Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah cuek petani alih profesi jadi penambang batu akik

Pemerintah cuek petani alih profesi jadi penambang batu akik Pameran batu akik di Pamulang. ©2014 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Fenomena batu mulia atau biasa disebut batu akik semakin moncer belakangan ini. Harga jual yang tinggi menarik perhatian masyarakat untuk ikut menekuni bisnis ini.

Banyak petani berbondong-bondong beralih profesi jadi penambang atau pedagang batu akik dibanding mengurus ratusan hektar sawah. Alasannya, berjualan batu akik lebih mendatangkan keuntungan besar dibanding menjadi petani.

Fenomena ini dikhawatirkan mengganggu target swasembada pangan nasional. Namun Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil tidak mempersoalkan banyaknya petani alih profesi jadi penambang dan penjual batu akik.

Orang lain juga bertanya?

"Ya kalau batu akik bisa bikin duit lebih banyak kenapa tidak? Nanti (sawahnya) diberesin lagi," kata Sofyan di Jakarta, Selasa (17/2).

Penurunan jumlah petani tidak hanya terjadi di saat heboh batu akik. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah keluarga petani di Indonesia berkurang hingga 5 juta. Dia melihat fenomena ini wajar terjadi.

Namun agar penurunan jumlah keluarga petani tidak semakin drastis, pemerintah tengah mengupayakan memberi insentif. Tujuannya agar para petani tetap mau bekerja di sawah.

"Penurunan jumlah keluarga petani. Maka pemerintah berikan insentif dengan memberikan alat produksi pertanian. Itu (penurunan keluarga petani) tren yang umum di mana-mana," terangnya.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Edy mengatakan, penurunan produksi ini disebabkan petani memilih meninggalkan lahan untuk sementara waktu karena harga jenis karet mentah bongkahan berkisar Rp4.000 hingga Rp 5.000 per kg.

"Lahan dibiarkan begitu saja karena jika disadap uang dari getah sangat sedikit, rasanya tidak sebanding," kata Alex.

Dia menambahkan, meski harga sudah berada di titik terendah tapi sebagian besar petani karet Sumsel masih berproduksi lantaran tidak memiliki alternatif lain. Namun, karena impitan ekonomi ini, sejumlah petani juga banyak memutuskan beralih profesi dengan menjadi buruh dan pedagang batu akik.

"Bisa jadi, sejumlah petani karet ada yang beralih menjadi pedagang batu akik karena sedang marak saat ini dan sangat menjanjikan keuntungan," ungkapnya. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Miris Pendapatan Petani di Indonesia Masih di Bawah UMP, Rata-Rata Rp1 Juta
Miris Pendapatan Petani di Indonesia Masih di Bawah UMP, Rata-Rata Rp1 Juta

Jumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Ironi Kerusakan Sawah Jambi & Bisnis Gelap yang Menggiurkan
Ironi Kerusakan Sawah Jambi & Bisnis Gelap yang Menggiurkan

4.000 hektare lingkungan yang rusak di Kabupaten Merangin akibat PETI.

Baca Selengkapnya
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang

Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.

Baca Selengkapnya
Jumlah Petani Terus Berkurang, Pemkab Banyuwangi Janji Modal Usaha Pertanian ke Anak Muda
Jumlah Petani Terus Berkurang, Pemkab Banyuwangi Janji Modal Usaha Pertanian ke Anak Muda

Miris, jumlah petani di Banyuwangi terus berkurang. Pemkab Banyuwangi janji beri modal bisnis pertanian anak muda.

Baca Selengkapnya
Petani Indonesia Tetap Miskin Meski Harga Pangan di Pasar Terus Naik, Pendapatan Setahun Cuma Rp5,4 Juta
Petani Indonesia Tetap Miskin Meski Harga Pangan di Pasar Terus Naik, Pendapatan Setahun Cuma Rp5,4 Juta

Terutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Kehidupan Warga Pulau Rempang Terancam Terusir dari Tanah Leluhur
FOTO: Potret Kehidupan Warga Pulau Rempang Terancam Terusir dari Tanah Leluhur

Investasi besar-besaran dari China mengancam kehidupan warga Pulau Rempang yang telah berada di pulau itu lebih dari seabad lalu.

Baca Selengkapnya
Desa di Kalsel Ini Dulunya Jadi Tujuan Transmigrasi Era Soeharto, Kini Hilang karena Pembangunan Tambang Batu Bara
Desa di Kalsel Ini Dulunya Jadi Tujuan Transmigrasi Era Soeharto, Kini Hilang karena Pembangunan Tambang Batu Bara

Nantinya tempat itu akan jadi area tambang karena di dalam tanah desa itu terkandung batu bara.

Baca Selengkapnya
Kecewa Harga Cabai Cuma Rp3.000 Per Kilogram, Petani Babat Tanaman Siap Panen
Kecewa Harga Cabai Cuma Rp3.000 Per Kilogram, Petani Babat Tanaman Siap Panen

Normalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000  per kilogram.

Baca Selengkapnya
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD

Kondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.

Baca Selengkapnya
5 Fakta Sawah di Kota Malang Berkurang Drastis Bikin Kelimpungan, Tak Bisa Penuhi Kebutuhan Konsumsi Beras Warganya
5 Fakta Sawah di Kota Malang Berkurang Drastis Bikin Kelimpungan, Tak Bisa Penuhi Kebutuhan Konsumsi Beras Warganya

Pemkot Malang membidik anak muda agar mau jadi petani.

Baca Selengkapnya
Nestapa Warga Babel Terimbas Aksi Culas Harvey Moeis Cs, Jual Timah di Pinggir Jalan
Nestapa Warga Babel Terimbas Aksi Culas Harvey Moeis Cs, Jual Timah di Pinggir Jalan

Saksi yang hadir dalam persidangan pada Kamis, 12 September 2024 antara lain warga Keposang Toboali Kabupaten Bangka Selatan Suyatno alias Asui selaku pengepul

Baca Selengkapnya
Prihatin dengan Pertanian di Tanah Air, Pria Brebes Ini Rela Pulang ke Indonesia Setelah 6 Tahun Kerja di Jepang
Prihatin dengan Pertanian di Tanah Air, Pria Brebes Ini Rela Pulang ke Indonesia Setelah 6 Tahun Kerja di Jepang

Sebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.

Baca Selengkapnya