Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menteri Sri Mulyani: Inflasi RI Lebih Rendah Dibanding Negara Dunia

Menteri Sri Mulyani: Inflasi RI Lebih Rendah Dibanding Negara Dunia Sri Mulyani. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan, tingkat inflasi di Indonesia saat ini masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju dan berkembang di dunia saat ini. Sampai April 2022, tingkat inflasi Indonesia sebesar 3,5 persen atau masih dalam kisaran target inflasi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.

"Sampai April 2022, inflasi Indonesia sebesar 3,5 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya tapi dibandingkan negara maju dan emerging, inflasi ini cukup rendah," kata Menteri Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna ke-24 di Gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (31/5).

Dia menjelaskan, berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman mengalami kenaikan inflasi yang tinggi. Secara berturut-turut 8,4 persen, 9 persen dan 7,5 persen. Tak hanya itu, sejumlah negara juga mengalami lonjakan inflasi seperti yang dialami Argentina 58 persen dan Turki hingga 70 persen pada April 2022.

Orang lain juga bertanya?

Meroketnya inflasi tersebut tidak terlepas dari dampak lanjutan dari pandemi dan perang yang terjadi di Ukraina. Perang antara Rusia dan Ukraina telah membuat harga komoditas global merangkak naik.

Peningkatan inflasi di dalam negeri juga tidak terlepas dari momentum bulan puasa dan Lebaran. "Ramadan dan hari raya meningkatkan permintaan barang dan jasa, serta pulihnya permintaan domestik ini turut berkontribusi dengan pada inflasi April lalu," paparnya.

APBN Tanggung Tingginya Harga Listrik, BBM dan LPG 3 Kg

Di sisi lain, pulihnya permintaan domestik tercermin pada pergerakan inflasi inti yang berada dalam tren meningkat. Inflasi domestik berpotensi bisa lebih tinggi apabila kenaikan harga komoditas global sepenuhnya langsung berdampak pada harga-harga domestik.

Namun dalam hal ini pemerintah mengambil peran dengan meredam kenaikan harga di tingkat konsumen. Konsekuensinya, APBN yang mengambil peran sebagai syok absorber dengan memberikan subsidi dan kompensasi.

"Potensi transmisi (harga) tersebut dapat kita redam dengan konsekuensi biaya kompensasi yang meningkat untuk mempertahankan harga jual listrik, BBM dan LPG ini tidak naik," kata doa.

Sehingga bisa melindungi masyarakat agar daya belinya tidak tergerus sekaligus melindungi momentum pemulihan ekonomi. Untuk itu pihaknya meminta persetujuan dari DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi.

"Kami minta persetujuan kepada DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi yang nilainya Rp 520 triliun," kata dia mengakhiri.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Tetap Gagah Meski Global Melambat
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Tetap Gagah Meski Global Melambat

Inflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Konsumsi Rumah Tangga Positif, Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Capai 5,2 Persen
Konsumsi Rumah Tangga Positif, Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Capai 5,2 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Kurs Rupiah Melemah Menuju Rp16.000 per USD, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini

Menurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD.

Baca Selengkapnya
Luhut: Inflasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Zaman Orde Baru Saja 10 Persen
Luhut: Inflasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Zaman Orde Baru Saja 10 Persen

Pemerintah menargetkan inflasi Indonesia bisa turun di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Klaim Ekonomi Indonesia Tetap Stabil di Tengah Krisis Global
Sri Mulyani Klaim Ekonomi Indonesia Tetap Stabil di Tengah Krisis Global

Kinerja apik ini tak lepas dari terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional hingga memasuki akhir tahun 2023.

Baca Selengkapnya
Airlangga Buka-bukaan soal Peluang RI Masuk Jurang Resesi: Hasil Survei, Kita Terendah di Dunia
Airlangga Buka-bukaan soal Peluang RI Masuk Jurang Resesi: Hasil Survei, Kita Terendah di Dunia

Airlangga menyatakan, peluang Indonesia masuk ke jurang resesi sangatlah kecil.

Baca Selengkapnya
PPN Naik Jadi 12 Persen, Sri Mulyani: Masih Lebih Rendah Dibanding Negara Lain
PPN Naik Jadi 12 Persen, Sri Mulyani: Masih Lebih Rendah Dibanding Negara Lain

Sri Mulyani anggap kenaikan PPN menjadi 12 persen cenderung lebih rendah.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Dunia Membaik, Indonesia Waspadai Kenaikan Harga dan Suku Bunga
Ekonomi Dunia Membaik, Indonesia Waspadai Kenaikan Harga dan Suku Bunga

Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2024 Tetap Cerah
Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2024 Tetap Cerah

Sri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani soal Ekonomi Deflasi Lima Bulan Berturut-turut: Ini Karena Penurunan Harga Pangan
Sri Mulyani soal Ekonomi Deflasi Lima Bulan Berturut-turut: Ini Karena Penurunan Harga Pangan

Sri Mulyani menjelaskan, inflasi yang rendah sangat penting untuk mendukung daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelompok menengah bawah.

Baca Selengkapnya
KSP: Inflasi Indonesia Terendah Dibanding Negara Anggota G20
KSP: Inflasi Indonesia Terendah Dibanding Negara Anggota G20

Inflasi Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Eropa, yakni sebesar 5,3 persen.

Baca Selengkapnya