Nilai Impor November Tembus USD 12,66 Miliar, Termasuk Buah Apel dari China
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia USD 12,66 miliar pada November 2020. Angka ini naik 17,40 persen dibanding Oktober 2020. Rinciannya, impor migas mengalami kenaikan 0,59 persen senilai USD 1,08 miliar. Sedangkan untuk non-migas naik 19,27 persen atau USD 11,58 miliar.
"Nilai impor pada bulan November yang sebesar USD 12,66 persen ini naik 17,4 persen dibandingkan posisi bulan lalu," ujar Kepala BPS, Suhariyanto dalam video konferensi rilis Data Ekspor Impor, Selasa (15/12).
Namun, secara tahunan (year on year/yoy), impor mengalami penurunan sebesar 17,46 persen. Untuk migas mengalami penurunan 49,16 persen dan non-migas mengalami penurunan 12,33 persen.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Bagaimana Purchasing Manager's Index (PMI) menunjukkan pertumbuhan? Pencapaian ini mencerminkan bahwa sektor manufaktur Indonesia sedang berada dalam fase ekspansi, dengan PMI di atas level 50 yang menandakan pertumbuhan.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
"Tapi kalau kita bandingkan dengan posisi bulan November 2019, yang waktu itu sebesar 15,34 persen, nilai impor kita masih turun 17,46 persen. Lebih landai kalau dibandingkan penurunan impor pada bulan lalu," kata Kecuk, sapaan akrabnya.
Adapun impor Indonesia menurut penggunaan barang, seluruhnya mengalami pertumbuhan positif secara bulanan. Untuk konsumsi, kenaikannya 25,52 persen atau USD 1,30 miliar.
"Komoditas utama yang kita impor untuk barang konsumsi ini yang pertama adalah garlic dari China, kemudian ada boneless of bovine animals dalam bentuk frozen yang kita impor dari India, kemudian juga ada obat obatan dari India, kemudian ada impor buah apel segar dari China, dan satu lagi adalah laser system dari Singapura," jelas dia,
Bahan Baku Penolong
Kemudian untuk bahan baku/penolong, kenaikannya 13,02 persen atau USD 8,93 miliar, barang modal naik 2,43 persen atau USD 2,43 miliar. "Barang modal yang diimpor adalah mesin-mesin dari China. Kenaikan impor modal diharapkan bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan PMTB di kuartal IV ini," ujarnya.
Secara total, impor Indonesia menurut penggunaan barang mengalami kenaikan 17,40 persen atau USD 12,66 miliar.
Berdasarkan kode HS, kenaikan impor berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik, logam mulia, perhiasan, dan permata, mesin dan peralatan mekanis, dan lainnya. Sedangkan yang turun adalah gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, binatang hidup, dan lainnya.
Berdasarkan negara asal impor, penurunan impor non-migas terjadi dari China mencapai USD 1,09 miliar, Jepang USD 226 juta, Hong Kong USD 124,6 juta, Kanada USD 92,7 juta, dan Taiwan USD 84,9 juta.
Sebaliknya, peningkatan impor terjadi dari Ukraina sebesar USD 76,9 juta, Singapura USD 65,7 juta, Malaysia USD 49,4 juta, Hungaria USD 49 juta, dan Uni Emirat Arab USD 27,4 juta. Secara kumulatif, kinerja impor Januari-November 2020 sebesar USD 127,13 miliar atau terkoreksi 18,91 persen dari USD 156,77 miliar pada Januari-November 2019.
Reporter: Pipit Ika Ramdhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaKontribusi China dalam impor non-migas Indonesia sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 35,20 persen menjadi 35,91 persen.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaImpor nonmigas mencapai USD18,18 miliar. Angka ini naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaRealisasi ekspor pada Oktober ini justru mengalami penurunan sebesar 10,43 persen jika dibandingkan pada Oktober 2022.
Baca SelengkapnyaPeningkatan nilai ekspor Mei secara bulanan tetutama didorong oleh peningkatan ekspor non migas
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaBudi menjelaskan, negara tujuan ekpor Indonesia masih didominasi oleh Amerika Serikat (AS) sebanyak 32,8 persen, China 20 persen dan lainnya.
Baca Selengkapnya