Meski ekonomi terpuruk, Arab Saudi tak mau kurangi produksi minyak
Merdeka.com - Ekonomi Arab Saudi saat ini sedang terpuruk karena rendahnya harga minyak dunia. Perkiraan International Moneter Fund (IMF), Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, membutuhkan harga minyak hingga ke level USD 106 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. IMF juga mengatakan bahwa kerajaan tersebut juga hampir tidak mempunyai cadangan fiskal untuk bertahan selama lima tahun ke depan jika harga minyak tetap berada di level USD 50 per barel.
Penyebab rendahnya harga minyak tersebut adalah dinamika pasar yang melibatkan permintaan dan penawaran yang masih belum stabil. Salah satunya, dari sisi penawaran adalah revolusi energi Amerika yang berhasil menciptakan pasokan energi yang banyak. Sementara dari sisi permintaan, pelemahan ekonomi global membuat banyak negara mengurangi konsumsi energinya akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Meski pasokan melimpah membuat harga minyak rendah, Arab Saudi secara tegas enggan menurunkan produksi. Padahal, mengurangi pasokan adalah salah satu cara menyeimbangkan permintaan dan persediaan minyak mentah.
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Bagaimana Kemendag dorong pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Kenapa Arab Saudi melakukan embargo minyak? Ini adalah balasan bagi AS yang selama perang Yom Kippur terus menerus mengirimkan senjata ke Israel untuk melawan negara-negara Arab.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Dimana Kemendag genjot pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Bagaimana Pertamina jaga harga BBM tetap kompetitif? 'Termasuk kita juga lakukan efisiensi sehingga bisa menghemat biaya produksi, hasilnya BBM Pertamina tetap kompetitif,' tambah Fadjar.
Arab Saudi bertekad tetap pada kebijakannya yaitu melindungi pangsa pasar global, meski ekonominya sedang terpuruk.
Seorang pejabat di Arab Saudi mengatakan, bahwa pihaknya akan tetap memproduksi minyak yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan ini tidak berminat untuk mengubah strategi sebelum pertemuan OPEC di Wina pada 4 Desember nanti.
"Satu-satunya hal yang harus dilakukan sekarang adalah membiarkan pasar melakukan tugasnya. Belum ada pembicaraan di sini mengatakan bawha kita harus mengurangi produksi meski kita merasa kesulitan," ucap Chairman of the state-owned Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco), Khalid al-Falih seperti dilansir dari Financial Times, Senin (09/11).
Arab Saudi sudah mulai mengguncang pasar minyak dunia sejak November tahun lalu. Saat itu, OPEC memutuskan untuk mengurangi produksi minyak, namun Arab Saudi mengabaikan kebijakan ini.
Sejak itu, harga minyak telah runtuh dari puncaknya di USD 115 per barel tahun lalu menjadi USD 50 per barel. Banyak perusahaan minyak global akhirnya menunda investasi karena rendahnya harga minyak dunia. Mereka kecewa dengan sikap Arab Saudi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaSKK Migas: Prioritas Produksi Minyak dan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaBenarkah Harga BBM Pertamax Naik Setelah Juni? Begini Penjelasan Menteri ESDM
Baca SelengkapnyaPertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca SelengkapnyaJika dalam situasi geopolitik seperti sekarang, Pertamina menaikkan harga BBM misalnya, maka efek spiralnya ke mana-mana.
Baca SelengkapnyaPertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSejumlah departemen di Kerajaan Arab Saudi harus ikat pinggang demi poryek-proyek ambisius.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaHarga BBM di SPBU Pertamina tidak mengalami kenaikan per 1 Maret 2024 ini.
Baca Selengkapnya