Pembangkit listrik 35.000 MW tak beroperasi sesuai target, ini sebabnya
Merdeka.com - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Andy Noorsaman Sommeng menegaskan bahwa pengunduran masa operasi pembangkit listrik bagian dari program 35 ribu Mega Watt (MW) bukan karena defisit neraca berjalan.
Dia menegaskan, mundurnya pengoperasian pembangkit tidak bisa dikaitkan dengan defisit neraca berjalan Indonesia yang terjadi pada Agustus 2018.
Andy menjelaskan, mundurnya pengoperasian pembangkit tersebut untuk menyesuaikan pertumbuhan ekonomi dengan kebutuhan listrik. Saat program 35 ribu MW diluncurkan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 7 hingga 8 persen. Namun, pada kenyataannya saat ini pertumbuhan ekonomi hanya berada di kisaran 5 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Bagaimana cara mobil listrik mempengaruhi jumlah pekerjaan? Pekerjaan yang berkaitan dengan pengelasan, pengolahan logam, serta manajemen bisnis dan administrasi diperkirakan akan berkurang seiring dengan meningkatnya penggunaan mobil listrik.
-
Mengapa program Listrik Desa diluncurkan? Keinginan itu dimulai dari Bantul pada Mei 2015, Pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 MW melengkapi 7.000 MW yang sudah dibuat pemerintah sebelumnya.
-
Apa itu energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana Pertamina mendorong pertumbuhan ekonomi? 'Karena inilah kekuatan Indonesia,'ujar Nicke.
Kondisi ini membuat prediksi pertumbuhan konsumsi listrik meleset, sehingga pemenuhan kebutuhan listrik melalui pembangunan pembangkit 35 ribu MW yang dijadwalkan selesai 2019, sebagian diundur pengoperasian pembangkitnya.
"Bahwa pertumbuhan tidak sama dengan launching 35 ribu MW. Dari situ kami atur berapa kebutuhan pertumbuhan listrik. Kalau dulu kan elastisitasnya pertumbuhan dan kebutuhan energi itu 1,5 kalinya pertumbuhan ekonomi. Tapi kemarin elastisitasnya agak turun," ucap Andy di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (24/9).
Menurut Andy, pembangkit yang berpotensi diundur operasinya adalah yang belum melakukan penyelesaian pembiayaan (financial close), dengan total kapasitas 12,5 ribu MW.
"Dengan dasar itu, lalu ada kaitannya dengan defisit neraca perdagangan. Waktu itu memang Perlu dilihat mana yang udah Financial Cloes dan belum. Ternyata ada 15,2 ribu MW," tandasnya.
Andy menjelaskan, Kementerian ESDM dan PT PLN (persero) telah mengatur ulang jadwal pengoperasian pembangkit bagian dari 35 ribu MW, hal tersebut telah diatur dalam Rencana Usaha Penyediaan Ketenaga Listrikan (RUPTL) 2018-2027. "Tapi sebenarnya dari tenaga listrik, di dalam RUPTL 2018-2027 itu kita sudah mencocokan," tutur Andy.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembangunan pembangkit listrik dan jaringan transmisi masih jauh dari target.
Baca SelengkapnyaPermasalahan kelebihan pasokan listrik akan teratasi dengan adanya peningkatan konsumsi listrik.
Baca SelengkapnyaRealisasi capaian pembangkit pada periode 2023 sebesar 4.182,2 megawatt.
Baca SelengkapnyaPembangunan infrastruktur pendukung energi bersih di lapangan terhambat.
Baca SelengkapnyaPemerintah target mencapai bauran EBT 23 persen di 2025.
Baca SelengkapnyaKalau dihitung, jumlah tersebut masih jauh dari target 50.000 unit.
Baca SelengkapnyaTarif adjustment listrik merupakan ketentuan tarif listrik bagi pelanggan non subsidi yang dievaluasi setiap tiga bulan secara berkala.
Baca SelengkapnyaRealisasi program insentif kendaraan listrik, baik mobil listrik maupun motor listrik belum maksimal.
Baca SelengkapnyaPertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaSikap sejumlah negara untuk pensiun PLTU batu bara saling berbeda.
Baca SelengkapnyaMacetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaTarget 8 persen baru bisa terwujud selama Prabowo menjabat sebagai presiden 5 tahun.
Baca Selengkapnya