Milenial di Indonesia Lebih Banyak Punya Cicilan Daripada Investasi
Merdeka.com - Founder PT Solusi Finansialku Indonesia, Melvin Mumpuni menilai, generasi milenial di Indonesia masih banyak yang belum melek investasi. Mereka masih cenderung konsumtif dan menggunakan uangnya untuk hal-hal yang berbau konsumsi, sehingga lebih banyak yang memiliki cicilan ketimbang investasi. Contoh sederhananya adalah kartu kredit untuk keperluan hangout di kafe.
"Milenial di Indonesia setiap kali aku tanya di event ada tidak yang punya cicilan Rp1 sampai Rp2 juta per bulan? Banyak. Tapi ada tidak yang bisa investasi Rp1 juta sampai Rp2 juta per bulan? Tidak ada," kata dia saat ditemui di Menara BCA, Jakarta, Kamis (29/8).
Padahal, saat ini milenial di Indonesia merupakan kaum dengan pendapatan yang lumayan. Artinya, mereka memiliki penghasilan per bulan yang cukup untuk berinvestasi, seperti deposito atau reksadana. Apalagi kini banyak jenis investasi yang nggak membutuhkan modal besar.
-
Apa saja kebiasaan keuangan yang membuat milenial sulit? Berikut ini adalah empat kebiasaan yang sering membuat milenial mengalami kesulitan finansial, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com dari laman yourtango.com pada Kamis (28/11/2024). 1. Kebiasaan untuk Menghindari Masalah Keuangan Menghindari masalah keuangan merupakan kebiasaan yang umum di kalangan milenial.
-
Mengapa gen z dan milenial rentan terjerat investasi bodong? 'Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan,' terang Friderica.
-
Apa yang membuat gen z dan milenial rentan terhadap investasi bodong? Generasi ini, kata Friderica merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
-
Kenapa milenial sulit mengatur keuangan? Salah satu faktor utama yang membuat milenial sering menghadapi masalah keuangan adalah perubahan prioritas yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Mereka lebih memprioritaskan pengalaman hidup, seperti berlibur, bersantai di kafe, atau membeli barang-barang untuk menunjang penampilan di media sosial, sehingga mengabaikan pentingnya menabung atau berinvestasi.
-
Bagaimana miliarder muda berinvestasi? Bagi para miliarder, mereka akan lebih cermat dalam menentukan instrumen investasi. Umumnya mereka akan memprioritaskan investasi terhadap instrumen yang aman untuk mengamankan aset yang dimiliki.
-
Bagaimana cara milenial mengatasi keuangan yang sulit? Langkah pertama untuk menghadapi masalah keuangan adalah dengan berani menghadapinya. Anda bisa memulainya dengan tindakan sederhana, seperti menyusun daftar pengeluaran, menilai pendapatan, dan membuat anggaran bulanan. Apabila merasa kesulitan dalam proses ini, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan dari konsultan keuangan. Alternatif lainnya, Anda juga dapat memanfaatkan aplikasi keuangan yang dapat membantu dalam melacak pengeluaran. Dengan cara ini, diharapkan Anda dapat mencapai kestabilan finansial yang lebih baik.
"Sebenarnya milenial punya uangnya karena dia bisa nyicil, tapi jatuhnya tuh uangnya buat cicilan tidak untuk investasi. Tapi sebenarnya mereka punya uang," ujarnya.
Dengan banyaknya literasi dan edukasi keuangan saat ini, diharapkan milenial sudah dapat memiliki perencanaan keuangan yang bagus. Serta memiliki instrumen investasi yang cocok bagi mereka.
Menurutnya, berinvestasi bagi milenial bisa diawali dengan coba-coba semua jenis instrumen dengan menggunakan budget testing. Budget testing adalah dana di mana jika terjadi hal yang tidak diinginkan, kerugian tersebut tidak akan mengganggu keuangan secara umum. Misalnya, mulai mencoba investasi di reksadana atau saham dengan angka minimal yaitu Rp100 ribu.
"Pertama, mulai dari rencana keuangan dulu kalau misalnya gak mau repot udah mulai coba dulu dengan budget testing. Coba dulu kalau nanti udah tahu hasilnya, optimalkan perbesarkan," tutupnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2023 nilai pinjaman masyarakat Indonesia ke pinjaman online mencapai Rp50,12 triliun.
Baca SelengkapnyaTingginya gaya hidup dan perilaku konsumtif menjadi penyebab anak muda terjerat pinjol.
Baca SelengkapnyaAda beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Baca SelengkapnyaPerkembangan jumlah investor ritel cukup pesat karena OJK mendorong transformasi digital di seluruh aspek,
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan banyak masyarakat Indonesia yang sudah masuk dalam sektor keuangan, seperti menabung diperbankan, berinvestasi, dan lainnya.
Baca SelengkapnyaGenerasi milenial dan Gen Z diprediksi justru bisa semakin miskin daripada generasi sebelumnya. Ini alasannya.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil bekas di paruh pertama 2024 didominasi oleh milenial.
Baca SelengkapnyaDirektur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan saat ini banyak anak muda yang terjebak dalam tren Latte Factor.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah cara agar masyarakat bisa melunasi utang pinjol.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan perbankan digital ini didorong kuat oleh Gen Z dan generasi milenial.
Baca SelengkapnyaGenerasi Z menjadi kelompok yang mendominasi pengguna Paylater.
Baca Selengkapnya