OJK: Pemahaman Masyarakat Terhadap Produk Layanan Jasa Keuangan Masih Rendah
Merdeka.com - Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara menyebut, tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk layanan jasa keuangan formal relatif masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil survei nasional yang dilakukan OJK tentang literasi dan keuangan pada 2019 lalu.
Survei dilakukan terhadap 12.700 responden di 34 provinsi di Indonesia. Dari jumlah itu ditemukan bahwa sebesar 76,2 persen dari total responden telah menggunakan produk dan atau layanan Jasa keuangan formal dari berbagai sektor industri keuangan.
Di sisi lain tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk atau layanan jasa keuangan formal juga tercatat masih rendah. Yakni hanya sekitar 38 persen saja.
-
Bagaimana survei ini dilakukan? Survei dilakukan di seluruh Indonesia melibatkan 1.262 responden secara nasional, dan 4.000 responden di Jawa.
-
Bagaimana metode survei Litbang Kompas? Survei dilakukan Litbang Kompas pada 29 November hingga 4 Desember 2023 terhadap 1.364 responden yang dipilih secara acak. Metode penelitian yaitu dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Sementara tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error penelitian +-2,65 persen.
-
Apa yang diukur dalam survei indikator? Lembaga Survei Indikator Politik merilisi hasil survei elektabilitas pasangan calon (paslon) pada Pilpres 2024.
-
Bagaimana cara survei dilakukan? Survei dilakukan dengan wawancara responden menggunakan telepon pada 23-24 Desember 2023.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
-
Apa itu data statistik? Data statistik sangat diperlukan dalam sebuah survey atau perhitungan. Namun apa itu data statistik? Simak jenis data statistik dan contohnya berikut ini.
"Dengan demikian literasi keuangan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar mereka benar-benar paham dengan karakteristik itu termasuk risiko biaya kalau ada kewajiban, karakteristik terhadap produk atau layanan jasa keuangan yang diakses atau dibelinya," katanya dalam media briefing, Selasa (27/9).
Di samping itu, OJK juga memahami adanya pandemi Covid-19 yang telah mengakibatkan adanya penurunan aktivitas ekonomi dan juga menurunkan kinerja sektor jasa keuangan. Oleh karenanya, sebagai otoritas industri keuangan OJK terus mendukung berbagai upaya dalam mendorong inklusi keuangan di Tanah Air.
"Inklusi keuangan memiliki peran yang penting dan strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 ini," jelasnya.
Tak hanya itu, OJK bersama kementerian lembaga serta industri jasa keuangan lainnya juga secara proaktif terus mendukung pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional yang diinisiasi oleh pemerintah. Ini untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19 melalui berbagai kebijakan program maupun kegiatan.
"Dalam rangka peningkatan dan pemahaman penggunaan produk atau layanan jasa keuangan oleh masyarakat sehingga dapat mendorong pencapaian target inklusi keuangan di tahun 2024 90 persen," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
OJK berkomitmen akan terus mengedukasi masyarakat mengenai sektor jasa keuangan pada berbagai aspek.
Baca SelengkapnyaPihaknya memberikan edukasi finansial kepada masyarakat termasuk pengenalan produk keuangan, dan manajemen keuangan dalam kehidupan setelah pernikahan.
Baca SelengkapnyaJumlah pengaduan konsumen terkait sektor jasa keuangan yang diterima YLKI mencapai 38,20 persen pada 2023.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, industri fintech menunjukkan kinerja yang baik.
Baca SelengkapnyaSedangkan indeks literasi keuangan syariah tercatat lebih rendah mencapai 39,11 persen dan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.
Baca SelengkapnyaHasil SNLIK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen. Sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.
Baca SelengkapnyaOJK telah menerima 288.000 permintaan layanan melalui aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK).
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaPesatnya teknologi digital saat ini membuat masyarakat dapat dengan mudah melakukan aktivitas keuangan.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, tingkat inklusi keuangan di Indonesia masih rendah.
Baca Selengkapnya