Pandemi Covid-19 Sebabkan Banyak Pekerja Kota Kembali ke Desa untuk Menjadi Petani
Merdeka.com - Ekonom Senior INDEF, Bustanul Arifin, mengatakan kenaikan jumlah tenaga kerja selama pandemi Covid-19 pada 2020 di sektor pertanian menjadi beban baru. Hal ini diperkirakan karena mereka yang kehilangan mata pencaharian di perkotaan pindah ke desa, lalu bekerja di sektor pertanian.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja pertanian naik dari 36,71 juta (27,53 persen) pada Agustus 2019 menjadi 41,13 juta (29,76 persen) pada Agustus 2020. Menurut Bustanul, kenaikan itu menjadi beban pertanian karena membuat produktivitas tenaga kerja pertanian menurun.
"Sektor pertanian kembali menjadi tumpuan dan menjadi beban baru. Mereka pindah ke sektor pertanian dan pedesaan karena sektor kota kolaps," tutur Bustanul dalam diskusi INDEF "Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita Atau Fatamorgana?" pada Rabu (17/2).
-
Mengapa perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian? Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, dan terjadinya banjir.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Mengapa petani di Eropa beralih ke pertanian? Salah satu kemungkinan adalah mereka melihat gaya hidup baru ini menawarkan sumber daya yang lebih dapat diprediksi.
-
Apa dampak kenaikan gaji perangkat desa? Kenaikan gaji juga akan meningkatkan tingkat profesionalisme aparatur desa. Ketika gaji yang diterima mencerminkan nilai dari pekerjaan yang dilakukan, perangkat desa akan merasa lebih dihargai dan terdorong untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya.
Kendati sektor pertanian mengalami pertumbuhan 1,75 persen pada tahun lalu, dia menekankan bahwa sektor pertanian tidak boleh menanggung beban ini terlalu lama untuk menjaga produktivitas.
"Kalau mampu menanggung bagus, tapi kalau tidak maka konsekuensinya pada penurunan produktivitas dan ini akan menjadi hal yang sangat serius. Kita mungkin tidak mampu menahan terlalu banyak," sambungnya.
Sektor Pertanian Butuh Suntikan Investasi
Produktivitas sektor pertanian saat ini cukup rendah. Berdasarkan data INDEF, Faktor Produktivitas Total (TFP) sektor pertanian dalam 15 tahun terakhir rendah, bahkan semakin menurun. Terlebih jika ditambah dengan tenaga kerja baru dari perkotaan.
Oleh sebab itu, sektor pertanian dinilai membutuhkan akumulasi kapital yang mampu mendorong perubahan teknologi pertanian. Ini untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
"Saya usul memang perubahan teknologi. Dari situ, TFP bisa perlahan meningkat," jelas Bustanul.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kalau pada masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor pertanian. Sekarang 25 persen."
Baca SelengkapnyaKeputusannya menjadi petani justru memberikan pendapatan lebih dibanding menjadi karyawan dengan upah minimum.
Baca SelengkapnyaPrevalensi pekerjaan kelas menengah mengalami penurunan dari 14 menjadi 9 persen.
Baca SelengkapnyaJumlah masyarakat berstatus sebagai pekerja meningkat 2,66 juta orang dari tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaJumlah PHK di Jakarta pada Januari-Juni 2024 menembus 7.469 orang. Angka itu bertambah 6.786 orang atau 994% atau hampir 1.000% dibandingkan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaPenduduk yang bekerja terdiri dari pekerja penuh sebanyak 96,39 juta orang, pekerja paruh waktu 34,12 juta orang, dan setengah pengangguran 9,34 juta orang.
Baca SelengkapnyaHadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaBMKG memperingatkan, musim kemarau pada tahun 2023 akan lebih kering dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnya