Meski Tak Terdampak Virus Corona, Ekspor Impor Ke China Tetap Alami Penurunan
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto mengakui posisi perdagangan ekspor dan impor Indonesia ke China Januari 2020 mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari posisi ekspor non migas ke China terkoreksi sebesar USD 211,9 juta atau turun sebesar 9,15 persen.
Sementara posisi impor non migas juga mengalami penurunan yakni USD 190,5 juta atau turun 4,61 persen jika dibandingkan posisi bulan sebelumnya.
Dia menjelaskan beberapa komponen ekspor yang berkurang dari negeri Tirai Bambu tersebut yakni untuk golongan barang lemak dan minyak hewan atau nabati. Pada januari 2020 ekspor terhadap kelompok barang ini hanya USD 1,36 miliar, lebih rendah dibandingkan posisi bulan sebelumnya yakni USD 2,06 miliar.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Gimana cara Mentan mengurangi impor? 'Apresiasi juga kepada Pak Amran yang dengan semangat untuk mengurangi impor hasil-hasil pertanian seperti beras, gula, jagung, dan seterusnya. Saya percaya kalau seluruh potensi bangsa ini didorong untuk memenuhi kebutuhan itu, pasti impor kita dapat dikurangi dan kita kembali bergantung pada hasil dalam negeri,' katanya.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Kenapa penjualan iPhone di China menurun? Setidaknya, terdapat dua alasan mengapa penjualan Apple di Tiongkok tersebut menurun.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
"Penurunan terbesar ekspor non migas terjadi pada kelompok barang ini sebesar USD 703,2 juta atau 34,08 persen," katanya di Kantornya, Jakarta, Senin (17/2)?
Penurunan ekspor lainnya juga tercatat pada kelompok barang bijih, terak, dan abu logam yang turun mencapai USD 309,8 juta atau 80,17 persen. Di mana posisi ekspor pada Januari 2020 kelompok barang ini hanya meraih sebesar USD 76 juta, berbanding terbalik jika dibandingkan bulan sebelumnya yakni mencapai USD 386,4 juta.
Sementara itu, posisi impor yang mengalami penurunan terbesar dari China yakni golongan barang buah-buahan sebesar USD 180,4 juta atau turun 76,21 persen. Penurunan impor lainnya juga diikuti oleh kelompok barang gula dan kembang gula sebesar USD 139,9 juta atau turun 78,46 persen.
Disebabkan Harga Komoditas
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, posisi penurunan yang terjadi lebih disebabkan karena harga komoditas. Di mana, sepanjang Desember hingga Januari, harga komoditas rata-rata mengalami kenaikan khususnya yang non migas.
Misalnya saja harga minyak sawit yang naik sekitar 8,44 persen. Sementara harga batubara dan karet juga mengalami kenaikan masing-masing 6,5 persen dan 1,20 persen.
"Sebaliknya yang turun di antaranya nikel tembaga dan timah. Fluktuasi beberapa komoditas tentu pengaruh pada nilai ekspor dan impor Indonesia di 2020," ujarnya.
Sementara khusus untuk harga minyak justru mengalami penurunan sekitar 2,68 persen. Pada Desember 2019 harga minyak berada di angka USD 67,18 per barel, turun menjadi USD 65,38 per barel di Januari 2020.
"Selama Desember sampai Januari 2020 tentu banyak perkembangan harga terjadi misalnya harga minyak mentah Indonesia selama Desember 2019 ke Januari 2020 mengalami penurunan 2,68 persen," jelasnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD 864 juta. Defisit ini terjadi karena nilai ekspor Indonesia hanya mencapai USD 13,41, sedangkan nilai impor tercatat sebesar USD 14,28 miliar.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Realisasi ekspor pada Oktober ini justru mengalami penurunan sebesar 10,43 persen jika dibandingkan pada Oktober 2022.
Baca SelengkapnyaPenurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh nilai impor non migas.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaChina merupakan salah satu dari 3 negara yang jadi mitra dagang utama RI.
Baca SelengkapnyaTren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaNilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca SelengkapnyaPenurunan ini tak lepas dari anjloknya realisasi kinerja ekspor non migas pada Juli 2023 mencapai USD 19,65 miliar.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaMeskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaJika dilihat secara historis dari tahun 2021 hingga 2023, nilai ekspor mobil dari Indonesia terus mengalami peningkatan
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca Selengkapnya