Menko Luhut: Cadangan Nikel Melimpah, Indonesia Punya Posisi Tawar Kuat
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa Indonesia mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang kuat karena menjadi salah satu produsen nikel terbesar dunia.
Atas potensi itu, pemerintah Indonesia pun tengah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan nikel untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
"Dengan ini (potensi Nikel) yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (17/6).
-
Kenapa permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik meningkat? 'Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel,' ujar Toto.
-
Apa peran nikel untuk baterai kendaraan listrik? 'Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menyediakan nikel berkualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai lithium-ion, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik. Nikel meningkatkan densitas energi baterai yang sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi EV,'
-
Apa saja produk dari hilirisasi nikel? Belasan industri tumbuh di sana, dengan produk utama berupa nikel, stainless steel, dan carbon steel. Industri pendukungnya macam-macam, dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lain-lain.
-
Bagaimana Pemprov Kaltim mendorong Perusda MBS untuk menerapkan bisnis kendaraan listrik? 'Saya mendorong ke depan, MBS mulai menggunakan kendaraan non fosil. Kendaraan itu bisa dipinjam atau disewakan,' ujarnya Akmal kepada wartawan.
-
Bagaimana hilirisasi nikel meningkatkan ekonomi? Dari hilirisasi nikel, pendapatan Indonesia melejit. Pada 2015 ekspor Indonesia hanya Rp45 triliun. Setelah larangan ekspor bahan mentah nikel diberlakukan pada 2020, nilai ekspornya meroket Rp340 triliun pada 2021. Pada 2022 melonjak jadi Rp520 triliun, dan tahun lalu angkanya Rp520 triliun.
-
Bagaimana Indonesia jadi produsen nikel terbesar? Indonesia menjadi produsen nikel terbesar setelah Filipina membuat kebijakan ketat penambangan.
Menurut dia, dengan posisi tawar yang kuat itu, Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan. Luhut menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan nikel dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020.
"Produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP)," katanya.
Selain nikel, Luhut juga menyinggung soal investasi hilirisasi bauksit. Dia menyebutkan beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit. Ke tujuh kawasan tersebut di antaranya kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar USD 2,5 miliar (target operasi tahun 2021); kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi sebesar USD 4,19 miliar (target operasi pada kuartal keempat tahun 2021); dan kawasan industri Tanah Kuning dengan nilai total investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar USD 60 miliar (target operasi tahun 2022).
Investasi di Marowali Industrial Park
Selain kawasan-kawasan itu, menteri juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar 10 miliar dolar AS. Dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi, menurut dia, ongkos produksi akan menjadi semakin murah.
"In the end, cost (Pada akhirnya, biaya) kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia," jelasnya.
Luhut menambahkan, pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektivitas maritim dan penurunan emisi karbon.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Volkswagen dan Ford Tertarik Investasi EV di Indonesia
Baca SelengkapnyaIndonesia sebenarnya punya potensi untuk mengembangkan nikel dan LFP di industri hilir.
Baca SelengkapnyaPermintaan baterai lithium ion diperkirakan akan meningkat lantaran meroketnya kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi.
Baca SelengkapnyaIndonesia adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah mulai menapaki jejak sebagai pemain global dalam rantai pasok EV dunia,
Baca SelengkapnyaNikel saat ini jadi incaran dunia sebagai salah satu bahan baku pembentuk baterai kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaDunia otomotif Indonesia saat ini merupakan pilar penting dalam industri manufaktur.
Baca SelengkapnyaPermintaan global untuk kendaraan listrik tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPelemahan harga nikel di pasaran global justru jadi peluang untuk pemasukan investasi lebih kuat bagi Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia tercatat memiliki 6,2 juta pengguna kendaraan listrik roda dua dan 1 juta pengguna kendaraan listrik roda empat, menambah keunggulan kompetitif.
Baca SelengkapnyaLFP dipakai Tesla untuk memproduksi mobil listrik yang masih tergolong standar.
Baca Selengkapnya