Mengungkap alasan bos BI tahan suku bunga acuan di 4,75 persen
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (Bi 7-day RR Rate) sebesar 4,75 persen. Sementara, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,50 persen. Ini berlaku efektif sejak 21 Juli 2017.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, banyak hal yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan ini. Baik kondisi ekonomi dunia maupun domestik.
"Kita memang melakukan pembahasan cukup luas terhadap ekonomi global, dan juga ekonomi nasional," ungkapnya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (21/7).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
Agus menjelaskan, saat ini pertumbuhan ekonomi dunia masih berada di kisaran 3,3 persen. Perekonomian di Amerika Serikat (AS) dan India diperkirakan menurun, sedangkan perekonomian Eropa dan China diperkirakan membaik.
Agus juga mewaspadai kenaikan Fed Fund Rate (suku bunga acuan Amerika Serikat) sekali di tahun ini dan tiga kali di tahun depan. Namun, yang lebih diperhatikan adalah pengurangan The Federal Reservoir (neraca bank sentral AS) yang cukup besar.
"Dan pengurangan neracanya itu yang mesti betul kita kaji akan mulai kapan, dan itu dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan di dunia," kata dia.
Selain itu, yang menjadi perhatian adalah kebijakan fiskal Amerika Serikat yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Sebab sebelumnya, AS sudah optimis bahwa kebijakan fiskal akan cepat berlangsung dan akan mendongkrak pertumbuhan ekonominya.
"Tapi sekarang kita melihat bahwa selain ada kebijakan fiskalnya, kebijakan moneternya juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi di AS," ujar dia.
Sementara itu, untuk kondisi ekonomi dalam negeri, Agus mengatakan, angka inflasi cukup terjaga, karena rendahnya permintaan dan harga bahan pangan yang terjaga.
Diketahui pula, pertumbuhan kredit dalam negeri masih cukup lemah dan Agus berharap keadaan ini dapat menunjukkan perkembangan positif di semester kedua.
"Kita masih melihat pertumbuhan kredit agak pelan. Diharapkan di semester II akan lebih baik, jadi ini kurang lebih kondisi dari ekonomi Indonesia, dan kita pertahankan BI 7 Days Repo Rate 4,75 persen," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga AS umumnya digunakan untuk merangsang ekonomi ketika ada ancaman resesi.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaKebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank of England di Inggris dan The Fed di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan perkiraan para analis, The Fed masih berpotensi menurunkan suku bunga hingga ke level 3,5-4 persen.
Baca Selengkapnya