Menkominfo ingatkan sebar konten negatif berpengaruh pada karir
Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Rudiantara mengingatkan masyarakat untuk tidak dengan mudah menyebarkan konten atau postingan negatif di dunia maya, terutama yang berbau radikalisme dan terorisme. Sebab, tindakan ini bisa berpengaruh buruk terhadap karir.
"Saya bilang ke teman-teman yang kuliah, nanti 5 tahun lagi lamaran tidak laku. Perusahaan yang mau hire, dia cuma lihat jejak digitalnya. Dia ngapain di dunia maya, oh negatif, tidak akan diterima. Makanya posting yang positif-positif," ungkapnya di Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa (15/5).
Dia menjelaskan, setiap konten yang disebarkan di dunia akan terekam dalam bentuk jejak digital yang akan terus tersimpan dan dapat diperiksa. "Ini jangan main-main lho dengan jejak digital. Saya selalu bilang jejak digital itu bukan seumur hidup, tapi seumur-umur," imbuhnya.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Siapa yang bilang media sosial berbahaya bagi anak? Seorang Ahli Bedah Umum asal Amerika Serikat (AS) Vivek Murphy mengatakan bahwa media sosial menghadirkan risiko besar bagi kesehatan mental remaja.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
-
Kenapa media sosial bisa mengganggu kesehatan mental remaja? 'Media sosial dapat mengubah cara remaja berteman dan menjalin hubungan, serta memengaruhi kesehatan mental mereka,' ungkap sebuah penelitian.
-
Kenapa media sosial berbahaya untuk otak anak? Otak anak-anak memiliki fungsi yang berbeda, dan dapat menjadi rentan selama fase perkembangan remaja. Kurang tidur bisa lebih berbahaya bagi remaja daripada orang dewasa, misalnya.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
Karena itu, dia mengharapkan masyarakat mulai sadar bahwa menyebarkan konten negatif di dunia maya adalah tindakan yang sangat merugikan baik bagi diri sendiri apalagi orang lain. Pemerintah juga tidak akan segan-segan mengambil tindakan tegas kepada pihak yang menyebarkan konten negatif, baik secara individu maupun kelompok.
"Tergantung kalau bagian dari provokasi harus di take down. Isinya memprovokasi, menyebarkan, menambah kisruh, bukannya meneduhkan," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ruang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Wanti-Wanti Buzzer, Bakal Tindak Tegas Konten Rendahkan Martabat Orang
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaHal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaBahkan, banyak negara di dunia yang mengalami kekacauan karena tidak bisa menyaring konten hoaks di dunia digital.
Baca SelengkapnyaMenkominfo akan menertibkan akun buzzer yang menyebarkan informasi hoaks dan radikalisme.
Baca SelengkapnyaMenkominfo meyakinkan revisi UU jilid II, bukan untuk mengkriminalisasi masyarakat yang menyampaikan kritik dan pendapat.
Baca SelengkapnyaBurhanuddin mengingatkan kepada seluruh jajaran Kejaksaan RI untuk menjaga netralitas.
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca Selengkapnya