhan ekonomi tinggi di China disebut sudah berlalu. Para ekonom memprediksi, pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2015 hanya 6,8 persen dan masih akan terus melemah. Di 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi China diprediksi hanya 6,5 persen.
Angka ini jauh lebih rendah jika dibanding pertumbuhan ekonomi China di masa lalu yang mencapai dua digit. Namun, pemerintah dan beberapa ekonom China menyebut ekonomi mereka masih berada dalam jalur yang baik.
Pemerintah China mengatakan, negaranya membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5 persen dalam lima tahun ke depan untuk mencapai tujuan perekonomian USD 12 triliun di 2020. Target ini membuat ekonomi China lebih besar dua kali lipat dalam lima tahun mendatang.
Pemerintah China juga lebih mengandalkan sektor jasa untuk mencapai target ambisius tersebut, misalnya melalui pendidikan, pariwisata. Hal ini untuk menutupi aktivitas pabrik yang mulai menurun.
Kontribusi sektor jasa untuk ekonomi China saat ini mencapai 48 persen dari PDB, menurut BPS setempat.
Tak ada stimulus besar-besaran
Sepanjang 2015, pemerintah China terkesan sangat sedikit memberi stimulus untuk ekonominya. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan 'mini stimulus' seperti memotong suku bunga, menurunkan kewajiban kas minimum perbankan untuk mendorong pinjaman, mempercepat proyek infrastruktur dan serta membiarkan mata uang mereka melemah terhadap dolar Amerika (USD).
Pertemuan besar-besaran pemerintah China pada Maret 2016 mendatang menjadi tinjauan utama soal kebijakan ini. Namun, banyak ekonom yang pesimis kalau China akan mengeluarkan paket kebijakan stimulus besar-besaran.
"Kami berharap adanya peningkatan dukungan fiskal dan pinjaman untuk investasi infrastruktur, tetap tidak ada paket stimulus kebijakan besar-besaran," ucap ekonom UBS, Wang Tao.
Wang Tao memprediksi, China hanya akan menurunkan suku bunga dua kali pada 2016 mendatang.
Pergerakan pasar saham ekstrem
Pergerakan pasar saham China untuk tahun depan sangat sulit untuk diprediksi. Alasannya, pemerintah China saat ini mendorong investor asing untuk masuk menyaingi dominasi investor domestik.
Pemerintah China telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengantisipasi pergerakan saham yang naik turun secara tajam. China mengadopsi aturan pemutus sirkuit yang pada dasarnya pemerintah menghentikan perdagangan selama 15 menit jika indeks utama bergerak naik atau turun 5 persen.
Regulator juga mempertimbangkan untuk mengubah beberapa aturan bagi perusahaan yang ingin melantai di bursa saham.
Kemudian ada juga rencana penggabungan busa saham Hong Kong dengan Shenzen pada tahun 2016 mendatang. Kebijakan ini memberikan keleluasaan pada investor untuk masuk dalam keduanya. Namun, para ahli mengatakan, China akan kembali membangun kepercayaan investor, baik dalam maupun luar negeri.
Pelemahan mata uang
Nilai tukar Yuan atau biasa dikenal renmimbi terhadap USD telah anjlok 5 persen sepanjang tahun ini. Para ahli memprediksi, nilai tukar Yuan ini masih akan terus anjlok di tahun depan sebagai cerminan lemahnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan China.
Salah satu ekonom mengatakan, nilai tukar Yuan bisa jatuh hingga 16 persen di 2016 mendatang (dari level saat ini).
Meski demikian, China telah berhasil memasukkan Yuan sebagai mata uang utama dunia. Pada November silam, China menerima persetujuan dari IMF memasukkan Yuan sebagai mata uang utama dunia mulai 1 Oktober 2016 mendatang.
Masuknya Yuan sebagai mata uang utama dunia akan menjadi sorotan. China sebenarnya berada dalam tekanan lebih besar yang memungkinkan kekuatan pasar memainkan peran lebih besar ketimbang intervensi pemerintah.
Sebagai antisipasi, pemerintah China telah mulai melacak nilai tukar Yuan terhadap mata uang dunia, tidak hanya USD.
Di seluruh dunia, Yuan akan semakin penting. Pada Oktober nanti, Yuan menjadi mata uang keempat dunia yang paling banyak digunakan untuk pembayaran transaksi internasional. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun ada tantangan besar yang mampu mempengaruhi likuiditas dan kebijakan moneter tetap ketat di tahun depan.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaPrediksi tersebut berkaca terus membaiknya laju perekonomian China selama lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaIndustri keuangan China sedang mengalami perombakan signifikan.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaMeski permintaan domestik sudah mulai pulih, industri manufaktur China masih tertekan.
Baca SelengkapnyaPontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca Selengkapnya