Nilai tukar Rupiah sentuh level terburuk sejak 1998, ini penyebabnya
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Selasa (3/9). Tadi pagi, Rupiah dibuka di Rp 14.745 per USD dan saat ini terperosok ke level Rp 14.816 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah melemah semenjak akhir pekan lalu. Penutupan perdagangan sebelumnya, Rupiah berada di Rp 14.710 per USD.
Berdasarkan laporan Reuters, BI akan intervensi dalam valuta asing dan pasar obligasi. Pada awal pekan ini, nilai tukar Rupiah ke posisi 14.777 per USD. Level itu terlemah sejak 1998. Nilai tukar Rupiah melemah terhadap USD sekitar 8,93 persen sejak awal tahun.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Kapan Redenominasi Rupiah akan diterapkan? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Pada 2018, rupiah menjadi salah satu mata uang berkinerja buruk di regional. Analis menilai, nilai tukar Rupiah yang tertekan itu didorong defisit neraca transaksi berjalan dan kekacauan di pasar negara berkembang yang disebabkan krisis keuangan Turki.
"Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi ditambah dengan utang Dolar Amerika Serikat perusahaan Indonesia yang meningkat juga membuat (Rupiah) cenderung melemah," ujar Ekonom Mizuho Bank, Vishnu Varathan, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (3/9).
Menurut Moody’s, sekitar 41 persen utang pemerintah dalam mata uang asing. Jika Rupiah terdepresiasi lebih lanjut akan membuat utang akan lebih mahal untuk kembali dibayar.
Varathan mengingatkan jika kenaikan kredit meningkat lebih lanjut dan harga minyak tetap tinggi jelang sanksi Iran pada November akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Ketika harga minyak naik itu berkontribusi pada peningkatan tagihan impor negara," ujar dia.
Sementara itu, ekonom DBS, Radhika Rao menuturkan, upaya intervensi mungkin tidak efektif. "Otoritas telah aktif mendukung valuta asing dan pasar obligasi selama volatilitas yang terjadi. Di tengah penurunan yang lebih luas dalam mata uang regional, upaya intervensi membantu untuk memperlancar tetapi akan jadi tantangan untuk membalikkan arah," ujar Rao kepada CNBC.
BI telah melakukan beberapa langkah untuk memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap USD dengan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali sejak Mei. Selain itu, menekan cadangan untuk beli Rupiah.
Dengan cadangan devisa berkurang, pemerintah juga berlakukan pembatasan impor karena akan tahan defisit neraca berjalannya yang ukur arus barang, jasa dan investasi masuk dan keluar di Indonesia. Impor yang lebih sedikit juga mengurangi kebutuhan untuk menjual rupiah dan membeli lebih banyak mata uang asing untuk memenuhi kebutuhannya.
Chief Investment Officer Deutsche Bank Wealth Management untuk Asia Pasifik, Tuan Huynh dalam laporannya menyebutkan defisit transaksi berjalan Indonesia membuatnya rentan terhadap krisis pendanaan. Dia mencatat defisit melebar menjadi USD 2 miliar pada Juli, yang merupakan defisit bulanan terbesar sejak Juli 2013.
Dia menambahkan, kebijakan moneter Indonesia hingga akhir 2018 terutama akan didorong volatilitas dan nilai tukar Rupiah.
"Pemicu utama untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut akan menjadi penguatan lebih lanjut dari dolar Amerika Serikat atau melebarnya defisit yang disebabkan oleh permintaan domestik yang kuat," ujar dia.
Analis DBS dalam laporannya menyebutkan kalau kenaikan suku bunga akan lebih banyak. "Untuk saat ini, pasar melihat Indonesia bekerja keras menjaga stabilitas makroekonomi, misalnya menaikkan suku bunga untuk menangkis volatilitas nilai tukar dan mempertahankan konsolidasi fiskal," ujar dia.
Reporter: Agustina Melani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini, permasalahan yang muncul di industri dalam negeri menurunnya permintaan akibat menipisnya jumlah kelas menengah.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaMelemahnya Rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok hingga elektronik berikut ini.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaLaju Rupiah sore ini dipengaruhi oleh kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Baca Selengkapnya