Mengintip Alasan IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Dunia di 2019 Menjadi 3,5 Persen
Merdeka.com - Direktur Pelaksana International Monetery Fund (IMF), Christine Lagarde, mengungkapkan ada beberapa faktor yang membuat pihaknya memutuskan untuk memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global di 2019. Salah satunya, tidak terlepas dari tingginya risiko ekonomi yang semakin meningkat di seluruh dunia.
"Ini tidak lepas dari tingginya risiko. Termasuk juga adanya perang dagang AS-Tiongkok, Brexit, dan ekonomi Tiongkok yang melambat. Enam bulan lalu ini adalah ancaman, tetapi mereka tidak berada pada tingkat yang kita miliki sekarang," kata Lagarde seperti dikutip dari CNBC, Rabu (23/1).
Lagarde mengatakan, efek riak masalah ini terhadap ekonomi global di antaranya adalah kenaikan tarif yang mengguncang pasar dan meningkatkan volatilitas terutama di negara maju. "Ada efek gabungan untuk semua ini. Nilai pasar telah berubah secara dramatis selama beberapa bulan terakhir," katanya.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa IMF didirikan? Tujuan utama pendirian IMF adalah untuk mempromosikan stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi internasional dengan memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan pembayaran internasional.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
Menurutnya, saat ini ada ketidakpastian kapan risiko ini akan diselesaikan. Misalnya saja yang terjadi pada Brexit, tidak ada yang tahu apakah penarikan UK dari Uni Eropa akan diselesaikan pada batas waktu 11 Maret atau justru akan keluar dari kesepakatan.
"Ini adalah ketidakpastian besar bagi Eropa, dan peran yang dimainkan oleh London sebagai pusat keuangan utama," katanya.
Namun, di sektor perdagangan menurutnya ada kemajuan. Misalnya perjanjian AS-Meksiko-Kanada yang baru telah diselesaikan, dan TPP 11 (Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik) telah diratifikasi oleh tujuh anggota dan sekarang sudah ada.
"Ini semua positif, tetapi Anda masih memiliki gajah besar di ruangan itu AS dan China yang harus menyelesaikan perselisihan perdagangan tentang masalah kekayaan intelektual, entitas milik negara, subsidi dan neraca perdagangan." sebutnya.
Terkait persoalan perang dagang, Lagarde menyebut butuh waktu untuk menyelesaikan masalah keduanya dengan cara yang memuaskan antara kedua negara. Seperti diketahui, negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah berlangsung selama berbulan-bulan, sejak kedua negara mulai menerapkan miliaran dolar tarif pada berbagai barang.
"Mereka telah menetapkan batas waktu 2 Maret dalam gencatan senjata mereka untuk pengenaan putaran tarif baru," imbuhnya.
Seperti diketahui, IMF secara sederhana memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,5 persen dari sebelumnya yakni 3,7 persen. Sementara, di 2020, dari 3,7 persen menjadi 3,6 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani merespons prediksi IMF ini dengan mengatakan pemerintah akan tetap fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2019. Salah satunya dengan menjaga faktor-faktor pendorong pertumbuhan tersebut. "Ini adalah tantangan dari sisi bahwa momentum yang berasal dari eksternal akan melemah, dan guncangan mungkin akan masih terjadi meskipun tidak seperti tahun 2018," tandas dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaRamalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaProyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca SelengkapnyaDi lain pihak, pemerintah negara barat dan industri menghadapi stimulus fiskal yang sangat terbatas.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaProyeksi IMF tersebut lebih rendah dari target pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Asumsi Makro APBN 2024
Baca SelengkapnyaPerekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya