Menuju Visi Bank Indonesia 4.0
Merdeka.com - Digitalisasi di masa pandemi Covid-19 menjadi sebuah keniscayaan. Semua sektor dan lini bisnis dipaksa mempercepat peralihan ke sistem digital. Tak terkecuali Bank Indonesia sebagai bank sentral negara.
"Kita mau bank sentral menjadi 4.0," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam Kuliah Tamu: Pasar dan Lembaga Keuangan, Jakarta, Jumat (16/10).
Destry menuturkan, Bank Indonesia kini memiliki visi menjadi bank sentral digital terdepan. Maka, untuk mewujudkannya strategi yang digunakan yakni transformasi digital.
-
Mengapa BRI fokus pada digitalisasi? Hal ini untuk menjawab tantangan yang harus dihadapi oleh BRI terkait pemanfaatan data yang begitu besar untuk menumbuhkan kinerja. Karena kami menyadari mayoritas nasabah BRI adalah UMKM yang perlu edukasi dan sosialisasi untuk pemanfaatan teknologi perbankan secara khusus',
-
Bagaimana BRI mendorong digitalisasi finansial? Lewat kegiatan ini, BRI terus mendorong sosialisasi pemakaian QRIS BRI sebagai wujud edukasi digitalisasi finansial kepada masyarakat.
-
Bagaimana cara BRI mendorong transformasi digital? Terdapat beberapa strategi yang dilakukan BRI dalam mendorong transformasi digital tersebut. Pertama, dengan mendorong digitalisasi proses bisnis internal. Dalam hal ini, BRI berupaya menyederhanakan proses bisnis dan meningkatkan efisiensi. Lalu selanjutnya, BRI mendorong new business model demi mendorong penciptaan value.
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
-
Bagaimana BRI melakukan transformasi digital? Proses ini melibatkan 3 inisiatif utama: fokus dengan membangung resiliensi pada sistem; melakukan open banking dengan menyederhanakan, mempermudah desain dan pengembangan layanan; serta mendorong dan menanamkan program BRIBrain yang lebih analitik terkait data dari produk yang diakses nasabah.
-
Mengapa transaksi digital penting untuk ekonomi digital? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk digital ekonomi senilai 800 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp12.096,8 triliun.
"Beberapa yang kita lakukan, kita pakai policy mix karena ini tidak bisa sendirian, semua kita mix bauran kebijakan termasuk fiskal," kata Destry.
Dia menjelaskan, transformasi digital di tubuh Bank Indonesia juga bukan sesuatu yang mudah. Tantangan terbesar yang dihadapi Bank Indonesia justru dari Sumber Daya Manusia (SDM).
Meski saat ini pegawai Bank Indonesia banyak dari kalangan milenial, namun implementasinya tidak semudah yang dibayangkan. Sebab dalam transformasi digital bukan hanya berubah secara fisik, tetapi juga harus ada perubahan pola pikir.
Utamanya bagi pegawai Bank Indonesia di kalangan senior yang masih mempertahankan hal-hal yang bersifat konvensional. "Yang senior-senior seperti saya ini juga harus membiasakan diri dari yang tadinya serba konvensional menjadi serba digital," ungkap Destry.
Maka, yang terjadi di Bank Indonesia saat ini bukan hanya transformasi digital saja. Tetapi juga ada transformasi organisasi. Cara dengan melakukan pengembangan berbagai digital platform.
"Semua data dan laporan ini pakai platform. Ini nanti akan jadi suatu kebijakan. Tentunya kita juga pakai AI dan jadi satu kebijakan yang kita harapkan kebijakannya," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 146 miliar pada tahun 2025. Angka tersebut menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaPT Pos Indonesia (Persero) telah berusia hampir 3 abad.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaBagi para pebisnis kelas UMKM, digitalisasi membawa bisnis konvensionalnya naik level.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia menerbitkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030.
Baca SelengkapnyaUpaya-upaya menumbuhkan pengembangan ekonomi digital perlu kerja bersama.
Baca SelengkapnyaSekitar 78 persen nasabah Indonesia kini menggunakan perbankan digital secara aktif, meningkat secara signifikan dari 57 persen pada 2017.
Baca SelengkapnyaGenerasi Y, Z dan Alpha akan lebih dominan melakukan preferensi pembayaran secara digital sehingga mendorong peningkatan transaksi keuangan digital.
Baca SelengkapnyaTransformasi digital juga tidak sekadar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, namun menjadi langkah strategis memperkuat bangsa di era digital.
Baca SelengkapnyaBank DKI juga terus aktif mensosialisasikan berbagai informasi mengenai keamanan transaksi perbankan digital serta transparansi informasi produk dan layanan.
Baca SelengkapnyaSaat ini masih di tahap penelitian dan akan menuju fase menengah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia bersama beberapa bank sentral di dunia sedang mengkaji untuk mengembangkan Rupiah Digital atau sering dikenal dengan CBDC.
Baca Selengkapnya