Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

OJK Sebut Industri Asuransi Sumbang Rp 9,2 T Defisit Transaksi Berjalan di 2019

OJK Sebut Industri Asuransi Sumbang Rp 9,2 T Defisit Transaksi Berjalan di 2019 Asuransi. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Riswinandi, memaparkan bahwa sektor industri asuransi turut berperan dalam besaran defisit neraca perdagangan yang mencapai USD 30 miliar. Hal ini direfleksikan dari data statistik yang diterbitkan OJK, defisit transaksi berjalan sektor asuransi mencapai Rp 9,2 triliun pada 2019.

"Oleh karena itu, ke depannya perusahaan asuransi umum dan asuransi domestik perlu meningkatkan kemandirian dalam hal upaya penguatan daya saing perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para perusahaan asuransi pun reasuransi internasional," ujar Riswinandi dalam sesi Webinar bersama LPPI pada Kamis (24/9).

Bila diukur dengan pendekatan penetrasi asuransi, daya saing asuransi di Indonesia memang masih relatif tertinggal. Di negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia sudah tembus di angka 4 persen, sedangkan Indonesia pada tahun 2018 masih hanya 0,44 persen.

Orang lain juga bertanya?

"Menurut kami, daya saing penguatan pelaku industri asuransi, khususnya reasuransi dilalui oleh faktor dukungan permodalan sebagai basis untuk menentukan kapasitas penerapan risiko asuransi di dalam negeri," ungkap Riswinandi.

Namun demikian, masih adanya jarak atau gap yang tidak seimbang antara perusahaan reasuransi profesional dengan perusahaan asuransi komersial, baik umum maupun jiwa. Hal ini kemudian menjadi salah satu alasan mengapa masih minimnya risiko asuransi di dalam negeri yang bermuara pada terjadinya defisit transaksi berjalan di sektor industri asuransi.

OJK Dorong Konsolidasi Asuransi

Maka dari itu, OJK mendorong dan sangat mendukung adanya konsolidasi antar pelaku industri asuransi dalam rangka membentuk perusahaan reasuransi domestik dengan dukungan kapasitas potensi yang lebih besar. "Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk menyerap risiko asuransi domestik secara lebih optimal dan mengurangi defisit transaksi berjalan pada sektor industri asuransi," kata Riswinandi.

Sementara itu, kondisi pandemi saat ini juga menunjukkan peran penting dalam pemanfaatan teknologi informasi yang tentunya akan semakin mendukung meningkatnya daya saing para pelaku industri asuransi nasional. Terlebih, saat ini sudah tercipta lebih banyak transformasi digital dalam berbagai sektor.

"Perusahaan asuransi perlu melakukan transformasi supaya dapat mengoptimalkan teknologi informasi dan digital. Menurut hemat kami, hal ini merupakan salah satu syarat untuk dapat membantu perusahaan asuransi juga menjangkau calon nasabah dan dapat memberikan pelayanan yang optimal di tengah pandemi COVID 19 ini," jelasnya.

Meskipun tengah mengalami badai cobaan di masa pandemi, kondisi sekarang hendaknya dilihat sebagai suatu momentum bagi perusahaan asuransi maupun reasuransi untuk mengakselerasikan perubahan perilaku konsumen dalam bertransaksi. "Terlebih saat ini, konsumen enggan untuk keluar rumah dan lebih memilih melakukan berbagai transaksi secara digital," tambahnya.

Adapun, transformasi digital ini juga memiliki risiko tersendiri jika diterapkan pada masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masih rendahnya literasi asuransi di Indonesia, yang hanya sebanyak 19,4 persen, masih jauh ketimbang literasi perbankan yang hanya 36,12 persen. Sehingga, perlu banyak gubahan dari perusahaan asuransi dan reasuransi dalam perjalanan menuju transformasi digital agar nasabahnya tidak miskomunikasi.

Reporter Magang: Theniarti Ailin

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Data OJK: Premi Asuransi Tembus Rp210 Triliun, Klaim Dibayar Rp166 Triliun per Mei 2024
Data OJK: Premi Asuransi Tembus Rp210 Triliun, Klaim Dibayar Rp166 Triliun per Mei 2024

Di sisi lain, aset asuransi non komersial tercatat sebesar Rp219,58 triliun. Ini mencakup asuransi BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Taspen, dan Asabri.

Baca Selengkapnya
OJK Catat Aset Industri Asuransi Naik Jadi Rp1.120 Triliun pada Mei 2024
OJK Catat Aset Industri Asuransi Naik Jadi Rp1.120 Triliun pada Mei 2024

Aset industri asuransi di Mei 2024 mencapai Rp1.120,57 triliun, angka ini naik 1,3 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?
OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?

Per Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).

Baca Selengkapnya
Aset Industri Reasuansi Indonesia Capai Rp34 Triliun dan Klaim Rp53 Triliun Per 2022
Aset Industri Reasuansi Indonesia Capai Rp34 Triliun dan Klaim Rp53 Triliun Per 2022

Ada peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.

Baca Selengkapnya
Aset Industri Asuransi-Dana Pensiun Tumbuh 2,08 Persen pada Februari 2024
Aset Industri Asuransi-Dana Pensiun Tumbuh 2,08 Persen pada Februari 2024

Tren kenaikan nilai aset pada industri asuransi tidak hanya swasta, BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja juga mengalami kenaikan aset.

Baca Selengkapnya
Bayar Utang Program PEN, Anggaran BI Tahun 2024 Bengkak Rp29,29 Triliun
Bayar Utang Program PEN, Anggaran BI Tahun 2024 Bengkak Rp29,29 Triliun

Defisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.

Baca Selengkapnya
BUMN Jasindo Catat Kenaikan Laba 656 Persen, Tembus Rp120 Miliar di Semester I-2024
BUMN Jasindo Catat Kenaikan Laba 656 Persen, Tembus Rp120 Miliar di Semester I-2024

Pencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan premi pada lini usaha yang menjadi core competence perusahaan.

Baca Selengkapnya
Investasi Asuransi Jiwa Capai Rp12,32 Triliun di Q1 2024
Investasi Asuransi Jiwa Capai Rp12,32 Triliun di Q1 2024

Ekosistem investasi yang terjaga stabil di awal tahun 2024 memberikan kepercayaan kepada investor.

Baca Selengkapnya
Top! Neraca Dagang Indonesia Kembali Surplus 41 Bulan Berturut-turut
Top! Neraca Dagang Indonesia Kembali Surplus 41 Bulan Berturut-turut

Catatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya
Data Terbaru: 7 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus OJK
Data Terbaru: 7 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus OJK

Ogi menuturkan, pengawasan khusus dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya untuk kepentingan pemegang polis.

Baca Selengkapnya
Naik 55 Persen, Asuransi BRI Life Raup Untung Rp535 Miliar Sepanjang 2023
Naik 55 Persen, Asuransi BRI Life Raup Untung Rp535 Miliar Sepanjang 2023

Sampai Desember 2023, BRI Life mencatat aset investasi sebesar Rp19 triliun atau meningkat 11,8 persen dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar Rp17,0 triliun.

Baca Selengkapnya
OJK Ungkap Jumlah Utang Sritex, Ternyata Capai Rp14 Triliun ke 27 Bank dan 3 Perusahaan Pembiayaan
OJK Ungkap Jumlah Utang Sritex, Ternyata Capai Rp14 Triliun ke 27 Bank dan 3 Perusahaan Pembiayaan

Dian Ediana Rae merincikan utang Sritex kepada bank mencapai Rp14,42 triliun, sementara kepada perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp0,22 triliun.

Baca Selengkapnya