Menkeu: Banyak yang takut terkait utang dan defisit anggaran
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro untuk tidak terlalu khawatir dengan defisit anggaran Indonesia yang mencapai Rp 298,7 triliun atau 2,35 persen dari PDB. Menurut Bambang, saat ini masih banyak negara yang setara dengan Indonesia tapi memiliki defisit anggaran yang jauh lebih tinggi.
"Banyak yang paranoid (takut) terkait utang dan sebagainya defisit berbahaya dan seterusnya. Saya ingin menjelaskan, kalau mau surplus budget itu enggak gampang dengan kondisi ekonomi yang sekarang," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (22/6) malam.
Dari data tahun 2015 banyak negara pengekspor minyak, negara maju, dan negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami defisit anggaran bahkan sampai minus. Defisit anggaran Indonesia sendiri mencapai 2,52 persen pada tahun lalu.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa kerugian negara akibat korupsi Bansos Jokowi? 'Kerugian sementara Rp125 milyar,' pungkasnya.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana Kejagung hitung kerugian negara? 'Hari ini temen-temen penyidik sedang berkomunikasi dengan BPKP dan ahli yang lain hari ini. Lagi dilakukan perhitungan, konfrontasi dan diskusi formulasinya seperti apa,' kata Kapuspenkum Kejagung, Ketut Sumedana kepada wartawan, Rabu (3/4).
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Kenapa utang Jepang tinggi? Rasio utang tersebut telah mencapai 259,43 persen dari PDB.
"Pertama negara emerging market, China, defisitnya 2,74 persen dari GDP, lebih besar. India, 7,1 persen dari GDP. Malaysia, 3,03 persen. Argentina 7,3 persen. Brasil 10 persen dari GDP. Chili 2,34 persen, Kolombia 2,84 persen, Meksiko lebih tinggi 4,07 persen, Peru 2,04 persen. Itu untuk negara emerging market," jelas Bambang.
Sementara itu negara pengekspor minyak. Aljazair defisit anggarannya mencapai 15 persen dari GDP, Mesir 11,7 persen, Iran 2,9 persen, kemudian Jordania 4 persen, Kuwait surplus 1,24 persen, kemudian Oman 20 persen dari GDP, Qatar surplus tapi surplus mereka turun dari 18 persen dari GDP menjadi 10 persen dari GDP karena mereka tak lagi mengandalkan pendapatan gas. Saudi Arabia mengalami defisit anggaran 16 persen dari GDP dan Venezuela 18 persen.
"Jadi kalau ada yang bilang Indonesia harusnya kayak Venzuela, saya sih berdoa saja enggak, buktinya kita juga enggak sampai 15 persen dari GDP. Pokoknya kita manage supaya tidak terlalu tinggi," tuturnya.
Kesimpulannya, kata Bambang, negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat sedikit yang surplus. Sedangkan di negara maju, hanya beberapa mengalami surplus seperti Prancis 3,6 persen, Jerman surplus 0,64 persen, Italia 2,6 persen, Jepang 5,2 persen dari GDP, Inggris 4,40 persen, Amerika 3,7 persen dari GDP.
"Dan jangan lupa, ini kan dari GDP, GDP di Amerika itu berlipat-lipat dari GDP kita lho, jadi bisa dibayangin nominalnya," pungkasnya.
Sebelumnya, pemerintah dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyepakati defisit anggaran dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) Perubahan 2016 turun dari sebesar Rp 313,2 triliun atau 2,48 persen dari produk domestik bruto (PDB), menjadi Rp 298,7 triliun atau 2,35 persen dari PDB.
Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah mengatakan penurunan ini karena penerimaan pajak migas dan penerimaan bukan bukan pajak (PNBP) migas mengalami peningkatan dibandingkan dengan usulan pemerintah akibat kenaikan asumsi Indonesia crude price (ICP) dan lifting minyak. Sementara itu, anggaran subsidi berkurang dari yang diusulkan pemerintah.
"Dari hasil yang kita lakukan di asumsi makro penerimaan migas dan nonmigas, kami mempertajam dua hal. Yakni kebutuhan mendesak yang tidak bisa dilakukan pemerintah, dan kebutuhan prioritas bagian dari RKP (rencana kerja pemerintah)," kata Said di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (20/6).
Dia menambahkan, setelah penurunan defisit tersebut, pihaknya mengharapkan pemerintah bisa lebih mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, yang menjadi program prioritas pemerintah.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Defisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus beralih ke sumber pembiayaan lain sebagai langkah diversifikasi.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan Pemda agar program-program harus berorientasi kepada hasil, sehingga ada return ekonomi.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku akan menggelar rapat untuk membahas masalah ini. Ditegaskan juga bahwa anggaran menjadi masalah utama.
Baca SelengkapnyaWapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.
Baca SelengkapnyaMeski hanya seluas Jawa Tengah, Korea Selatan memiliki 17.000 Bendungan, sedangkan Indonesia baru punya 61 bendungan.
Baca SelengkapnyaMegawati berharap pemerintah punya rencana serius untuk mengurangi utang bernilai fantastis itu.
Baca SelengkapnyaTransaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Baca SelengkapnyaMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menilai, ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat dibanding banyak negara lain.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim kini jadi perhatian seluruh negara.
Baca Selengkapnya