Pakar ini sebut industri sawit bukan penyebab emisi karbon udara
Merdeka.com - Pakar ilmu tanah dan gambut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Basuki Sumawinata menyebut, komoditas sawit bukan penyebab terjadinya emisi karbon di udara. Sebab, sawit tidak mengeluarkan karbon sebagaimana tanaman lainnya, dan sawit mengalami proses fotosintesis, mengambil karbondioksida dan mengeluarkan oksigen.
"Dari mana teorinya fotosintesa malah mengeluarkan emisi karbon? Yang mengeluarkan gas karbon paling besar itu pembakaran fossil, dari bahan organik kita ubah jadi CO2. Kalau dari sawitnya sendiri tidak mungkin mengeluarkan karbon. Sekarang karena sawit ditanam di tanah, gambutnya akan didekomposisi mengeluarkan CO2, dasarnya apa orang mengatakan gambutnya akan turun (jika ditanam sawit)?" ujarnya di Jakarta, Senin (29/2).
Menurutnya, jika lahan gambut dibakar menjadi CO2, memang akan terjadi emisi karbon. Apabila tidak dibakar, gambut itu akan padat karena di-drain, airnya keluar dan akan padat, tetapi karena ada udara, mikroorganisme akan memanfaatkannya untuk badannya, dimakan, didekomposisi menghasilan CO2 halus.
-
Bagaimana efek rumah kaca terjadi? Proses efek rumah kaca adalah kondisi yang terjadi ketika sinar matahari masuk ke atmosfer bumi dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
-
Bagaimana fotosintesis berevolusi? Mengubah pandangan kita terhadap evolusi Bumi, penelitian ini menyoroti evolusi kehidupan dan membuka pintu wawasan baru terhadap sejarah fotosintesis.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
-
Siapa penyebab efek rumah kaca? Di mana aktivitas manusia menjadi faktor paling besar dalam memproduksi gas-gas yang menimbulkan pemanasan atmosfer.
-
Di mana efek rumah kaca terjadi? Efek rumah kaca adalah kondisi di mana atmosfer bumi mengalami pemanasan zat-zat gas tertentu.
"Benda kasar kalau dimakan bakteri akan jadi halus, semakin halus maka semakin padat. Kalau semakin padat maka kapiler air akan naik ke atas, bakterinya akan mati lagi. Jadi akan terjadi keseimbangan, tidak mungkin turun terus," jelas dia.
Di samping itu, Basuki menambahkan, cerita bahwa gambut habis bukan tidak pernah ada. Itu terjadi ketika dulu pemerintah membuka program transmigrasi, mananam padi, pembersihan lahannya pun dianjurkan dengan cara dibakar dan tidak dikasih pupuk. Karena dibakar terus tiap tahun, gambut habis.
"Lalu orang-orang bikin pengandaian, persamaan regresi, jika setahun turun sekian sentimeter maka sekian tahun gambut akan habis. Tapi kalau cara buka lahannya benar, mari kita lihat bagaimana kota-kota di Sumatera atau di kampung-kampung, menanam kelapa dan karet di lahan gambut, itu mereka menanam dari tahun 20-an. Kalau betul seperti itu, setahun 10 sentimeter, sekarang sudah hampir seratus tahun, itu berapa meter (turunnya)? Kenyataannya masih begitu-begitu saja," ungkapnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian Pertanian, sawit mempunyai kemampuan menyerap CO2 yang tinggi (251,9 ton/ha/th), dan ini sangat berguna dalam mengurangi konsentrasi CO2 di udara. Pada aspek ekofisiologis, sawit membawa keuntungan karena kemampuan fiksasi CO2, kemampuan produksi O2 (183,2 ton/ha/th) dan biomassa (C) yang tinggi.
Produksi biomassa perkebunan kelapa sawit juga dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan hutan tropis. Limbah kelapa sawit baik pohon, pelepah, tandan buah kosong dan cangkang merupakan sumber energi yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar nabati dan menekan penggunaan bahan bakar fosil, sehingga secara signifikan akan menurunkan emisi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini merespon pernyataan Presiden Joko Widodo yang akan memberikan sanksi kepada industri yang tidak memasang perangkat pengontrol polusi.
Baca SelengkapnyaDengan bisnis yang ada saat ini, pada tahun 2030 nanti total emisi karbon yang diproduksi PTPN adalah 2,35 juta Ton CO2 equivalen.
Baca SelengkapnyaFokus penelitian untuk peningkatan produksi biogas yang ramah lingkungan melalui tandan kosong kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPetani sawit merupakan pilar penting dalam industri sawit di Indonesia karena kontribusinya sekitar 41 persen.
Baca SelengkapnyaSemula pajak karbon akan mulai diterapkan pada tahun 2022, namun kebijakan tersebut ditunda hingga 2025 mendatang.
Baca SelengkapnyaSebagai wujud nyata, Sido Muncul mengelola air limbah menjadi bahan bakar.
Baca SelengkapnyaSIG telah menggunakan biomassa pada pabrik-pabrik milik perseroan mencapai 2,7 juta ton untuk bahan bakar selama 2022.
Baca SelengkapnyaSekretaris Daerah Kalimantan Timur, Sri Wahyuni menyebut bahwa potensi pembangunan hijau di Kaltim sangat besar.
Baca SelengkapnyaGibran mengaku akan terus mendorong transisi menuju energi hijau.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan kajian Asian and Pacific Economic Review (APER) di kawasan ASEAN, Eniya menyebut angka investasi hijau saat ini lebih tinggi 70 persen.
Baca Selengkapnya