Neraca Perdagangan Indonesia Selama 3 Bulan Corona Surplus USD 2,62 Miliar
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Kuartal I-2020 mengalami surplus USD 2,62 miliar. Surplus tersebut diperoleh karena ekspor sepanjang Januari hingga Maret 2020 sebesar USD 41,79 miliar dibandingkan impor sebesar USD 39,17 miliar.
Suhariyanto mengatakan, surplus di awal tahun ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi neraca perdagangan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal I-2019, Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan sebesar USD 62,8 juta.
"Tentu angka ini juga menggembirakan di tengah situasi yang tidak menentu. Tetapi kita juga perlu mewaspadai komposisi impor kita," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu, (15/4).
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
Jika diricikan, pada periode Januari hingga Maret 2020, impor bahan baku atau penolong turun 2,82 persen menjadi USD 26,69 miliar. Sedangkan, impor barang modal juga mengalami penurunan sebesar 13,07 persen menjadi USD 5,86 miliar.
"Impor bahan baku mengalami penurunan, impor barang modal juga mengalami penurunan yang kemungkinan besar akan berpengaruh kepada pergerakan sektor industri, perdagangan, PMTB dan investasi," ungkapnya.
Sementara total, impor Januari sampai dengan Maret 2020 sebesar USD 39,17 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 3,69 persen jika dibandingkan kuartal I-2019 sebesar USD 40,67 miliar.
Selama kuartal I-2020, total ekspor Indonesia mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di mana, total ekspor Indonesia sebelumnya hanya tercatat sebesar USD 40,61 miliar.
"Artinya selama Januari-Maret ini ternyata ekspor kita masih meningkar 2,91 persen kalau dibandingan dengan kuartal I-2019 yang USD 40,61 miliar," pungkas dia.
Ada Corona, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Maret Turun Menjadi USD 740 Juta
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus sebesar USD 740 juta. Surplus ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Februari yang tercatat sebesar USD 2,34 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto, menyatakan surplus ini terjadi dikarenakan posisi ekspor Indonesia pada Februari 2020 alami kenaikan. Sementara, kenaikan impor juga terjadi namun tidak begitu besar di Maret 2020.
Nilai ekspor pada Maret 2020 tercatat sebesar USD 14,09 miliar atau naik 0,23 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan, impor tercatat sebesar USD 13,35 miliar atau naik 15,60 persen dari Februari 2020.
"Selama Maret 2020 kita masih alami surplus USD 740 juta. Ini berita menggembirakan di tengah situasi seperti ini. Kita akan lihat kondisi bulan selanjutnya di April," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/4).
Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, Amerika Serikat menjadi terbesar yakni mencapai USD 3,0 miliar. Posisi ini meningkat dari periode sama tahun sebelumnya yakni hanya USD 2,2 miliar. Surplus lainnya terjadi di negara-negara tujuan lain seperti India dan Belanda masing-masing USD 1,9 miliar dan USD 535 juta.
Sementara itu, defisit terbesar neraca perdagangan Indonesia terjadi di China yakni minus USD 2,9 miliar. Namun, posisi ini masih cukup baik dibandingkan periode sama tahun lalu tercatat defisit sebesar USD 5,1 miliar.
Defisit lain juga terjadi di negara ekspor tujuan lain seperti Australia dan Thailand yang masing-masing alami defisit sebesar minus USD 562 juta dan minus USD 892 juta.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Catatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaTotal produksi ikan di semester I 2024 sebanyak 11, 81 ton.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaMeskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada April 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca Selengkapnya