Pasca restrukturisasi, Merpati ikut jejak Garuda terbang tinggi?

Merdeka.com - PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang nyaris bangkrut, kembali ditolong pemerintah. Perusahaan pelat merah ini mendapat lampu hijau untuk memperoleh skema restrukturisasi utang non-tunai berbentuk saham dari pemerintah. Syaratnya, bisa memberikan skema bisnis yang meyakinkan bulan depan.
Total utang Merpati mencapai Rp 6,7 triliun. Selain tanggungan pada pemerintah Rp 2 triliun, di luar pajak, maskapai ini juga punya utang kepada 20 BUMN lain, khususnya PT Pertamina. Selain skema PMN, nantinya utang pada sesama perusahaan pelat merah diubah menjadi saham. Pemutihan utang Merpati ini juga memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Maskapai sejawat Merpati, Garuda Indonesia, juga pernah mengalami masa-masa terlilit utang besar setelah dihantam krisis moneter pada 1998. Seperti Merpati, Garuda kala itu berhasil keluar dari lubang jarum dengan skema restrukturisasi utang.
Garuda memutuskan untuk merestrukturisasi utang sejak 2005. Kala itu posisi utang Garuda total sebesar USD 868 juta. 5 Tahun berselang atau pada 2010, utang berhasil direstrukturisasi menjadi tinggal USD 464 juta.
Garuda menurunkan jumlah utang dengan mencicil pokok dan bunga, membeli kembali utang, dan proses konversi utang menjadi kepemilikan saham (equity conversion).
Saat ini, Garuda telah berhasil terbang tinggi. Maskapai pimpinan Emirsyah Satar ini telah berhasil membeli pesawat baru sebagai modal ekspansi rute penerbangan.
Sejumlah penghargaan pun berhasil dikantonginya. Beberapa penghargaan itu antara lain "Maskapai Pilihan Penumpang" untuk rute-rute Australia-Asia (Australasia), oleh lembaga Airline Passenger Experience Association (APEX) yang berkedudukan di Kota New York, Amerika Serikat dan "The World's Best Economic Class" dari Lembaga pemeringkat airline independen, Skytrax. Posisi Garuda kini juga ada di peringkat 8, dalam daftar "The World Top 10 Airlines" oleh Skytrax.
Pengamat penerbangan, Alvin Lie, menilai langkah penghapusan utang Merpati tidak cukup membuat kinerja maskapai ini sehat kembali. Menurutnya, Merpati memerlukan tambahan modal. Kini tergantung dari keputusan politik pemerintah.
"Kalau ingin Merpati tetap hidup pemerintah harus putuskan Merpati sebagai layanan perintis, yang tidak dilayani maskapai lain, atau dijadikan komersial seperti yang lain. Kalau mau komersil harus ditambah suntikan modal. Sedangkan kalau Merpati diposisikan sebagai layanan publik ya harus disubsidi," jelasnya saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Selasa (12/11) malam.
Sementara pihak pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menegaskan, pasca pemutihan utang, Merpati harus segera mencari investor sebagai modal ekspansi bisnis.
"Menambah pesawat tidak harus beli. Bisa kerja sama, bisa sewa, kalau bukunya sudah bersih dari utang, Merpati bisa cari partner untuk mengembangkan perusahaan," ujarnya.
Meskipun skema restrukturisasi menemui jalan terang, bukan berarti nasib Merpati aman. Menurut Dahlan itu baru opsi pertama.
Jika pemutihan utang tak bisa dimanfaatkan direksi mencari rekanan, masih ada jalan terakhir. Yakni, status Merpati diubah jadi anak perusahaan sesama maskapai pelat merah, Garuda Indonesia.
"Misalnya paling jelek enggak dapat partner, kemungkinan terakhir, digabungkan ke Garuda juga oke. Kan utangnya sudah bersih, enggak membebani Garuda," ungkapnya. (mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya