OJK Sebut Industri Asuransi Sumbang Rp 9,2 T Defisit Transaksi Berjalan di 2019
Merdeka.com - Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Riswinandi, memaparkan bahwa sektor industri asuransi turut berperan dalam besaran defisit neraca perdagangan yang mencapai USD 30 miliar. Hal ini direfleksikan dari data statistik yang diterbitkan OJK, defisit transaksi berjalan sektor asuransi mencapai Rp 9,2 triliun pada 2019.
"Oleh karena itu, ke depannya perusahaan asuransi umum dan asuransi domestik perlu meningkatkan kemandirian dalam hal upaya penguatan daya saing perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para perusahaan asuransi pun reasuransi internasional," ujar Riswinandi dalam sesi Webinar bersama LPPI pada Kamis (24/9).
Bila diukur dengan pendekatan penetrasi asuransi, daya saing asuransi di Indonesia memang masih relatif tertinggal. Di negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia sudah tembus di angka 4 persen, sedangkan Indonesia pada tahun 2018 masih hanya 0,44 persen.
-
OJK sebut kondisi apa di sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Apa yang dipastikan OJK mengenai sektor jasa keuangan? Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kinerja sektor jasa keuangan sangat baik di tengah kondisi global yang penuh tantangan.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK melihat sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Siapa yang mengeluarkan dana Rp 30 miliar? Pengusaha asal Amerika Serikat, Bryan Johnson menghabiskan USD2 juta atau Rp30,9 miliar per tahun demi memuluskan blueprint yang dia sebut mengembalikan usia muda.
"Menurut kami, daya saing penguatan pelaku industri asuransi, khususnya reasuransi dilalui oleh faktor dukungan permodalan sebagai basis untuk menentukan kapasitas penerapan risiko asuransi di dalam negeri," ungkap Riswinandi.
Namun demikian, masih adanya jarak atau gap yang tidak seimbang antara perusahaan reasuransi profesional dengan perusahaan asuransi komersial, baik umum maupun jiwa. Hal ini kemudian menjadi salah satu alasan mengapa masih minimnya risiko asuransi di dalam negeri yang bermuara pada terjadinya defisit transaksi berjalan di sektor industri asuransi.
OJK Dorong Konsolidasi Asuransi
Maka dari itu, OJK mendorong dan sangat mendukung adanya konsolidasi antar pelaku industri asuransi dalam rangka membentuk perusahaan reasuransi domestik dengan dukungan kapasitas potensi yang lebih besar. "Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk menyerap risiko asuransi domestik secara lebih optimal dan mengurangi defisit transaksi berjalan pada sektor industri asuransi," kata Riswinandi.
Sementara itu, kondisi pandemi saat ini juga menunjukkan peran penting dalam pemanfaatan teknologi informasi yang tentunya akan semakin mendukung meningkatnya daya saing para pelaku industri asuransi nasional. Terlebih, saat ini sudah tercipta lebih banyak transformasi digital dalam berbagai sektor.
"Perusahaan asuransi perlu melakukan transformasi supaya dapat mengoptimalkan teknologi informasi dan digital. Menurut hemat kami, hal ini merupakan salah satu syarat untuk dapat membantu perusahaan asuransi juga menjangkau calon nasabah dan dapat memberikan pelayanan yang optimal di tengah pandemi COVID 19 ini," jelasnya.
Meskipun tengah mengalami badai cobaan di masa pandemi, kondisi sekarang hendaknya dilihat sebagai suatu momentum bagi perusahaan asuransi maupun reasuransi untuk mengakselerasikan perubahan perilaku konsumen dalam bertransaksi. "Terlebih saat ini, konsumen enggan untuk keluar rumah dan lebih memilih melakukan berbagai transaksi secara digital," tambahnya.
Adapun, transformasi digital ini juga memiliki risiko tersendiri jika diterapkan pada masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masih rendahnya literasi asuransi di Indonesia, yang hanya sebanyak 19,4 persen, masih jauh ketimbang literasi perbankan yang hanya 36,12 persen. Sehingga, perlu banyak gubahan dari perusahaan asuransi dan reasuransi dalam perjalanan menuju transformasi digital agar nasabahnya tidak miskomunikasi.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di sisi lain, aset asuransi non komersial tercatat sebesar Rp219,58 triliun. Ini mencakup asuransi BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Taspen, dan Asabri.
Baca SelengkapnyaAset industri asuransi di Mei 2024 mencapai Rp1.120,57 triliun, angka ini naik 1,3 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaPer Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).
Baca SelengkapnyaAda peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan nilai aset pada industri asuransi tidak hanya swasta, BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja juga mengalami kenaikan aset.
Baca SelengkapnyaDefisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.
Baca SelengkapnyaPencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan premi pada lini usaha yang menjadi core competence perusahaan.
Baca SelengkapnyaEkosistem investasi yang terjaga stabil di awal tahun 2024 memberikan kepercayaan kepada investor.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaOgi menuturkan, pengawasan khusus dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya untuk kepentingan pemegang polis.
Baca SelengkapnyaSampai Desember 2023, BRI Life mencatat aset investasi sebesar Rp19 triliun atau meningkat 11,8 persen dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar Rp17,0 triliun.
Baca SelengkapnyaDian Ediana Rae merincikan utang Sritex kepada bank mencapai Rp14,42 triliun, sementara kepada perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp0,22 triliun.
Baca Selengkapnya