Pemerintah Diprediksi Tak Naikkan Harga BBM Pekan Ini, Cek Sederet Alasannya
Merdeka.com - Pemerintah terus memberi sinyal akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Terkini sejumlah menteri tengah berkumpul di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk membahas rencana kenaikan harga BBM..
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi memperkirakan, pemerintah belum akan mengumumkan kenaikan harga BBM sampai pekan depan. Alasannya, berapa pun kenaikan harga BBM pasti akan berdampak pada kenaikan inflasi.
"Feeling saya mengatakan bahwa Jokowi tidak akan pernah mengumumkan kenaikan harga BBM Subsidi pekan ini, bahkan pekan depan sekali pun," kata Fahmy kepada wartawan, Jakarta, Rabu (23/8).
-
Kapan harga BBM Pertamina diubah? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM? Dia menambahkan komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku. Jadi kalau harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut. 'Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM,' kata Tauhid.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM non subsidi? Harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
"Alasannya, kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10.000 dan harga Solar menjadi Rp8.500 sudah pasti akan menyulut inflasi," sambung dia.
Dia menjelaskan, kontribusi inflasi kenaikan harga Pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen. Sedangkan kenaikan harga Solar diperkirakan sebesar 1,04 persen.
"Sehingga sumbangan inflasi kenaikan Pertalite dan Solar diperkirakan bisa mencapai 1,97 persen," katanya.
Perkiraan Inflasi Jika Harga BBM Naik
Fahmy mengatakan inflasi pada Juli 2022 sudah mencapai 5,2 persen (yoy). Jika BBM bersubsidi naik, total inflasi bisa mencapai 7,17 persen (yoy) dibandingkan dengan inflasi pada 2021 hanya pada kisaran 3 persen (yoy).
"Dengan inflasi sebesar 7,17 persen akan memperburuk daya beli dan konsumsi masyarakat sehingga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang sudah dicapai dengan susah payah sebesar 5,4 persen," kata dia.
Selain itu, inflasi 7,17 persen akan menaikkan harga-harga kebutuhan pokok yang memperberat beban masyarakat, terutama rakyat miskin. Bahkan kata dia, rakyat miskin yang tidak pernah menikmati subsidi BBM karena tidak punya kendaraan bermotor juga harus berkorban akibat penaikan harga BBM Subsidi.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo mengatakan opsi kebijakan yang akan dipilih terkait subsidi BBM yakni yang tidak memberatkan beban rakyat miskin. Berdasarkan pernyataan tersebut, Fahmy menilai Jokowi tidak akan menaikkan harga BBM subsidi dalam waktu dekat. "Ini karena pertaruhannya cukup besar," imbuhnya.
APBN Tanggung Subsidi
Memang beban APBN untuk subsidi energi semakin membengkak hingga mencapai Rp502,4 triliun. Namun Fahmy mengingatkan beban subsidi tersebut merupakan total anggaran subsidi energi yang dibayarkan pemerintah yakni subsidi BBM, LPG 3 kg dan listrik.
Sedangkan, realisasi yang benar-benar dikeluarkan (cash out flow) per 31 Juli 2022 total subsidi energi baru sebesar Rp88,7 triliun, untuk realisasi anggaran subsidi BBM dan LPG 3 Kg baru sebesar Rp62,7 triliun.
Dengan beban pengeluaran sebesar itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan tambahan kuota Pertalite sebesar 5 juta KL. Selain pengeluaran riil subsidi BBM (cash out flow), ada juga tambahan pemasukan riil (cash inflow) di APBN akibat kenaikan harga komoditi ekspor yang meningkat.
Maka, berdasarkan komposisi tambahan pemasukan dan pengeluaran APBN 2022, Fahmy menilainya kenaikan BBM bersubsidi bukan urgensi bagi pemerintah.
"Sesungguhnya tidak ada urgency menaikkan harga BBM Subsidi pekan ini, bahan tidak juga tahun ini," kata dia mengakhiri.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain itu, konsumsi BBM hingga Mei 2024 juga masih terkendali. Bahkan, konsumsi BBM mengalami tren penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaCorporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan bahwa saat ini Pertamina sedang meninjau kemungkinan penyesuaian harga BBM non-subsidi.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaHarga BBM di SPBU Pertamina tidak mengalami kenaikan per 1 Maret 2024 ini.
Baca SelengkapnyaBenarkah Harga BBM Pertamax Naik Setelah Juni? Begini Penjelasan Menteri ESDM
Baca SelengkapnyaPertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca SelengkapnyaMenurut Menteri ESDm, itu wajar dilakukan saat harga minyak dunia turun imbas gencatan senjata Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaSejumlah badan usaha swasta penyedia BBM semisal Shell Indonesia dan BP AKR terus mendongkrak harga BBM miliknya selama beberapa bulan terakhir.
Baca SelengkapnyaHarga ini berlaku untuk wilayah Jawa dan wilayah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.
Baca SelengkapnyaPerang Israel-Palestina bakal berimbas ke harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaDaftar harga BBM terbaru di SPBU Pertamina per 1 Agustus 2024.
Baca Selengkapnya