Menko Darmin: Donald Trump marah karena The Fed terus naikkan suku bunga acuan
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) beberapa hari ini bergerak melemah. Bahkan, nilai tukar sempat menyentuh level Rp 14.500-an per USd.
Pelemahan Rupiah terjadi sejak bank sentra AS, The Fed kembali mengumumkan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan mereka.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasutioan menyebutkan bahwa AS menaikkan kembali suku bunga acuan untuk menaikkan tingkat inflasi di negeri Paman Sam tersebut.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Siapa yang digugat Trump? Gugatan yang diajukan oleh Trump Media di 24 Maret ditujukan kepada Andy Litinsky dan Wes Moss, dua mantan kontestan reality show Trump yang kemudian menjadi salah satu pendiri calon dari Partai Republik untuk perusahaan teknologi Presiden.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
"Empat hari yang lalu itu Jerome Powell, Gubernur The Fed itu mengumumkan bahwa The Fed akan mem push supaya inflasi di AS meningkat, kan persoalan mereka inflasi terlalu rendah," kata Menko Darmin di kantornya, Minggu (22/7).
Menko Darmin mengakui, bukan hanya negara lain yang geram dengan keputusan tersebut bahkan Presiden AS Donald Trump pun menentangnya.
"Bukan cuma kita, bahkan Trump saja mulai marah, ini The Fed kerjaannya menaik-naikan tingkat bunga saja. Sudah ada itu komentar itu dari Trump," ujarnya.
Kondisi sebaliknya justru terjadi di China. Di sana, mata uang mereka sengaja dibuat terdepresiasi atau melemah terhadap Dolar Amerika.
"China, dia biarin mata uangnya melemah ya dia biarin saja, kenapa? Supaya barangnya lebih murah di AS. Begitu mata uang dia terus melemah dia gak mau intervensi, nah negara-negara di sekitar dia ikut melemah."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca SelengkapnyaTrump berpendapat tarif adalah alat penting untuk melindungi pekerjaan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan perkiraan para analis, The Fed masih berpotensi menurunkan suku bunga hingga ke level 3,5-4 persen.
Baca SelengkapnyaTrump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaTerdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun depan kian seret.
Baca SelengkapnyaPerbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaDiprediksi dollar akan menguat, suku bunga Amerika Serikat akan tinggi, bahkan perang dagang juga diprediksi akan terus berlanjut.
Baca Selengkapnya