Menkop Teten Minta Impor Mesin Produksi Cangkul Bebas Pajak
Merdeka.com - Pemerintah terus berupaya untuk memprioritaskan cangkul produksi lokal ketimbang terus mengimpornya dari luar negeri. Salah satu upayanya yakni dengan meminta agar impor mesin pembuat cangkul bisa terbebas dari pajak.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, mengaku malu jika Indonesia yang dikenal sebagai negeri agraris masih harus mengimpor cangkul dalam jumlah besar.
"Ini kan malu loh, hari ini saja kita masih impor cangkul. Saya sekarang lagi diminta oleh pak Presiden (Jokowi), coba apakah UMKM bisa memproduksi cangkul," ujar dia di Jakarta, Kamis (28/11).
-
Kenapa Kemenkumham mendukung penggunaan produk dalam negeri? Tujuannya adalah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung daya saing industri di tanah air.
-
Gimana cara Mentan mengurangi impor? 'Apresiasi juga kepada Pak Amran yang dengan semangat untuk mengurangi impor hasil-hasil pertanian seperti beras, gula, jagung, dan seterusnya. Saya percaya kalau seluruh potensi bangsa ini didorong untuk memenuhi kebutuhan itu, pasti impor kita dapat dikurangi dan kita kembali bergantung pada hasil dalam negeri,' katanya.
-
Bagaimana Kementan mendorong ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres
-
Bagaimana Kemenkumham mendukung produk dalam negeri? “Dalam kegiatan ini kami menyediakan layanan host berupa Layanan Paspor Merdeka, Pameran “Kemudian coaching clinic bidang Kekayaan Intelektual (KI), Administrasi Hukum Umum (AHU), dan Hak Asasi Manusia (HAM),“ imbuhnya lagi.
-
Kenapa Presiden Jokowi mengutamakan produk dalam negeri? Menurut Hendi, Presiden Jokowi sudah memberikan arahan agar belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda mengutamakan Produk Dalam Negeri yakni sebesar 95 persen. Selain itu belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda sebanyak 40 persen wajib untuk mengutamakan UMKK.
-
Kenapa ekspor pertanian penting bagi Kementan? “Pandemi tidak serta merta mematikan sektor pertanian, tapi membuat bertahan dan terus tumbuh. Patut kita sukuri karena selain penyediaan pangan dalam negeri beberapa komoditas juga dilakukan ekspor ke negara tetangga,“ katanya.
Dia menjelaskan, kebutuhan cangkul oleh petani lokal per tahunnya mencapai sekitar 10 juta buah. Agar UMKM lokal bisa memproduksi cangkul sendiri, dia tengah berupaya menghubungkan produsen dengan pihak penyedia bahan baku beserta pasar penjualannya.
"Mudah-mudahan lah, tahun ini (dan) tahun depan kita bisa kurangi impornya," ungkap Teten.
Namun begitu, Teten tak mau menafikan bahwa negara masih membutuhkan alat penopang seperti mesin yang didatangkan dari luar guna bisa memproduksi cangkul sendiri.
"Mungkin kita masih perlu impor mesinnya, tapi saya sudah minta Dirjen Bea Cukai (Kementerian Keuangan) supaya nanti tanpa pajak. Karena kita butuh mesin-mesin modern untuk membuat cangkul dalam jumlah yang lebih efisien dan lebih cepat," tuturnya.
Ketika ditanya target jumlah produksinya, ia mengatakan, pihaknya kini masih mengkaji kemampuan dari setiap pelaku UMKM. "Saya lagi pelajari dulu, kira-kira pelaku UMKM bisa sanggup berapa. Terus supply bahan bakunya. Kalau pembiayaan saya kira ini bisnis menguntungkan lah cangkul," tandasnya.
Impor Cangkul Capai Rp1,48 Miliar
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata Indonesia memang gemar melakukan impor cangkul setiap tahunnya, dan terbanyak dari China. Sepanjang Januari-Oktober 2019 tercatat nilai impor cangkul mencapai USD 106.127 atau Rp1,49 miliar, dengan volume sebanyak 292.444 kilogram (kg).
Secara rinci, impor cangkul tersebut berasal dari China sebanyak 291.437 kg dengan nilai sebesar USD 106.062. Sisanya hanya sebesar 7 kg yang berasal dari Jepang dengan nilai sebesar USD65.
BPS bahkan mencatat sepanjang 2015-2018 impor cangkul seluruhnya berasal dari China. Pada tahun 2015, nilai impor cangkul USD 6.589 dengan volume sebanyak 14.261 kg.
Kemudian nilainya naik tajam pada tahun 2016 menjadi sebesar USD187.064 dengan volume sebanyak 142.783 kg. Namun pada tahun 2017, nilai impor cangkul mengalami penurunan tajam menjadi USD 794 dengan volume 2.317 kg.
Pada tahun 2018, impor cangkul tercatat kembali naik menjadi nilai USD33.889 dengan volume sebanyak 78.100 kg. Hingga pada akhir Oktober 2019 nilai impor cangkul menjadi USD 106.127.
Kemendag Diminta Hentikan Impor Cangkul
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta Menteri Perdagangan Agus Suparmanto untuk menghentikan impor pacul karena industri dalam negeri telah mampu memenuhi kebutuhan nasional.
"Impor pacul harus ditutup karena industri dalam negeri sudah siap untuk memenuhi kebutuhan. Saya yakin kebutuhan pacul nasional bisa terpenuhi," kata Agus usai memimpin rapat Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat (8/11).
Agus memaparkan kemampuan produksi pacul oleh Industri Kecil Menengah (IKM) dalam negeri mencapai 500.000 unit per tahun, sementara industri besar mampu memproduksi 2,5 juta unit pacul per tahun. Sedangkan, kebutuhan pacul nasional mencapai 10 juta unit per tahun.
Dia tidak mengkhawatirkan penutupan impor pacul tersebut, karena yakin bahwa kebijakan itu akan menumbuhkan IKM maupun industri besar yang akan memproduksi pacul di dalam negeri. "Ketika ditutup, industri dalam negeri akan tumbuh karena mereka mengikuti demand side," ujar Menperin.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menuturkan bantuan ini diberikan untuk mendorong peningkatan perekonomian rumah tangga masyarakat.
Baca SelengkapnyaKementerian Perindustrian (Kemenperin) mengingatkan dampak melambungnya impor barang jadi ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaJerry memastikan, impor terhadap produk tekstil tetap dapat terkendali.
Baca SelengkapnyaPengendalian barang impor perlu ada kerja sama antar kementerian.
Baca SelengkapnyaGanjar sepakat impor batik harus dibatasi melalui regulasi yang jelas.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaTujuannya, untuk melindungi produk-produk dalam negeri pada platform tersebut.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, Indonesia sendiri dalam hal ini adalah swasta pada dasarnya telah memiliki industri ponsel sendiri.
Baca SelengkapnyaArief menekankan bahwa prioritas utama pemerintah adalah mengutamakan produksi dalam negeri, terutama menjelang panen raya jagung.
Baca SelengkapnyaWakil Menteri Kementerian UKM menilai kebijakan Kemendag menyulitkan peternak sapi lokal.
Baca SelengkapnyaPihaknya turut mengapresiasi langkah yang diambil Kementerian Perindustrian yang dengan tegas menginginkan pembatasan impor kembali.
Baca SelengkapnyaProduksi pipa baja seamless untuk industri migas di dalam negeri, sudah mencapai 500.000 ton per tahun.
Baca Selengkapnya