Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengupas Ketimpangan Keterampilan, Demi Tercipta Tenaga Kerja Kompeten

Mengupas Ketimpangan Keterampilan, Demi Tercipta Tenaga Kerja Kompeten Buruh pabrik rokok. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi fokus pemerintah saat ini, salah satunya mewujudkan tenaga kerja yang kompeten melalui pelatihan vokasi. Sayangnya, pengembangan SDM ini tidak semudah seperti membangun infrastruktur. Sejumlah permasalahan dari penyerapan tenaga kerja pun masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.

Direktur Deregulasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Yuliot mengakui bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja dari investasi yang masuk ke Indonesia terus mengalami penurunan. Angka penurunan ini juga terlihat sejak 2013 hingga 2018 lalu.

Sejak 2013 hingga 2014 secara rata-rata penyerapan tenaga kerja melalui investasi dari PMDN dan PMA sekitar 1,4 juta orang. Kemudian di 2018 kemarin angkanya justru kembali mengalami penurunan yakni hanya mencapai 930-an ribu orang.

Orang lain juga bertanya?

"Kita lihat bukan hanya untuk penciptaan lapangan kerja tapi gimana ini masyarakat bisa jadi pelaku usaha juga. Kita kombinasikan seperti tu," kata dia.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menerangkan, di era pemerintah Jokowi ini yang menjadi persoalan bukanlah susahnya mencari lapangan pekerjaan namun justru masalah ketimpangan skill atau kemampuan. Saat ini jumlah angkatan kerja Indonesia ada 131 juta orang, di mana 58 persennya adalah lulusan SD dan SMP.

"Jadi diibaratkan ada 10 orang, diambil 58 persen berarti 6 orang lulusan SD dan SMP. Nah, masih masih 4 kan, dan missed match kerja (tak sesuai antara pekerjaan dengan pendidikan atau skillnya) kita di atas 50 persen. Berarti 2 orang missed match dan 2 orang lagi yang pendidikan dan skill sesuai dengan pasar kerja," urai Hanif.

Dia mencontohkan untuk kebutuhan tenaga kerja di wilayah Jakarta. Di wilayah ini banyak perusahaan baru yang bergerak di industri e-commerce atau yang berbasis digital. Hanya saja dalam kenyataannya untuk mencari SDM sesuai kebutuhan tidaklah mudah.

Maka dari itu, dalam beberapa tahun belakangan ini pemerintah tengah memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu yang diperkuat adalah sistem pendidikan vokasi yang siap kerja.

Selain itu, untuk mengatasi ketimpangan skill atau kemampuan ini, pemerintahan Jokowi coba melakukan sejumlah kebijakan. Di antaranya dengan mengeluarkan kartu pra kerja.

"Ketimpangan skill (ketrampilan) ini yang mendasari pemerintah mengeluarkan kartu pra kerja untuk akses penguatan pendidikan vokasi dan pelatihan kerja agar lebih siap menghadapi kebutuhan pasar kerja," jelasnya.

Meski demikian, program ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Seperti Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, rencana ini tidak efektif. Menurutnya, Indonesia masih memiliki masalah penyerapan tenaga kerja yang masih belum ideal.

"Program memberikan upah kepada pengangguran khususnya lulusan SMK tidak efektif. Permasalahan utama saat ini ada di serapan tenaga kerja yang belum ideal. Lapangan kerja industri, pertanian dan pertambangan kurang mampu menciptakan lowongan kerja yang masif," kata Bhima.

Menurutnya, salah satu penyebab ketimpangan antara skill yang diperoleh SMK dengan industri karena kurikulum di SMK masih banyak mengajarkan teori dibandingkan praktik. Selain itu, masih belum adanya kejelasan mengenai praktik magang.

"Jadi magang ya hanya magang, padahal magang itu bagian penting dari SMK. Makanya saya usulkan pertama dari kurikulum harus banyak dosen atau guru praktisi bukan guru sekolah umum yang mengajar. Jadi mereka yang sudah punya pengalaman ke industri, dunia usaha, pariwisata itu yang mengajar ke anak2 SMK. Sehingga relevan kebutuhan dunia usahanya, dengan lapangan kerjanya," jelasnya.

Sementara untuk permagangan, dia mengusulkan agar pemerintah melanjutkan program magang dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

"Misalkan sentra otomotif yang ada di Karawang itu menyerap anak magang dari SMK, lalu diberikan sertifikat, lalu diberikan uang saku itu harusnya diinstitusionalkan atau dilembagakan oleh kebijakan pemerintah sehingga program magang jadi masif," ungkapnya.

Selain itu, Balai Latihan Kerja (BLK) juga harus diperbaiki. Menurutnya, masih banyak BLK yang belum memenuhi standar. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi kualitas pelatihan tenaga kerja di Indonesia.

"BLK ada 300 lebih tapi banyak yang masih belum memenuhi standar. Misalnya mesinnya ada tapi instrukturnya tidak ada, atau sebaliknya. Jadi perlu upgrading BLK dan itu butuh biaya yang tidak sedikit. Makanya saya usulkan BLK yang dimiliki pemda itu dilakukan revitalisasi secara masif," tandasnya.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Masih Terkendala SDM dan Infrastruktur
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Masih Terkendala SDM dan Infrastruktur

SPBE menjadi faktor penting untuk mendukung operasional keseharian pemerintahan.

Baca Selengkapnya
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia

Ketidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.

Baca Selengkapnya
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia

Menaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.

Baca Selengkapnya
Debat Capres Selanjutnya Bakal Bahas Isu Ketenagakerjaan, Begini Pesan Para Buruh
Debat Capres Selanjutnya Bakal Bahas Isu Ketenagakerjaan, Begini Pesan Para Buruh

Saat ini megatren ketenagakerjaan dipengaruhi beberapa hal antara lain globalisasi dan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya
Wapres Ma'ruf: Banyak PR di Sektor Ketenagakerjaan Menuju Indonesia Emas 2045
Wapres Ma'ruf: Banyak PR di Sektor Ketenagakerjaan Menuju Indonesia Emas 2045

Bonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi.

Baca Selengkapnya
Menaker Yassierli: Sektor Informal Masih Jadi Pekerjaan Rumah yang Tidak Mudah
Menaker Yassierli: Sektor Informal Masih Jadi Pekerjaan Rumah yang Tidak Mudah

Yassrieli menjelaskan, salah satu isu utama yang harus diselesaikan adalah soal strategi meningkatkan jaminan sosial bagi pekerja di sektor informal.

Baca Selengkapnya
Hampir 10 Juta Gen Z Jadi Pengangguran, Begini Solusi Menaker
Hampir 10 Juta Gen Z Jadi Pengangguran, Begini Solusi Menaker

Data hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.

Baca Selengkapnya
Riset Ini Sebut 46 Perusahaan Kesulitan Mencari Karyawan di Tengah Tingginya Angka Pengangguran
Riset Ini Sebut 46 Perusahaan Kesulitan Mencari Karyawan di Tengah Tingginya Angka Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi

Said menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.

Baca Selengkapnya
Pengangguran di Indonesia Masih Banyak, Ternyata Ini Biang Keroknya
Pengangguran di Indonesia Masih Banyak, Ternyata Ini Biang Keroknya

Menaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kenaikan Realisasi APBN 2023 Tak Sebanding dengan Serapan Tenaga Kerja di Sektor Konstruksi
FOTO: Kenaikan Realisasi APBN 2023 Tak Sebanding dengan Serapan Tenaga Kerja di Sektor Konstruksi

Kenaikan realisasi anggaran infrastruktur dalam APBN 2023 tak sebanding dengan serapan tenaga kerja di sektor konstruksi.

Baca Selengkapnya