Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah akui BLSM tak efektif tekan angka kemiskinan

Pemerintah akui BLSM tak efektif tekan angka kemiskinan Hatta bagikan BLSM . ©2013 Merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - Selepas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, pemerintah mengandalkan paket kompensasi supaya warga miskin tak terpukul. Hasilnya, kebijakan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang jadi andalan, tak terlalu efektif, sehingga warga tak mampu malah bertambah.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengakui, kebijakan bagi-bagi uang Rp 600.000 untuk masyarakat miskin empat bulan setelah BBM naik kurang efektif. Itupun diwarnai dengan pelbagai masalah di lapangan, terutama akibat kisruh pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang jadi dasar pembagian BLSM.

"Waktu persiapan program perlindungan sosial selepas kenaikan BBM sangat singkat, khususnya untuk koordinasi dan sosialisasi dengan aparat di daerah," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/1).

Orang lain juga bertanya?

Ditemui terpisah, Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Bappenas Vivi Yulaswati menyatakan BLSM memang dihinggapi banyak masalah. Per 2 Januari, dari total anggaran BLSM Rp 9,3 triliun, yang tersalurkan 97 persen.

Pada pembagian BLSM tahap pertama, 314.000 KPS dikembalikan, sedangkan tahap kedua 378.000 kartu yang kembali ke PT Pos sebagai pelaksana pembagian uang itu. Itu pun masih ada 200.000 kartu, disebut Vivi masih 'gentayangan'.

"Jadi ada sekitar 200.000-an KPS gentayangan, tidak jelas, apakah hilang, atau disimpan oleh siapa. Ada yang sepertinya masih disimpan oleh kepala desa," ujarnya.

Sedangkan dari total 403.227 KPS yang dikembalikan ke pemerintah dengan pelbagai alasan, cuma 333.331 rumah tangga yang memanfaatkan. Artinya, dana BLSM tidak seluruhnya tersalur ke masyarakat miskin.

Muara dari semua persoalan itu adalah KPS. Ada ketidaksesuaian data kartu yang dilansir Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan rakyat dengan realitas di lapangan.

"Kita mengeluarkan KPS niatnya supaya lebih tepat sasaran. Namun ketika sosialisasi ternyata tidak semudah pada saat kita merencanakan," kata Vivi.

Masalah lain, karena BLSM dibagi saat inflasi menggila, dampak negatif di masyarakat semakin bertambah. Survei Bappenas di 13 kota/kabupaten, uang Rp 600.000 untuk empat bulan itu, rata-rata hanya bertahan untuk 15 hari. Vivi menunjukkan, sebagian warga miskin kebanyakan menggunakan BLSM untuk bayar utang, malah sebagian mengurangi investasi untuk pendidikan, karena coba mengirit belanja setelah memperoleh dana kompensasi BBM itu.

"Kemudian, ada juga terjadi perselisihan keluarga. Ya kan ada yang bapaknya dapat, anaknya enggak," urainya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Efek Bansos terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Efek Bansos terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengamat Ekonomi INDEF Nailul Huda mengatakan, bansos menjaga daya beli masyarakat kelas miskin

Baca Selengkapnya
Jarang Terjadi, Pemerintah China Salurkan BLT Demi Dongkrak Ekonomi
Jarang Terjadi, Pemerintah China Salurkan BLT Demi Dongkrak Ekonomi

Langkah ini menuai reaksi positif, hanya saja juga muncul kekhawatiran akan digunakan untuk orang tidak bertanggungjawab.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah: Orang Miskin Bukan Kendaraan Politik
Said Abdullah: Orang Miskin Bukan Kendaraan Politik

Said Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi.

Baca Selengkapnya
Politisi PDIP Sebut Pembagian Bansos Dimanfaatkan untuk Kepentingan Elektoral
Politisi PDIP Sebut Pembagian Bansos Dimanfaatkan untuk Kepentingan Elektoral

Pemerintah disebut tidak lagi menggunakan data Kemensos, melainkan data Kemenko PMK.

Baca Selengkapnya
Dirut Bulog Bantah Program Bansos Beras Jadi Pemicu Kenaikan Harga Beras
Dirut Bulog Bantah Program Bansos Beras Jadi Pemicu Kenaikan Harga Beras

Mengingat program ini hanya ditujukan kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdata di Kementerian Sosial.

Baca Selengkapnya
10 Tahun Menjabat, Jokowi Dianggap Gagal Atasi Kemiskinan Ekstrem
10 Tahun Menjabat, Jokowi Dianggap Gagal Atasi Kemiskinan Ekstrem

Target tingkat kemiskinan diiturunkan pada periode kedua Jokowi dalam RPJMN 2020-2024.

Baca Selengkapnya
Daya Beli Masyarakat Turun, Menko Airlangga Banggakan Program PKH dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan
Daya Beli Masyarakat Turun, Menko Airlangga Banggakan Program PKH dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Airlangga menuturkan jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) yang terdaftar melalui Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan angka yang terlalu rendah.

Baca Selengkapnya
Tanggapi Kritik Anies, Repnas Tegaskan Bansos Bantu Kurangi Dampak Kesulitan Hidup
Tanggapi Kritik Anies, Repnas Tegaskan Bansos Bantu Kurangi Dampak Kesulitan Hidup

Program bansos biasanya lebih terstruktur dan melibatkan sistem keamanan sosial yang kuat.

Baca Selengkapnya
Jadi Menteri ESDM, Bahlil Beri Perintah Selesaikan Aturan Pembatasan Konsumsi Pertalite dan Solar dalam Tiga Pekan
Jadi Menteri ESDM, Bahlil Beri Perintah Selesaikan Aturan Pembatasan Konsumsi Pertalite dan Solar dalam Tiga Pekan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah memberikan arahan kepada jajarannya untuk menyelesaikan kebijakan tersebut.

Baca Selengkapnya
Penyaluran Kerap Tak Tepat Sasaran, BBM Subsidi untuk Nelayan Bakal Dihapus?
Penyaluran Kerap Tak Tepat Sasaran, BBM Subsidi untuk Nelayan Bakal Dihapus?

Ini tanggapan Menteri Trenggono soal penghapusan BBM subsidi untuk nelayan.

Baca Selengkapnya
Kejar Target Penurunan Kemiskinan, Wapres Ma'ruf Amin Minta Anggaran Subsidi Dikaji Ulang
Kejar Target Penurunan Kemiskinan, Wapres Ma'ruf Amin Minta Anggaran Subsidi Dikaji Ulang

Angka kemiskinan nasional berdasar data BPS masih 9,36 persen, jauh di atas target pada RPJMN 2020-2024 sebesar 6,5 – 7,5 persen.

Baca Selengkapnya
2023 Segera Berakhir, Tapi Penyaluran BLT El Nino Belum Capai Target
2023 Segera Berakhir, Tapi Penyaluran BLT El Nino Belum Capai Target

Penyaluran BLT El Nino sampai 21 Desember 2023 baru mencapai Rp6,72 triliun.

Baca Selengkapnya