Pemerintah Cetak Utang Rp443 Triliun Hingga Semester I-2021
Merdeka.com - Kementerian Keuangan melaporkan untuk memenuhi pembiayaan pemerintah pada semester I-2021, Pemerintah mencetak utang Rp 443,04 triliun. Realisasi pembiayaan utang terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp 463,98 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar negatif Rp20,95 triliun.
"Realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp 443,04 triliun atau 37,6 persen, terdiri dari realisasi SBN (Neto) 463,98 triliun dan realisasi pinjaman (neto) sebesar negatif 20,95 triliun," dikutip dari Buku APBN KiTa Juli 2021, Jakarta, Sabtu (24/7).
Lebih rinci, realisasi pinjaman terdiri dari realisasi penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 330,4 miliar, pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp 620,3 miliar, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp 22,46 triliun dan realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar negatif Rp 43,11 triliun.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Bagaimana cara Bank Pemerintah mengelola keuangan negara? Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat.
Realisasi pembiayaan anggaran hingga Juni 2021 mencapai Rp 419,16 triliun atau 41,7 persen target APBN. Sumber pembiayaan tersebut terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp 443,04 triliun, pembiayaan investasi sebesar negatif 25,56 triliun, pemberian pinjaman sebesar Rp1,62 triliun, dan pembiayaan lainnya sebesar Rp 0,1 triliun.
Kebutuhan pembiayaan utang melalui penerbitan SBN menurun sebagai dampak dari penurunan nominal defisit, optimalisasi penggunaan SAL, dan penyesuaian utang jatuh tempo.
Masih mengutip sumber yang sama, dengan target defisit APBN tahun 2021 yang sebesar 5,7 persen, pembiayaan anggaran ditargetkan sebesar Rp1.006,38 triliun. Terutama dipenuhi melalui pembiayaan utang sebesar Rp1.177,4 triliun.
Pembiayaan memegang peran penting untuk mendukung akselerasi pelaksanaan PEN, defisit APBN masih terjaga, mencapai Rp 283,24 triliun atau 1,72 persen terhadap PDB hingga akhir Semester I. Hal ini sejalan dengan kebijakan countercyclical yang dilakukan pada semester pertama.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaRealisasi belanja negara tumbuh sebesar 10,9 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaAdapun APBN per Januari 2024 mencatatkan surplus Rp31,3 triliun atau 0,14 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaPendapatan negara jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan yakni 7,6 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaPembiayaan utang pada semester I-2023 mencapai Rp166,5 triliun, menurun 15,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah melebihi target Undang Undang (UU) APBN untuk tahun 2023 yang hanya Rp2.463,2 triliun.
Baca SelengkapnyaReliasasi belanja negara sebesar Rp184,2 triliun atau 5,5 persen dari pagu tahun 2024 yakni Rp3.325, 1 triliun.
Baca Selengkapnya