Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Niat jadi orang kaya, pengusaha ini malah bantu 5.000 petani jagung

Niat jadi orang kaya, pengusaha ini malah bantu 5.000 petani jagung Pengusaha Irvan. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Pengusaha jagung, Irvan Kolonas menjadi pemenang EY Social Entrepeneur Of The Year (EOY) 2015. EOY merupakan ajang bergengsi bagi wirausaha yang tahun ini diadakan untuk ke-16 kali di Indonesia.

Irvan yang merupakan CEO PT. Vasham Kosa Sejahtera fokus pada wirausaha untuk membantu petani jagung. Pria kelahiran Singapura, 6 Februari 1988 ini

berhasrat menjadi orang terkaya di Indonesia. Namun, usai melihat para petani jagung yang kesusahan, Irvan malah lebih memilih untuk membantu para petani tersebut.

Orang lain juga bertanya?

Pria lulusan University of Southern California ini, mengaku tak puas dengan dunia kerja yang dijalaninya. Pada 2013, Irvan pun mengunjungi para petani jagung di Lampung. Dia pun langsung merealisasikan mimpi dengan membantu para petani ini. Saat ini, Irvan memiliki 5.000 petani jagung.

Dengan teknologi startup yang dikembangkan, Vasham membantu para petani dalam bidang modal dengan sistem bagi hasil. Bagi petani, Vasham memberikan akses ke input pertanian secara kredit , pelatihan dan akses pasar.

"Kadang kita tidak tahu hidup mengambil kemana. Kalau bilang sama anak-anak muda 'follow your heart', itu klise, tapi benar," ujar Irvan di Financial Club, Jakarta, Selasa (26/4).

Irvan lahir di kalangan keluarga kaya. Namun, dia memilih menjadi orang nasionalis dengan membantu para petani. Awalnya, Vasham memberi pinjaman kepada 80 petani sekitar Rp 7 juta per petani, maka modalnya kurang lebih Rp 500 juta. Investasinya tersebut balik modal setelah musim panen.

Irvan menilai zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Menurut dia, para petani tak usah takut apabila tak memiliki modal, banyak inkubator dana untuk memulai wirausaha sosial. Biasanya, para perusahaan startup yang baru merintis membuka pinjaman mulai USD 25.000 hingga USD 100.000.

"Tapi jangan takut, siapa tau bisa menang. Karena banyak yang startup bener-bener dari nol," kata dia.

Cara kerja Vasham sebenarnya sangat sederhana, yaitu membantu petani mendapat pinjaman. Vasham pun bekerja sama dengan organisasi-organisasi kelompok tani.

Para petani harus mendaftar terlebih dahulu. Setelah itu, tim lapangan akan menentukan dana untuk luas lahan yang akan digarap. Selain itu, petani sendiri juga dapat memilih benih.

Vasham juga bekerja sama dengan pemerintah untuk menyediakan pupuk subsidi. Pasca panen, jagung dari petani akan diambil. Setelah itu dibeli oleh Vasham dengan harga yang tinggi.

"Jadi, dari ujung ke ujung kita bantu," jelas Irvan.

Untuk tantangan, kata dia, perusahaan startup pertanian lebih membutuhkan dana yang besar. Kemudian, pertanian terkendala dengan musim panen. Jarak antara desa ke kota juga jadi kendala, sehingga membutuhkan infrastruktur dan alat angkut.

Oleh karena itu, perlu dukungan pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar yang khusus membangun di industri pertanian. Irvan mengaku untuk mendapatkan kepercayaan petani melalui organisasi Bina Swadaya. Untuk membangun kepercayaan, visi yang sama menjadi kunci utama.

Vasham sendiri fokus di jagung, beras dan kedelai. Tujuannya adalah untuk menyamakan visi Indonesia, yaitu termasuk dalam lima komoditas swasembada pangan. Tahun depan, Vasham akan melebarkan wirausaha sosialnya ke Jawa Timur, baru Sulawesi Selatan. Saat ini, Vasham hanya memiliki petani di Jawa Tengah dan Lampung.

"Targetnya 200.000 petani meng-cover 7 provinsi di Indonesia. Karena potensi petani di Indonesia sangat besar," imbuh Irvan.

Sebagai wirausaha sosial, yang paling penting adalah dampak sosialnya. Maka kedepan, dia punya visi dengan memberi beasiswa bagi anak-anak petani. Dengan begitu, anak-anak petani dapat mengakses dunia kerja formal.

Dampaknya, jumlah petani semakin sedikit dan lahannya semakin luas. Vasham akan memberi modal kepada petani untuk membeli lahan.

"Petani yang lebih dikit itu tidak jelek. Yang bagus petani yang dikit tapi lahan pertanian jangan makin sedikit. Supaya petaninya seperti di Thailand rata-rata 2 hektar keatas. kalau di Jawa 0,4 hektar, bagaimana mau hidup," kata dia.

Irvan pun memberikan kiat-kiat untuk memulai wirausaha sosial. Dia pun meminta para pengusaha baru untuk tidak takut merasa rugi.

Menurut dia, perusahaan yang tumbuh tak masalah mengalami kerugian terlebih dahulu atau biasa disebut organic grow. Saat ini, banyak perusahaan-perusahaan yang menyediakan dana. Jadi, bisa cari dana di luar bank. Dengan demikian, perusahaan tumbuh dulu meskipun rugi.

"Jadi jangan takut cari modal startup. Mumpung saat ini lagi banyak-banyaknya," pungkas dia.

Tantangan social enterpreneur dengan less margin juga dapat menjadi strategi karena lebih stabil dan lebih komit. Pemerintah sendiri juga melihat ada dorongan bisnis yang pro rakyat. Jadi rakyat dimasukkan dalam ekosistem komunitas untuk berkembang bersama. Dengan begitu, pemerintah wirausaha sosial dan rakyat bekerja sama untuk meningkatkan mutu perekonomian. (mdk/sau)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Petani Diajak Gabung Program Makmur Besutan Erick Thohir, Apa Manfaatnya?
Petani Diajak Gabung Program Makmur Besutan Erick Thohir, Apa Manfaatnya?

Program ini menjadi solusi bagi petani dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertanian.

Baca Selengkapnya
Strategi Kementan Tingkatkan Produksi Padi dan Jagung
Strategi Kementan Tingkatkan Produksi Padi dan Jagung

Kementan berkomitmen untuk membuat para petani tersenyum

Baca Selengkapnya
Kisah Mantan Buruh Migran Asal Tulungagung Jadi Orang Penting di Desa, Sukarela Ajari Petani Bikin Pupuk Organik hingga Rutin Sedekah
Kisah Mantan Buruh Migran Asal Tulungagung Jadi Orang Penting di Desa, Sukarela Ajari Petani Bikin Pupuk Organik hingga Rutin Sedekah

Suprianto nekat mencari modal usaha dengan cara jadi buruh migran. Ia lalu pulang untuk membangun bisnis sendiri dan kini jadi tokoh pertanian penting di desa.

Baca Selengkapnya
Dulu Kerja Kantoran, Pensiunan BUMN Ini Pilih Jalani Hari Tua Jadi Petani di Madiun
Dulu Kerja Kantoran, Pensiunan BUMN Ini Pilih Jalani Hari Tua Jadi Petani di Madiun

Sandjoko menjadi pegawai BUMN selama 33 tahun. Setelah pensiun, ia memutuskan untuk jadi petani di kampungnya.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bantu Petani Rp33 T, Mentan Optimistis Swasembada Pangan dalam 3 Tahun
Pemerintah Bantu Petani Rp33 T, Mentan Optimistis Swasembada Pangan dalam 3 Tahun

Mentan Andi Amran Sulaiman menyatakan pemerintah menganggarkan bantuan untuk petani Rp33 triliun. Ddia optimistis swasembada pangan tercapai dalam tiga tahun.

Baca Selengkapnya
Fenomena Baru, Banyak Pengusaha Indonesia Pilih Terjun ke Bisnis Kuliner Ketimbang Garap Sumber Daya Alam
Fenomena Baru, Banyak Pengusaha Indonesia Pilih Terjun ke Bisnis Kuliner Ketimbang Garap Sumber Daya Alam

Padahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.

Baca Selengkapnya
Krisis Global Tentang Pangan, Babinsa di Sumenep Ramai-ramai Bertani Jagung 'Sekali Panen Rp30 Juta'
Krisis Global Tentang Pangan, Babinsa di Sumenep Ramai-ramai Bertani Jagung 'Sekali Panen Rp30 Juta'

Komandan Kodim (Dandim) 0827/Sumenep Letkol Donny Pramudya Mahardi menginisiasi program Babinsa Petani untuk para anggotanya.

Baca Selengkapnya
Cara Prabowo-Gibran Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Cara Prabowo-Gibran Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Budisatrio menjelaskan, Prabowo-Gibran memiliki beberapa program untuk menjamin kesejahteraan petani tersebut.

Baca Selengkapnya
Jurus Ahmad Luthfi-Gus Yasin Agar Milenial di Jateng Terjun Bertani
Jurus Ahmad Luthfi-Gus Yasin Agar Milenial di Jateng Terjun Bertani

Ahmad Luthfi-Gus Yasin menggagas program 'Petani Milenial Gajian' sebagai janji bila nantinya terpilih memimpin Jateng.

Baca Selengkapnya
Kejar Swasembada Pangan, Anggaran Rp15 Triliun Disiapkan untuk Cetak Sawah
Kejar Swasembada Pangan, Anggaran Rp15 Triliun Disiapkan untuk Cetak Sawah

Secara total, pemerintah menyiapkan anggaran hingga Rp139,4 triliun untuk proyek swasembada pangan.

Baca Selengkapnya