Nestapa rakyat Indonesia, tak semua nikmati listrik dan air bersih
Merdeka.com - Pemimpin dan pejabat selalu menyebut Indonesia sebagai negara kaya akan sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Sebut saja kekayaan dari pertambangan emas, tembaga, batu bara, bijih besi. Belum lagi kekayaan laut Indonesia yang beragam jenisnya.
Kekayaan alam ini diklaim sudah dimaksimalkan pengelolaannya untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Seperti yang diungkapkan Susilo Bambang Yudhoyono jelang lengser dari kursi presiden.
Dalam pidatonya di gedung DPR, SBY mengatakan bahwa indikator-indikator pembangunan menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mengalami peningkatan kesejahteraan dibandingkan periode sebelumnya, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Apa makna Kemerdekaan bagi rakyat Indonesia? Kemerdekaan adalah kesempatan untuk memperbaiki dan membangun, bukan untuk berhenti dan puas dengan pencapaian.
-
Apa yang dimaksud dengan kemerdekaan Indonesia? Kemerdekaan Indonesia yang diraih melalui perjuangan dan pengorbanan para pahlawan merupakan momen bersejarah yang patut kita syukuri dan rayakan.
-
Kenapa warga Klaten kekurangan air bersih? Sarmini, salah seorang warga menjelaskan bahwa dampak kekeringan sudah terjadi dua bulan lamanya. Demi memperoleh air bersih, warga harus antre dengan warga lain. Mereka juga harus rela menempuh jarak 1,5 km dari rumah. Air bersih digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci. Setiap harinya ia membutuhkan sekitar 4-6 jeriken air. “Dari air hujan. Pakai tandon. Kalau saat ini kering tandon saya. Untuk air saya ambil di sini. Antre paling kadang setengah sampai satu jam,“ kata Sarmini dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (7/8).
-
Mengapa warga Grobogan kesulitan mendapatkan air bersih? Krisis air bersih sudah berlangsung hingga berbulan-bulan. Kondisinya kian parah. Kehidupan warga makin susah.
Indikator lain yang menunjukkan rakyat Indonesia makin sejahtera dilihat dari rata-rata pendapatan per kapita rakyat Indonesia. SBY menyebut, pada 2004 rata-rata pendapatan per kapita masih USD 1.161. Selama sembilan tahun, kata SBY, meningkat rata-rata 13 persen per tahun.
Tapi yang diungkapkan SBY hanya secara makro dan angka di atas kertas. Pada kenyataannya, meski Indonesia sudah merdeka lebih dari 60 tahun, tidak semua rakyatnya hidup berkecukupan. Iklim kemerdekaan dan kesejahteraan belum dirasakan betul oleh seluruh rakyat Indonesia.
Indikator mudahnya, sebagian besar rakyat Indonesia belum menikmati infrastruktur dasar yang menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya. Sebut saja soal listrik dan air bersih. Merdeka.com mencatat nestapa rakyat Indonesia yang harus jadi perhatian pemerintah. Berikut paparannya.
748 juta rakyat tak nikmati air minum bersih
Penyediaan air bersih dan air minum masih minim. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera), 748 juta penduduk belum memiliki akses air minum dan 2,5 miliar penduduk tidak memiliki fasilitas sanitasi yang baik.
Dirjen Pengembangan Air Minum KemenPU-Pera, M. Natsir memaparkan, pada 2013, secara nasional akses air minum telah mencakup 67,7 persen total penduduk Indonesia, akses sanitasi layak 60,91 persen. Sedangkan upaya penangan kawasan kumuh perkotaan masih menyisakan 12 persen atau seluas 38.431 hektar dengan rata-rata pengurangan luasan kawasan kumuh sebesar 2 persen per tahun.
Diakuinya, pembangunan infrastruktur bidang permukiman menjadi sangat penting mengingat pertambahan jumlah penduduk yang pesat akibat urbanisasi.
"Tahun 2025 diperkirakan 68 persen penduduk akan tinggal di perkotaan," ujarnya saat acara 'Jumpa pers water sanitation and cities forum' di KemenPU-Pera, Jakarta, Selasa (26/5).
Sanitasi buruk, BAB sembarangan
Water and Sanitation Specialist World Bank, Irma Magdalena Setiono mengatakan, 14 persen orang yang tinggal di pelbagai kota di Indonesia, masih buang air besar sembarang (open defecation), belum lagi hanya 5 persen lumpur tinja dan hanya 1 persen air limbah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan dan diolah dengan benar sehingga menyebabkan kekhawatiran akan dampak kesehatan dan lingkungan.
"Sangat ironis, ini diakibatkan dari capaian sanitasi yang masih buruk. Ada 14 persen orang di kota di Indonesia masih BABS," ujarnya saat acara "World Bank soal Sanitasi dan Air Minum" di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (30/10/2013).
10 juta rakyat belum nikmati listrik
Tingkat penyaluran atau rasio elektrifikasi listrik di Indonesia masih belum mencapai angka 100 persen. Meskipun Indonesia sudah merdeka 69 tahun, masih banyak rakyat Indonesia di pelbagai daerah yang hidup dalam gelap gulita, terutama mereka di bagian timur Indonesia.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman mengatakan, sampai saat ini masih ada jutaan rakyat Indonesia belum menikmati listrik.
"Sampai saat ini rasio elektrifikasi mencapai 84,12 persen. Dari persentase tersebut, masyarakat yang belum menikmati listrik mencapai 10 juta jiwa," ucap Jarman dalam rapat bersama Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (21/1).
Meski begitu, Jarman mengakui kondisi saat ini masih jauh lebih baik dari 2011. Dari catatan Jarman, pada 2011 ada 19 juta rakyat yang belum menikmati listrik.
Dari catatan ESDM terungkap daerah yang paling kecil elektrifikasinya yakni Papua yang hanya 43,17 persen. Daerah lainnya adalah NTT dengan rasio elektrifikasi hanya 59,52 persen serta NTB yang hanya 65,57 persen.
20 persen rakyat belum punya rumah
Akhir Desember 2014, Deputi Rumah Transisi Jokowi-Jusuf Kalla, Akbar Faisal menuturkan, 20,5 persen rakyat Indonesia tidak memiliki rumah. Baru 79,5 persen dari sekitar 251 juta penduduk Indonesia yang sudah memiliki tempat tinggal.
"Data itu dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia yang kami akan jadikan basis kebijakan pembangunan rumah rakyat berbasis demografi," ujar Akbar. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca SelengkapnyaSelain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaSalah satunya, karena rumah tak layak huni tidak memiliki air yang bersih.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaHasto berharap, dalam peringatan hari lahir Bung Karno semakin mendorong tekad untuk meluruskan arah masa depan bangsa.
Baca SelengkapnyaMenurut Edy, antangan Indonesia saat ini lebih sulit karena bukan hanya ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam negeri.
Baca SelengkapnyaSebelum mencapai target air keran layak minum, Endra bahkan menyebut belum seluruh jaringan air bebas dari sebaran bakteri penyebab diare E.Coli.
Baca SelengkapnyaDia pun merasa heran kenapa saat Indonesia sudah merdeka justru banyak orang yang lebih stress
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca Selengkapnyaair bersih menjadi salah satu faktor anak bebas dari semua jenis penyakit, termasuk stunting.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu-ibu warga di sana menyebutkan bahwa kampung ini sudah ada sejak zaman peperangan.
Baca Selengkapnya