Pasar produk bayi di Indonesia tembus Rp 88,1 triliun di 2017
Merdeka.com - Pasar delapan kategori produk bayi dan anak berusia di bawah dua tahun (baduta) di Indonesia pada tahun 2017 mencapai Rp 88,1 triliun. Pasar terbesar adalah produk toiletries sebesar Rp 22,4 triliun (25,4 persen), disusul produk rekreasi sebesar Rp 14,9 triliun (16,9 persen), kemudian produk susu formula/UHT sebesar Rp 14,8 triliun (16,8 (persen), dan produk diaper sebesar Rp 14 triliun (15,9 persen).
Direktur PT Sigma Research Indonesia, Nurjannah Andi Lemmung mengatakan, besarnya populasi bayi dan anak berusia dua tahun (baduta) di Indonesia membuat segmen pasar produk tersebut menjadi segmen pasar yang potensial dan sangat menarik untuk digarap.
"Pada tahapan baduta, orangtua cenderung memanjakan anak dengan memberikan produk berkualitas terbaik untuk anak mereka, terutama para ibu baru," katanya dalam seminar CBME Asia Tenggara dengan tema 'Bagaimana Memiliki Bisnis Produk Bayi yang Menguntungkan' di Jakarta.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun.
-
Produk apa yang paling dicari di Sumatera dan Jawa? Dimulai dari ujung Barat Indonesia, berbagai produk Fashion seperti Celana Perempuan, dan Batik menjadi ragam produk lokal yang paling banyak dibeli masyarakat seiring pesatnya perkembangan tren fashion di dua pulau ini.
-
Bagaimana penjualan bayi di Depok? Polda Bali dan Polres Depok, Jawa Barat, memeriksa Yayasan Luh Luwih Bali yang berlokasi di Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, terkait sindikat jual beli bayi melalui media sosial Facebook yang terjadi di wilayah Depok, Jawa Barat.
-
Siapa yang menganalisis makanan bayi di pasaran? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients ini menganalisis lebih dari 600 produk dari 10 supermarket terbesar di Amerika Serikat.
-
Apa bukti nyata pertumbuhan Startup Indonesia? 'Salah satu bukti nyata adalah pencapaian Endeavor Indonesia yang berhasil menambah 9 Endeavor Entrepreneurs hingga berjumlah total 104 dari 78 perusahaan pada tahun ini,' jelas dia.
Menurutnya, peluang segmen pasar baduta Indonesia semakin menggiurkan karena diiringi dengan besarnya peningkatan jumlah kelas menengah yang dikenal gemar berbelanja. Populasi kelas menengah ke atas (dengan pengeluaran lebih dari Rp 3 juta per bulan) mencapai 66,31 persen dari total penduduk di Indonesia.
Data besarnya segmen pasar produk baduta tersebut menurut Nurjannah, diperoleh dari Studi Perilaku Belanja Ibu dengan Anak Di Bawah Dua Tahun atau Moms and Baby Survey (MBS 2017) yang dilakukan oleh PT Sigma Research Indonesia. Studi tersebut dilaksanakan belum lama ini di 11 kota besar di Indonesia, melalui riset deskriptif secara kuantitatif dengan kuesioner terstruktur dan wawancara tatap muka (face to face interview) pada 800 orang ibu yang memiliki anak di bawah usia dua tahun (baduta) dari kelompok pengeluaran kelas menengah atas.
Nurjannah menambahkan, selain untuk memperoleh gambaran tentang perilaku belanja, tujuan dilakukannya studi adalah juga untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan media sosial para ibu yang memiliki bayi dan anak di bawah usia dua tahun. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, saat ini keberadaan internet yang canggih merupakan sebuah solusi yang memberikan semua kemudahan dan kenyamanan.
Salah satu aktivitas online yang banyak dilakukan para ibu adalah mengakses sosial media dan chatting. Media sosial saat ini dapat menjadi fasilitator penting dalam berbagai kegiatan.
"Tak hanya remaja, sosial media yang dimiliki oleh para ibu baduta juga terbilang besar. Facebook merupakan akun media sosial yang paling banyak ibu baduta miliki dengan persentase mencapai hingga 88,6 persen. Akun media sosial berikutnya yang juga banyak ibu miliki adalah Whatsapp (80,9 persen), Instagram (50,7 persen), Line (50,7 persen) dan Google+ (47,4 persen)."
Ditemukan pada studi, lebih dari 50 persen Ibu Baduta sering mengakses akun media sosial yang mereka miliki.
Nurjannah mengatakan, penggunaan internet dalam memperoleh informasi dan berkomunikasi oleh para ibu baduta di Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah dan cukup tinggi frekuensi penggunaannya. Perangkat smartphone dan laptop merupakan 2 perangkat digital yang paling populer dan dipakai oleh ibu baduta. Kepemilikan smartphone paling tinggi, di mana 91,0 persen ibu baduta memilikinya dan 33,4 persen ibu baduta memiliki laptop.
"Dibandingkan dengan studi yang kami lakukan pada 2015 lalu, penggunaan media sosial Indonesia oleh ibu baduta sedikit mengalami penurunan di tahun 2017, dari 84,9 persen menjadi 82,9 persen. Sementara penggunaan aplikasi chatting meningkat tipis, dari 81,0 persen menjadi 83,6 persen," jelasnya.
Meski menurun, media sosial banyak digunakan oleh ibu baduta yang berperan sebagai rumah tangga (84,0 persen) di kelas menengah atas dengan usia sekitar 26-35 tahun (85,1 persen), yang justru berperan sebagai 'decision maker' dalam pembelanjaan rumah tangga, khususnya dalam hal membeli perlengkapan bayi.
"Kami menemukan rata-rata belanja online ibu baduta dalam membeli produk bayi sebesar Rp 172.000 setiap kali transaksi," ungkap Nurjannah.
Nurjannah melanjutkan, perilaku belanja online dan tingginya penggunaan media sosial dapat dimanfaatkan oleh produsen produk baduta untuk memasarkan dan memperkuat branding image produk mereka. Media Sosial adalah salah satu dari beberapa solusi untuk melibatkan antara merek(produk) dengan pelanggan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cosmobeauté Indonesia merambah sektor baru dalam industri kecantikan dengan kehadiran perusahaan yang fokus pada produk perawatan kulit.
Baca Selengkapnya"Setiap tahun ada 78.000 bayi meninggal dari 4,6 juta yang dilahirkan," kata Budi.
Baca SelengkapnyaArmida terdorong untuk mempromosikan padu padan kain nusantara pada desain pakaian kekinian untuk anak dan bayi dengan merk Littlekaaya.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), industri ini mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 10-15% per tahun sejak 2019.
Baca SelengkapnyaIndonesia semakin memiliki daya tarik dan diharapkan semakin banyak investasi untuk di sektor parekraf.
Baca SelengkapnyaDalam praktik jual beli bayi ini, kedua tersangka ini modus memanfaatkan bayi yang berasal dari hubungan di luar nikah.
Baca SelengkapnyaJika ada yang mau menjual bayi maka akan diberikan sejumlah uang. Kisarannya antara Rp 10-15 juta yang dijual di Bali.
Baca Selengkapnya798.107 Ribu balita di DKI Jakarta rawan gizi. Dari total itu, 36 ribu balita tercatat mengalami masalah gizi.
Baca SelengkapnyaKemenperin mencatat industri tersebut mencakup 99,7 persen dari total unit usaha industri di Indonesia, menyerap 12,37 juta tenaga kerja.
Baca Selengkapnya99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
Baca Selengkapnya