Mengubah budaya masyarakat simpan uang di bawah bantal
Merdeka.com - Manusia boleh pindah ke Mars, mobil bisa saja dibuat terbang, tapi jangan heran masih ada saja masyarakat menaruh uang di bawah bantal. Bagi sebagian masyarakat, menabung di bawah bantal dinilai lebih aman dibandingkan bank yang terkesan modern. Belum lagi zaman sekarang masih marak investasi bodong yang membuat masyarakat ketakutan untuk menyimpan dananya.
Menabung di bawah bantal kerap dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka gemar menumpuk uangnya di sebuah almari besi, padahal bisa saja uang itu terkena rayap dan habis digerogoti, belum lagi lirikan kawanan pencuri yang jelas-jelas tahu apa yang ada di balik bantal kita.
Ada lagi masyarakat lebih percaya 'menyimpan' uang dengan membeli kendaraan baru atau membeli sawah. Maklum saja, cara menabung seperti ini lumrah digunakan bagi masyarakat pedesaan.
-
Di mana orang kaya menyimpan uangnya? Banyak jutawan menyimpan banyak uang mereka dalam bentuk tunai atau setara kas. Instrumen investasi ini dipilih lantaran bersifat likuid atau mudah dicairkan sewaktu-waktu. Contoh aset setara kas yang populer adalah reksa dana pasar uang, sertifikat deposito, surat berharga komersial, dan surat berharga negara.
-
Di mana doa menabung ditemukan? Doa menabung bisa dipanjatkan saat seorang muslim memiliki niatan untuk memulainya.
-
Bagaimana orang kaya menyimpan uang mereka? Banyak jutawan menyimpan banyak uang mereka dalam bentuk tunai atau setara kas. Instrumen investasi ini dipilih lantaran bersifat likuid atau mudah dicairkan sewaktu-waktu. Contoh aset setara kas yang populer adalah reksa dana pasar uang, sertifikat deposito, surat berharga komersial, dan surat berharga negara.
-
Kenapa si penjual jagung menabung di bank? Ia mengatakan bahwa setiap harinya pergi ke Bank untuk menabung. 'Setiap hari Rp100 ribu,' kata bocah ini.
-
Dimana kebiasaan ini sering terlihat? Budaya ini juga sangat umum terlihat dari berbagai konteks, seperti saat bertemu dengan guru, anggota keluarga, atau saat berkunjung ke rumah teman dan berpapasan dengan orang tuanya.
-
Apa doa menabung? Doa Menabung رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌRabbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqiirArtinya: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.'
Memang tak ada salahnya menyimpang uang di bawah bantal atau membelikannya ke barang. Semua orang punya cara menabung berbeda agar uangnya bisa dimanfaatkan di masa depan.
Jika ditelisik lebih jauh, fenomena menabung di bawah bantal ini muncul lantaran masyarakat belum secara penuh memahami edukasi pengelolaan keuangan dengan baik. Padahal, Bank Indonesia selaku bank sentral terus memberikan pemahaman pengetahuan perbankan kepada masyarakat, sampai dengan daerah pelosok pun sudah dijelajahi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Peter Jacobs mengatakan, berbagai kebijakan dikeluarkan, seperti program Tabunganku yang dilakukan untuk menjangkau masyarakat bawah termasuk di dalamnya kebijakan financial inclusion.
"Kalau edukasi tentang menabung, kita terus lakukan," ujar dia.
Hanya saja persoalan ini tidak segampang membalikkan telapak tangan, tak semua masyarakat Indonesia mau belajar, entah karena malas atau tidak merasa penting asalkan menabung bisa bermanfaat untuk masa depan.
Dampak lain akibat masih lemahnya jangkauan masyarakat terhadap fasilitas yang diberikan lembaga-lembaga keuangan menyebabkan sekitar 80 persen penduduk Indonesia sulit mengembangkan atau memulai usahanya. Ini lantaran mereka sulit memperoleh bantuan permodalan dari industri keuangan bank maupun non bank.
Untuk itu, perlu ada pemberian edukasi yang berkesinambungan antara perbankan swasta dan pemerintah. Sebab, hanya sekitar 20 persen dari penduduk Indonesia yang melek finansial.
"Secara bertahap kami jalankan (edukasi keuangan), masyarakat bertambah banyak kami yakni orang yang paham (perbankan) akan terus bertambah," paparnya.
Opsi lain untuk memberikan edukasi pengelolaan keuangan yang baik, juga harus datang dari lembaga-lembaga keuangan lainnya. Seperti, beberapa perusahaan yang mampu menjelaskan pentingnya pengelolaan keuangan, misal Grup Home Credit (Home Credit), penyedia jasa keuangan konsumen bertaraf multinasional.
Pada akhir tahun 2015, perusahaan telah menyelenggarakan program literasi keuangan guna mendorong menciptakan pelaku usaha kecil dan menengah untuk menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi yang melemah saat ini.
Berdasarkan siaran pers yang diterima, program ini berlangsung di Godong Ijo, Cinangka, Depok, Jawa Barat, yang diikuti oleh 200 peserta dari Masyarakat Area Development Program (ADP) Penjaringan dan Jatinegara.
CEO Home Credit Indonesia, Jaroslav Gaisler mengatakan, inisiasi program ini mengacu pada pengaturan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT). PERT ini menjadi penting ketika setiap keluarga mampu mengelola pengeluaran keuangan keluarga untuk setiap kebutuhan keluarga, melalui perencanaan dan pencatatan yang baik.
Dengan begitu, langkah seperti ini juga mampu membantu meringankan beban pemerintah yang ingin membuat masyarakat Indonesia melek akan finansial. Sehingga pemahaman literasi keuangan dapat meningkatkan kesejahteraan, serta mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku usaha kecil dan menengah yang tangguh.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menghabiskan uang demi penampilan akan menjadi kehancuran terbesar.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah juga tercermin dari indikator penduduk berdasarkan golongan pendapatan.
Baca SelengkapnyaMenabung tidak selalu diartikan dengan menyisihkan atau menyimpan uang.
Baca SelengkapnyaNominal menabung setiap orang pasti berbeda, tergantung beban keuangan.
Baca SelengkapnyaIdeal menabung sejatinya menyesuaikan kondisi keuangan terkini.
Baca SelengkapnyaDia mengatakan bahwa sebagian besar jutawan yang diteliti tidak pernah membeli rumah yang harganya lebih dari tiga kali lipat pendapatan tahunan mereka.
Baca SelengkapnyaMetode ini sudah banyak diadopsi bukan hanya di Jepang tetapi di negara-negara dunia.
Baca SelengkapnyaJangan menjadi kaum yang merasa nggak enak saat dimintai bantuan oleh orang lain. Saat ini Anda harus mampu berani berkata tidak.
Baca SelengkapnyaPelajari kebiasaan yang dapat merugikan kondisi keuangan dan menghambat kekayaan. Temukan strategi untuk mengelola keuangan secara bijak!
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data yang dihimpun oleh BPS, jumlah kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,35 persen dari total penduduk Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda perbedaan signifikan pada kelompok kelas menengah yang berbelanja menjadi lebih sedikit.
Baca SelengkapnyaTip atau kiat bagi masyarakat kelas menengah untuk bisa bertahan dan mengelola keuangan dengan baik.
Baca Selengkapnya