Pembelian SBN BI di Pasar Perdana Capai Rp142 Triliun Hingga 15 Oktober 2021
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebagai dukungan pembiayaan APBN 2021 terus dilakukan. Hingga 15 Oktober 2021, ia menyebutkan pembelian SBN oleh BI di pasar perdana tersebut mencapai angka Rp 142,74 triliun.
“yang terdiri dari Rp 67,28 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO),” katanya dalam Konferensi Pers KSSK, Rabu (27/10).
Selain itu, dari sisi makroprudensial, BI juga melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan beberapa aspek yang mencakupnya. Diantaranya rasio Countercyclical Capital Buffer (CcyB) sebesar 0 persen.
-
Apa aset BRI saat ini? Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian pada September 2023, Aset BRI mencapai Rp1.851,97 T atau tumbuh 9,93% (yoy).
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana cara berinvestasi SBN melalui BRImo? Gimana caranya? 1. Login apliksi BRImo dan pilih fitur e-SBN.2. Klik Register SBN, lalu akan muncul informasi produk SBN berupa keuntungan dan persyaratannya.3. Masukkan informasi data diri dan pekerjaan serta pilih rekening penerimaan yang akan digunakan. 4. Masukkan PIN dan proses pendaftaran investor akan diverifikasi oleh sistem.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Apa yang BNI lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? BNI terus berupaya menjadi katalisator pertumbuhan perekonomian Indonesia melalui agenda transformasi yang dijalankan secara komprehensif dan tetap relevan dengan kebutuhan nasabah.
Lalu, rasio Intermediasi Makroprudensial pada kisaran 84-94 persen. serta Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial sebesar 6 persen dengan fleksibilitas repo sebesar 6 persen dan PLM Syariah sebesar 4,5 persen dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5 persen.
“Selain itu, BI melanjutkan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru, serta melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit atau Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100 persen untuk bank yang memenuhi NPL/NPF tertentu,” paparnya.
Sementara itu, kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) juga diperkuat dengan pendalaman asesmen transmisi SBDK dan suku bunga kredit baru per sektor/subsektor ekonomi.
Implementasi BI-FAST
Lebih lanjut, Perry menuturkan dari sisi sistem keuangan, BI menetapkan implementasi digitalisasi sistem pembayaran BI-FAST tahap pertama sejak pekan kedua Desember 2021.
“BI-Fast adalah infrastruktur pembayaran ritel dengan nilai sampai dengan 250 juta yang terus menerus bekerja 24 jam per 7 hari. Sertamerta real time dan dengan biaya yang murah 2500 rupiah ke nasabah, dari BI ke perbankan hanya 19 rupiah, ini adalah dedikasi kami bersama industri untuk mengakselerasi digitalisasi ekonomi keuangan secara nasional,”
Dengan mendorong akselerasi perluasan merchant QRIS, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah terkait pelaksanaan uji coba digitalisasi bansos dan elektronifikasi transaksi Pemerintah untuk mendorong realisasi belanja Pemerintah, serta memperpanjang masa berlaku kebijakan Kartu Kredit.
“22 bank telah siap untuk mengimplementasikan BI-FAST, kami mengajak bank dan lembaga non bank untuk ikut dalam mengimplementasikan BI-FAST,” katanya.
Di bidang kebijakan internasional, BI mengakselerasi implementasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi dengan negara mitra melalui penguatan sinergi bersama Pemerintah, KSSK, perbankan, dan dunia usaha.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaSRBI akan mulai diimplementasikan pada 15 September 2023 sebagai instrumen operasi moneter rupiah kontraksi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaKontribusi terhadap penerimaan negara tersebut berasal dari sumbangan pajak sebesar Rp53,4 triliun dan dividen Rp23,6 triliun.
Baca SelengkapnyaIni membuktikan bahwa respons kebijakan kenaikan BI rate maupun kenaikan suku bunga SRBI memang berhasil menarik masuk aliran modal asing.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaPencapaian laba ini didukung kinerja kredit yang mengalami percepatan di kuartal kedua.
Baca SelengkapnyaPasca publikasi Laporan Keuangan Kuartal I Tahun 2024, harga saham BRI terpantau mengalami koreksi signifikan.
Baca SelengkapnyaPembiayaan utang pada semester I-2023 mencapai Rp166,5 triliun, menurun 15,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca Selengkapnya