Menteri ESDM sebut ada 2.500 desa di Indonesia belum dapat listrik
Merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan sekitar 2.500 desa di Indonesia yang belum menikmati listrik. Dengan begitu, masyarakat di desa tersebut harus hidup dalam kegelapan.
"Sebanyak 12.000 desa yang dialiri listrik tetapi putus-putus atau belum 24 jam sehari," ujar dia di Papua Barat seperti dilansir Antara, Jumat (22/4).
Dia mengatakan, terdapat 60 persen desa di enam provinsi yang sudah dialiri listrik, namun belum penuh 24 jam. Provinsi tersebut adalah NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
-
Bagaimana program Listrik Desa mencapai daerah terpencil? Program ini mendesak dilakukan karena pasokan listrik di Indonesia belum merata. Per September 2016, Indonesia baru punya pembangkit listrik dengan total daya 4.133 MW. Sementara 12.317 MW masuk masa konstruksi, dan 8.641 MW dalam penyelesaian kontrak.
-
Mengapa program Listrik Desa diluncurkan? Keinginan itu dimulai dari Bantul pada Mei 2015, Pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 MW melengkapi 7.000 MW yang sudah dibuat pemerintah sebelumnya.
-
Kapan program Listrik Desa dimulai? Kebahagiaan yang dirasakan Mama Lodia ini mulai hadir di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak pertama kali menjabat.
-
Apa saja manfaat program Listrik Desa? 'Masak masakan tidak pakai kayu lagi, tinggal colok saja,' ujar Mama Lodia. 'Anak-anak juga gampang belajar karena tidak tidur lagi jadi belajarnya bagus.'
-
Siapa yang bertanggung jawab atas program Listrik Desa? Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN (Persero) menjadi pengawal utama dari target menerangi Indonesia ini.
-
Bagaimana Ganjar menyelesaikan masalah air dan listrik di desa itu? Ganjar mengaku akan segera mencari solusi atas persoalan air tersebut bekerja sama dengan camat setempat. Ia meminta camat untuk mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan agar bisa mengalirkan air bersih ke permukiman warga.
Untuk itu, pemerintah pusat mencanangkan Program Indonesia Terang guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat terutama di enam provinsi wilayah timur Indonesia.
Sudirman menegaskan Program Indonesia Terang bukanlah sebuah proyek Kementerian ESDM tetapi suatu gerakan Indonesia untuk menjawab kebutuhan listrik masyarakat yang ada di pedesaan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
Mantan dirut Pindad ini menambahkan listrik adalah kebutuhan utama dan apabila seluruh desa telah dialiri listrik 24 jam, maka sudah pasti masyarakat akan memanfaatkannya sebagai pendukung berbagai usaha ekonomi guna meningkatkan pendapatan mereka.
"Kami targetkan lima tahun ke depan prasarana ketenagalistrikan di Indonesia terlebih khusus wilayah timur Indonesia memadai sehingga masyarakat di desa-desa dapat menikmati listrik 24 jam," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rasio Elektrifikasi (RE) PLN di Kaltim per Agustus 2023 telah mencapai 94,95 persen dengan Rasio Elektrifikasi total mencapai 99,99 persen.
Baca Selengkapnya"Yang belum teraliri itu terutama karena berada jauh dari kawasan, terutama pemukiman baru," kata Rudy
Baca SelengkapnyaAda 1,5 juta warga terdampak dari mati listrik total di Sumatera sejak Rabu 2 Juni.
Baca SelengkapnyaDia meminta Ara membuat terobosan karena masih banyak desa di Lampung ratusan tahu tak dialiri listrik
Baca SelengkapnyaProgram pemerataan listrik jadi salah satu agenda mendesak yang dilakukan di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaSejak 47 tahun yang lalu, warga setempat hanya menggunakan penerangan yang terbatas.
Baca SelengkapnyaSelain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Baca SelengkapnyaPembangunan pembangkit listrik dan jaringan transmisi masih jauh dari target.
Baca SelengkapnyaPercepatan realisasi anggaran subsidi untuk pembelian maupun konversi motor listrik penting untuk meyakinkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca SelengkapnyaUntuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Sebab, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai.
Baca Selengkapnya