Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pantang Mundur, Presiden Jokowi Lawan Uni Eropa soal Hilirisasi dan Ekspor Nikel

Pantang Mundur, Presiden Jokowi Lawan Uni Eropa soal Hilirisasi dan Ekspor Nikel Presiden Jokowi. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Jalan terjal reformasi ekonomi mengadang ketika Badan Penyelesaian Sengketa (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada memenangkan gugatan Uni Eropa atas Indonesia terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel Oktober 2022 lalu.

Kekalahan di WTO sempat dikhawatirkan menjadi batu sandungan untuk mempercepat hilirisasi dan industrialisasi di Tanah Air. Bangsa yang kaya akan sumber daya alam ini tentunya sudah jera setelah puluhan tahun hanya menjadi eksportir bahan mentah tanpa menghasilkan nilai tambah.

Namun pemerintah sudah mengambil sikap. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan tegas mengatakan bahwa hilirisasi komoditas tambang harus terus berjalan. Menurut Jokowi, hilirisasi menjadi bentuk komitmen Pemerintah RI. Sehingga Indonesia bukan hanya dikenal sebagai pengekspor bahan mentah alias raw material saja.

"Sekali lagi, meskipun kita kalah di WTO, kalah kita urusan nikel ini digugat oleh Uni Eropa dibawa ke WTO kita kalah, enggak apa-apa. Kalah saya sampaikan ke menteri, banding," tegas Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 di Ritz-Carlton Hotel Jakarta, Rabu (30/11).

Presiden Jokowi memahami larangan ekspor bahan mentah tambang dari Indonesia akan merugikan banyak negara lain yang selama ini terlena dengan kebijakan longgar atas sumber daya alam Indonesia. Dalam hal nikel, Uni Eropa (UE) merasa tidak nyaman dengan larangan ekspor mineral logam itu karena dapat mengganggu pertumbuhan industri baja antikarat (stainless steel) di negara-negara anggota blok tersebut.

Nikel kerap disebut sebagai the mother of industry karena pengolahan jenis logam ini menghasilkan produk turunan ke banyak sektor yang dibutuhkan manusia seperti sendok, baterai, telepon genggam, hingga kendaraan.

Nikel juga diprediksi akan menjadi primadona seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku mineral logam itu untuk produksi baterai dan kendaraan listrik yang digadang-gadang sebagai salah satu industri masa depan.

Indonesia menguasai lebih dari 20 persen total ekspor nikel dunia. Indonesia juga menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.

Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, cadangan bijih nikel yang terkira adalah sebanyak 3,74 miliar wet metric ton (wmt) dan yang terbukti sebanyak 1,49 miliar wmt sehingga total cadangan bijih nikel yang ada di Indonesia sebanyak 5,24 miliar wmt.

Namun sebagai negara yang berdaulat dan berpegangan pada konstitusi UUD 1945, Indonesia mutlak melakukan hilirisasi karena sumber daya alam harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanpa hilirisasi, rakyat hanya menikmati segelintir manfaat dari kekayaan alam.

Pemerintah memahami hilirisasi sepatutnya sudah dilakukan sejak lama. Hilirisasi memiliki tujuan baik yakni untuk memberikan nilai tambah ekonomi atas kekayaan alam, menciptakan banyak lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara.

Maka itu, alih-alih gentar, Presiden semakin bersemangat melanjutkan hilirisasi. Proses pengolahan bahan mentah tambang akan dilanjutkan ke komoditas lain seperti bauksit, tembaga, timah, dan emas. "Baru 2 bulan lalu kita kalah tapi keberanian kita hilirisasi barang-barang mentah itu yang terus kita lanjutkan meski kita kalah di WTO," kata Presiden Jokowi di hadapan ribuan sukarelawannya.

Tidak hanya nikel, Indonesia terus menunjukkan keseriusan dalam mendorong komoditas tambang lainnya. Upaya hilirisasi itu ditunjukkan dengan getolnya pemerintah dan swasta membangun instalasi pemurnian dan pengolahan (smelter).

Saat ini Indonesia sudah memiliki 21 smelter, dan direncanakan akan bertambah tujuh smelter pada tahun ini. Sebanyak 21 smelter tersebut terdiri atas 15 smelter nikel, dua smelter bauksit, 1 smelter mineral besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mineral mangan.

Cerita Larangan Ekspor Nikel Sejak 2020

Indonesia menerapkan larangan ekspor bijih nikel sejak Januari 2020 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Sejak 2 tahun diberlakukan larangan ekspor nikel, Indonesia memetik cukup banyak manfaat. Hal itu menjadi salah satu dorongan agar pemerintah menerapkan kebijakan serupa untuk komoditas tambang lain.

Presiden menyebut nilai ekspor bahan mentah nikel sebelum memasuki proses hilirisasi hanya Rp15 triliun. Angka itu meningkat drastis hingga Rp360 triliun ketika bahan mentah nikel diolah terlebih dahulu untuk menjadi produk setengah jadi atau jadi.

Nilai bijih nikel yang diolah menjadi feronikel akan naik hingga 10 kali lipat, sedangkan jika diolah menjadi baja antikarat (stainless stell) akan bertambah 19 kali lipat.

Selain nikel, komoditas tambang lain pun dikenal memiliki efek pengganda ekonomi ketika mengalami proses hilirisasi. Misalnya, bauksit yang diolah dan dimurnikan menjadi alumina akan bernilai delapan kali lipat. Alumina yang ditingkatkan menjadi aluminium akan bernilai hingga 30 kali lipat dibandingkan dengan saat masih berupa bijih bauksit.

Hilirisasi dimaknai Presiden Jokowi sebagai salah satu fondasi ekonomi Indonesia yang harus dibangun dan selalu diperkuat. Dalam berbagai taklimatnya, Presiden menyatakan upaya membangun dan memperkuat fondasi ekonomi jangan berhenti hingga 2024 atau ketika masa pemerintahannya habis.

Fondasi ekonomi yang salah satunya hilirisasi harus terus diperkuat agar daya saing Indonesia terus meningkat. Indonesia memiliki cita-cita agar ketika merayakan ke-100 kalinya peringatan Kemerdekaan RI pada 2045, ekonomi domestik dapat menjadi lima besar dunia.

Karena itu fondasi harus terus diperkokoh. Hilirisasi harus terus diperjuangkan. Langkah pemerintah yang akan mengajukan banding atas putusan Badan Sengketa WTO sudah tepat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah sedang menyiapkan materi banding atas putusan WTO tersebut. Simpulan putusan DSB WTO adalah kebijakan larangan ekspor dan kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral nikel di Indonesia terbukti melanggar ketentuan WTO Pasal XI.1 GATT 1994 dan tidak dapat dijustifikasi dengan Pasal XI.2 (a) dan XX (d) GATT 1994.

Hal penting yang perlu ditindaklanjuti Menteri ESDM adalah agar Indonesia menyiapkan materi banding dengan argumentasi yang kuat agar kekalahan tak berulang, sembari mempercepat pembangunan infrastruktur untuk hilirisasi seperti halnya smelter.

Di sisi lain, Indonesia juga perlu bersiap jika Uni Eropa menyiapkan langkah retaliasi (pembalasan) melalui cara lain yang dapat mengancam perekonomian Indonesia.

Perlu diingat bahwa sebagai penganut sistem ekonomi terbuka, Indonesia memiliki kepentingan terhadap pasar dan interkoneksi ekonomi global. Kepentingan kerja sama multilateral perlu dipertahankan tanpa mengabaikan kepentingan dalam negeri.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi: Kita Jadi Bangsa Pemalas Jika Hanya Jual Bahan Mentah
Jokowi: Kita Jadi Bangsa Pemalas Jika Hanya Jual Bahan Mentah

Indonesia kaya dengan sumber daya alamnya, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan.

Baca Selengkapnya
Tak Takut Digugat, Jokowi Bakal Setop Ekspor Tembaga dan Timah Mentah
Tak Takut Digugat, Jokowi Bakal Setop Ekspor Tembaga dan Timah Mentah

Pemerintah tengah bersiap menghentikan ekspor bahan mentah tembaga dan timah. Ekspor baru dilakukan setelah dilakukan hilirisasi.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Sudah 400 Tahun Kita Ekspor Bahan Mentah, Sejak Zaman VOC
Jokowi: Sudah 400 Tahun Kita Ekspor Bahan Mentah, Sejak Zaman VOC

Kejadian serupa juga terjadi pada tahun 1970 dan 1980, saat komoditas yang dimiliki banyak oleh Indonesia tidak memberikan nilai tambah bagi penerimaan negara.

Baca Selengkapnya
Jalan Hilir Jokowi
Jalan Hilir Jokowi

Setelah merebut hulu, Jokowi merangsek ke hilir. Dan ini bukan hanya tentang kedaulatan, ini tentang cara berdagang ribuan lowongan bagi kita

Baca Selengkapnya
Ambisi Luhut Ingin Bawa Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel
Ambisi Luhut Ingin Bawa Indonesia Jadi Penentu Harga Nikel

Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel di dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Hormat Luhut untuk Presiden Jokowi: Beliau Meninggalkan Legacy, Tak Mudah Dibentuk oleh Orang Lain
Hormat Luhut untuk Presiden Jokowi: Beliau Meninggalkan Legacy, Tak Mudah Dibentuk oleh Orang Lain

Luhut mengakui Presiden Jokowi telah menjadikan Indonesia sebagai negara industri hilirisasi.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Bahlil Berani Lawan Negara Lain
VIDEO: Bahlil Berani Lawan Negara Lain "Sorry Bos Menteri Jokowi Enggak Bisa Ditipu!"

Bahlil membahas terkait kepemimpinan hingga stategi hilirisasi menuju Indonesia Emas 2024.

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Kesal Ada Negara-Negara yang Tak Senang Indonesia Maju
Menteri Bahlil Kesal Ada Negara-Negara yang Tak Senang Indonesia Maju

Ada beberapa negara yang tak setuju dengan berbagai kebijakan pemerintah Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jokowi Dorong Hilirisasi Agar RI Tak jadi Bangsa Pemalas: Ini akan Berbuah Manis
Jokowi Dorong Hilirisasi Agar RI Tak jadi Bangsa Pemalas: Ini akan Berbuah Manis

Jokowi tak ingin Indonesia hanya menjual bahan mentah tanpa nilai tambah.

Baca Selengkapnya
Pesan Jokowi ke Presiden Selanjutnya: Jangan Hentikan Hilirisasi, Rugi Besar Kita
Pesan Jokowi ke Presiden Selanjutnya: Jangan Hentikan Hilirisasi, Rugi Besar Kita

Dia meminta hilirisasi industri dengan menghentikan ekspor bahan mentah tetap dilanjutkan meski Indonesia kalah atas gugatan Uni Eropa, WTO, hingga IMF.

Baca Selengkapnya
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport

Jokowi menyebut, Indonesia kini memegang saham 51 persen dari PT Freeport dan ditargetkan akan menjadi 61 persen.

Baca Selengkapnya
Jokowi Yakin Prabowo Mulai Hilirisasi di Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kelautan
Jokowi Yakin Prabowo Mulai Hilirisasi di Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kelautan

Prabowo bakal melanjutkan untuk hilirisasi sektor lain seperti pertanian, perkebunan, hingga kelautan.

Baca Selengkapnya