Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 0,13 persen
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,13 persen pada perdagangan hari ini, Senin (28/9). Rupiah ditutup melemah di Rp 14.674 per USD, atau melemah dari pembukaan tadi pagi di Rp 14.661 per USD.
Dilansir dari Bloomberg index, Rupiah sempat menyentuh titik terlemah pada tengah hari atau pukul 12.50 WIB yaitu nyaris Rp 14.800 per USD. Data Bloomberg mencatat, Rupiah sempat berada di level Rp 14.781 per USD.
Bila dibandingkan akhir pekan lalu, Rupiah masih terus melemah. Pada Jumat (25/9) Rupiah menyentuh titik terlemah yaitu Rp 14.711 per USD pada pukul 09.05 WIB.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Kenapa mata uang Indonesia disebut Rupiah? Nama Rupiah dipilih sebagai nama mata uang Indonesia karena, kuatnya pengaruh budaya India selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, yang berlangsung selama ratusan tahun.
Tak hanya Rupiah, Ringgit Malaysia juga jatuh ke titik terendah RM 4,4110 per USD pada tengah hari tadi.
Dilansir dari media Malaysiakini, pergerakan Ringgit cenderung melemah sejak tengah hari meski dibuka menguat RM 4,3877 per USD.
Meski menyentuh titik terendah (RM 4,4110 per USD) pada tengah hari, Ringgit kembali menguat pada pukul 1:30 waktu setempat ke level RM 4,4038 per USD.
Ringgit telah kehilangan nilainya 30 persen sepanjang tahun lalu.
Pengumuman paket kebijakan Perdana Menteri Najib Abdul Razak untuk memperkuat perekonomian pada 14 September silam hanya memberi sedikit angin segar di pekan lalu dan kini Ringgit masih terus jatuh.
Kuala Lumpur Composite Index juga bergerak melemah atau jatuh 0,37 persen menjadi 1.609,03 pada pukul 1.30 waktu setempat.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (16/4) siang, nilai tukar rupiah terpantau melemah tajam ke level Rp16.162 per dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca Selengkapnya