Mobil masa depan Indonesia, berbahan bakar listrik hingga minyak limbah sawit
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan, seperti mobil listrik. Bahkan pemerintah tengah menyiapkan peta jalan (roadmap) serta payung hukumnya berupa Peraturan Pemerintah (Perpres).
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menyatakan ada tiga jenis kendaraan masa depan yang akan beredar secara masif di jalan-jalan seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ketiga jenis kendaraan tersebut yaitu hybrid, plug in hybrid dan electric vehicle atau biasa disebut dengan mobil listrik.
Untuk jenis hybrid atau mobil yang menggabungkan tenaga bensin dan baterai listrik, kendaraan jenis ini telah diproduksi secara massal oleh sejumlah produsen otomotif besar. Mobil tersebut juga telah beredar di Indonesia meski harganya lebih mahal dibandingkan mobil yang murni berbahan bakar bensin.
Kemudian masuk ke tahap selanjutnya, yaitu jenis plug in hybrid, yang merupakan pengembangan dari kendaraan hybrid dengan ditambah kemampuan untuk mengisi baterai listriknya dari luar melalui colokan listrik. Saat ini sejumlah produsen otomotif besar seperti Mitsubishi maupun Toyota tengah melakukan kajian pengembangannya dengan menggandeng sejumlah pihak di Indonesia.
"Teknologi listrik ada macam-macam teknologi. Plug in hybrid, itu sekarang di-studi oleh Mitsubishi dengan beberapa kementerian. Kemudian Toyota juga akan melakukan studi. Ini akan melibatkan UI, UGM, ITS dan ITB. Ini akan mempelajari berbagai tipe," ujar dia di Kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (22/5) malam.
Selain kedua jenis tersebut, Kemenperin juga tengah mendorong pengembangan kendaraan electric vehicle murni dengan baterai. Menteri Airlangga menyatakan Indonesia mempunyai bahan baku dari alam yang dibutuhkan untuk pengembangan mobil ini.
"Kemenperin sendiri telah mendorong, ke depan teknologi electric vehicle itu bahan bakarnya bisa baterai, bisa ke depan lagi yang namanya fuel cell. Salah satu kuncinya adalah di teknologi saving energy atau baterai. Indonesia punya satu komponen penting, yaitu nikel murni," kata dia.
Saat ini, lanjut Menteri Airlangga, sejumlah investor telah tertarik untuk memproduksi nikel murni di Indonesia. Adapun dua daerah yang potensi menghasilkan komoditas tersebut yaitu Morowali di Sulawesi Tengah dan Halmahera di Maluku Utara.
"Nikel murni ini akan bisa diproduksi. Sudah ada rencana investasi di Morowali ataupun di Halmahera. Dengan demikian, ada satu komponen lagi yang namanya kobalt. Itu ada di pulau Bangka yang diekstrak dari timah atau nikel. Jadi dengan dua itu, teknologi baterai kita kuasai dulu, baru kemudian kita bergeser (dari bensin ke listrik)," jelas dia.
Namun yang masih menjadi persoalan, kata Menteri Airlangga, komponen kendaraan listrik masih jauh lebih mahal dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin. Oleh sebab itu, mobil berbahan bakar bensin ini tidak akan dihapus seluruhnya.
"Persoalannya tentu jumlah komponen dari electric vehicle jauh lebih kecil dari pada komponen motor bakar. Dan dalam roadmap kita, kita memang tidak menghapuskan semua motor bakar," ungkap dia.
Menurut Menteri Airlangga, meski tetap menggunakan bahan bakar minyak, namun penggunaan energi yang bersumber dari fosil seperti bensin bisa digantikan dengan sumber energi terbarukan (renewable energy). Saat ini, lembaga penelitian asal Jerman, Fraunhofer dan perguruan tinggi asal Jepang, Tsukuba University tengah mengembangkan energi yang berasal dari limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Waste dan budidaya ganggang.
"Kita juga punya potensi menghasilkan renewable energy. Nah salah satu renewable energy kita, sedang di-search oleh Frounhofer dan Universitas Tsukuba sedang buat pilot plant di Riau, dengan ganggang tertentu. Dari Palm Oil Mill Waste, itu bisa ditaruh di dalam bak dan diberikan ganggang tertentu itu akan menghasilkan minyak. Jadi kalau sejarah mengatakan fosil fuel adalah ganggang yang ditekan di dalam bumi ratusan tahun. Nah proses ini di-bypass dengan teknologi. Sehingga kita menghasilkan potensi minyak lagi," tutur dia.
Dengan beragam sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, bukan tidak mungkin nantinya kendaraan yang selama ini mengandalkan bahan bakar fosil perlahan akan tergantikan oleh bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. "Ini yang mendorong sebetulnya internal combustion engine yang renewable juga bisa terjadi," tandas dia.
Reporter: Septian DenySumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sudah ada beberapa pabrikan mobil dunia yang mengembangkan mobil hidrogen atau fuel cells electric vehicle (FCEV).
Baca SelengkapnyaDunia otomotif Indonesia saat ini merupakan pilar penting dalam industri manufaktur.
Baca SelengkapnyaJokowi optimistis pembangunan industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir akan membuat investor berbondong-bondong investasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah mulai menapaki jejak sebagai pemain global dalam rantai pasok EV dunia,
Baca SelengkapnyaHarga mobil listrik ke depannya akan coba menyesuaikan permintaan pasar.
Baca SelengkapnyaPermintaan hidrogen di sektor ini diperkirakan akan mencapai 161 GWh atau 4,88 kilo ton hidrogen di tahun 2040.
Baca SelengkapnyaSektor transportasi dengan pangsa energi terbarukan yang tinggi di sektor ketenagalistrikan diperlukan untuk mengurangi emisi.
Baca SelengkapnyaToyota memandang insentidf diperlukan untuk mobil hybrid (HEV) seperti yang diberikan ke mobil listrik (BEV). Seperti insentif PPN dan PKB.
Baca SelengkapnyaJokowi menuturkan, ekosistem kendaraan listrik ini akan menyatukan seluruh proses produksi mobil listrik
Baca SelengkapnyaSetelah mobil listrik mengalami perkembangan, Indonesia mulai ancang-ancang soal kendaraan berbahan bakar hidrogen.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi peresmian pabrik tersebut sebagai langkah penting dalam mewujudkan ekosistem kendaraan listrik
Baca Selengkapnya