Menko Darmin beberkan alasan Rupiah tetap stabil meski suku bunga The Fed naik
Merdeka.com - Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen. Kenaikan suku bunga ini ternyata tidak membuat nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali terkapar.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah pagi ini dibuka di level Rp 14.920 atau sempat melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di RP 14.910 per USD. Namun, usai pembukaan Rupiah langsung bergerak menguat. Saat ini, Rupiah berada di level Rp 14.899 per USD.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penguatan Rupiah ini karena pasar sudah memprediksi kenaikan suku bunga bank sentral AS. Selain itu, pasar juga sudah memprediksi langkah yang akan diambil oleh Bank Indonesia merespon kenaikan suku bunga AS.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Kapan Redenominasi Rupiah direncanakan? Indonesia telah mencanangkan agenda redenominasi rupiah sejak tahun 2010, dan wacananya masih berlanjut hingga saat ini.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
"Karena memang sudah diprediksi orang apa yang akan terjadi, di AS itu. Sama kemudian respons yang disiapkan oleh BI dan pemerintah," ujar Menko Darmin singkat di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (27/9).
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah secara terus menerus telah mengkomunikasikan kepada pasar bahwa kondisi ekonomi dalam negeri saat ini cukup kuat menghadapi perubahan suku bunga AS.
"Kita kan sudah komunikasi secara terus menerus, bahwa perubahan policy The Fed akan datang. Akan terjadi. Kemudian kita juga mengkomunikasikan kepada perekonomian APBN kita yang sangat sehat," jelasnya.
Dia menjelaskan, ekonomi Indonesia cukup fleksibel, lentur dan kuat untuk menghadapi perubahan kondisi ekonomi global tanpa harus mengakibatkan seluruh ekonomi dalam negeri mengalami perubahan yang cukup drastis.
"Perubahan diluar perekonomian, kan bukan kita yang mengontrol tapi Federal Reserve. Tapi perekonomian Indonesia cukup fleksibel, lentur dan cukup memiliki daya tahan resilience untuk mengabsorp perubahan itu tanpa harus menyebabkan seluruh kegiatan ekonomi kemudian mengalami perubahan yang sangat drastis," jelasnya.
Sebelumnya, The Fed menyatakan telah mengakhiri era kebijakan moneter yang akomodatif dan masih menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Tak hanya itu, suku bunga acuan akan naik tiga kali lagi pada tahun depan, dan satu peningkatan pada tahun 2020.
"Hal yang orang-orang perhatikan, yang mereka lakukan dan lakukan, adalah menghapus kata 'akomodatif' sehubungan dengan kebijakan moneter mereka," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors.
"Ini tampaknya berpotensi mengindikasikan bahwa mereka percaya kebijakan moneter menjadi kurang akomodatif dan semakin mengarah ke tingkat netral."
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaNilai tukar Rupiah memang masih melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca SelengkapnyaPerry menegaskan, dari hari ke hari, kinerja nilai tukar Rupiah bergerak sangat dinamis. Pihaknya optimis bahwa Rupiah tetap stabil dan akan cenderung menguat.
Baca SelengkapnyaKebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga membeberkan biang kerok Rupiah anjlok beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaPenguatan nilai tukar rupiah didorong oleh dampak positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya hingga Rupiah.
Baca Selengkapnya