Menyakitkan Petani, Nilai Sampah Makanan Indonesia Capai Triliunan Rupiah
Merdeka.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat jumlah produksi food waste atau sampah makanan di Indonesia mencapai 150 kilogram per kapita. Angka tersebut termasuk sangat fantastis jika dikonversi menjadi rupiah.
"Dalam satu tahun hasil penelitian Bapanas itu kurang lebih 150 kg per kapita, tinggal dikalikan jumlah penduduk Indonesia dari total itu lumayan banyak kalau dirupiahkan, triliunannya lumayan banyak," ujar Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi, Bapanas, Nyoto Suwignyo usai menghadiri Rakernas Hippindo, Jumat (9/13).
Suwignyo menyatakan bahwa jumlah food waste di Indonesia berpotensi besar mengganggu posisi keberadaan pangan nasional. Analogi sederhananya menurut Suwignyo yaitu food waste akan sangat menyakiti kerja keras petani selama menghasilkan pangan.
-
Mengapa food waste berbahaya untuk lingkungan? Fenomena food waste dan food loss tidak hanya menjadi masalah global, tetapi juga menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan ekosistem.
-
Apa itu food waste? Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), food waste merujuk pada penurunan kualitas atau kuantitas makanan pada tingkat ritel, jasa penyedia makanan, dan konsumen.
-
Apa tantangan terberat yang dihadapi petani di Sukomakmur? Salah satu tantangan terberat dalam bertani adalah, mereka menyediakan modal yang tinggi untuk masa tanam, namun saat panen, mereka mendapat hasil yang rendah.
-
Apa dampak dari banyaknya sampah? Kini, seiring dengan melonjaknya suhu udara di musim panas, ada peringatan baru dari badan-badan bantuan tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh banyaknya sampah.
-
Mengapa petani di Banyumas terancam gagal panen? BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino. Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen.
-
Siapa penyumbang terbesar pemborosan makanan? Setiap tahun, sepertiga dari produksi pangan dunia harus terbuang, dan rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dari pemborosan tersebut.
Untuk mencegah terjadinya food waste, dia mengatakan perlu kolaborasi antar semua pihak seperti pemerintah, pegiat pangan, dan komunitas-komunitas sipil.
Pencegahan Sampah Makanan
Saat ini, Bapanas telah meneken nota kesepahaman dengan pegiat pencegahan food waste agar kondisi ini dapat terus ditekan.
"Ada beberapa hal yang menurut mereka (komunitas pegiat pencegahan food waste) kehadiran pemerintah itu diperlukan agar terjadi keseimbangan di dalam pengelolaannya. Kita coba dulu di Jabodetabek," ungkapnya.
Jika upaya pencegahan food waste di Jabodetabek berhasil, program seperti ini akan menjadi contoh bagi perkotaan lainnya.
"Kita mau menggalakkan proses pembudayaan pemberdayaan dan sekaligus mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat di Indonesia bahwa menjaga tidak terjadinya pemborosan itu penting," harapnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu disampaikan Megawati ketika pidato dalam penutupan Rakernas V PDIP, di Ancol, Jakarta Utara
Baca Selengkapnya"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaPangan menjadi senjata yang sangat ampuh dalam membangun hegemoni suatu negara.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyatakan bahwa dengan upaya yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi alamnya untuk meningkatkan produksi pangan secara signifikan.
Baca SelengkapnyaDugaan Mark Up Impor Beras, Politisi PDIP Dukung Perangi Bandit Pangan
Baca SelengkapnyaAnggaran Kementan untuk tahun 2025 mengalami pengurangan dibandingkan tahun 2024, meskipun peran Kementan sangat vital.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Baca SelengkapnyaBerbekal pengalaman sebagai mantan Menteri Pertanian (Mentan), Suswono akan mengatasi permasalahan tersebut.
Baca SelengkapnyaBanyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
Baca SelengkapnyaSituasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca Selengkapnya