Neraca Perdagangan Oktober 2018 Desifit USD 1,82 Miliar
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 1,82 miliar. Defisit ini berasal dari impor sebesar USD 17,62 miliar dan ekspor sebesar USD 15,80 miliar.
"Dengan menggabungkan impor dan ekspor maka neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,82 miliar pada Oktober 2018," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/11).
Impor Indonesia pada Oktober meningkat tajam sebesar 20,60 persen jika dibandingkan pada September 2018. Sementara jika dibandingkan dengan Oktober 2017, impor naik 23,66 persen.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Kapan impor kedelai Indonesia mencapai 2,32 juta ton? Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 2,32 juta ton atau nilainya setara dengan USD 1,63 miliar.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
"Ini karena impor migas naik sebesar 26,97 persen dan non migas naik 19,42 persen jika dibandingkan dengan September 2018," jelas Suhariyanto.
Migas sendiri mencatatkan impor pada Oktober sebesar USD 2,91 miliar. Sementara pada sektor non migas mencatatkan impor sebesar USD 14,71 miliar. "Impor ini tetap menjadi perhatian pemerintah, supaya bisa dikendalikan," jelas Suhariyanto.
Sementara itu, neraca perdagangan RI sejak awal tahun hingga Oktober defisit sebesar USD 5,51 miliar. Necara perdagangan tercatat defisit 7 kali dan hanya surplus 3 kali sejak awal 2018. Defisit ini dipicu oleh migas yang mengalami defisit USD 10,7 miliar dan non migas defisit USD 4,2 miliar.
"Kumulatif Januari hingga Oktober adalah defisit USD 5,51 miliar. Cukup dalam, penyebabnya adalah migas defisit USD 10,7 miliar dan nonmigas masih surplus USD 4,2 miliar," jelasnya.
Suhariyanto mengatakan, berbagai kebijakan pemerintah seperti peningkatan ekspor, revisi tarif barang impor hingga 1.471 dan perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (B20) belum mampu menekan angka defisit.
"Peningkatan ekspor butuh waktu. Pengendalian impor melalui PPh 22 kalau kita lihat dr Sept ke Okt ada penurunan 0,62 persen. Ini arah yang bagus tapi utk full implementasi masih butuh waktu. Kita harap di bulan berikutnya lebih terimplementasi dengan baik termasuk B20," jelasnya.
Suhariyanto menambahkan, defisit perdagangan Indonesia paling dalam terhadap Tiongkok. Nilai defisit Indonesia terhadap negara tirai bambu tersebut mencapai USD 15,9 miliar. "Defisit terdalam dengan Tiongkok sebesar USD 15,9 miliar," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaPenurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh nilai impor non migas.
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaImpor nonmigas mencapai USD18,18 miliar. Angka ini naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca SelengkapnyaRealisasi ekspor pada Oktober ini justru mengalami penurunan sebesar 10,43 persen jika dibandingkan pada Oktober 2022.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca Selengkapnya