Pemerintah nilai putusan BI naikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen tepat
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps juga menjadi 6 persen.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, menyebut bahwa keputusan BI untuk kembali menaikkan suku bunga 50 bps adalah langkah tepat. Sebab, dengan tidak menaikkan atau menahan suku bunga justru ekonomi Indonesia tidak dapat bersaing dengan negara-negara lain.
"Oleh karena itu kita percaya teman-teman di BI, kalau soal harus naik semua orang taulah. Tak ada cara lain, Anda tak naikkan Anda ketinggalan aja. Orang lain naik, itu akan membuat capital flight (pelarian modal)," ungkapnya saat di temui di Hotel Borobudur jakarta, Jumat (29/6).
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Mengapa BNI tingkatkan kredit BUMN? Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan memasuki semester kedua 2023, perseroan mulai melihat banyak BUMN yang berbenah dan siap untuk melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.
-
Kenapa PDB per kapita Indonesia ditargetkan naik? Dia menyebut target ambisius ini mencakup peningkatan PDB sekitar Rp13.000 triliun. kata Dirgayuza dalam acara Economist Gathering INDEF, Jakarta, Senin (29/07). 'Nah, kita punya target selama 5 tahun ke depan untuk meningkatkan PDB kita sebesar sekiranya kurang lebih Rp13.000 triliun. Jadi kita mau naik ke 35.500,' Menurut Setiawan, pencapaian target ini krusial untuk menghindari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) yang dapat menghambat kemajuan ekonomi Indonesia.
Menko Darmin pun menyambut baik langkah yang di ambil oleh BI. "Oleh karena itu, kita sambut apa yang dilakukan BI. Tentu pemerintah punya porsi, tak bisa seluruhnya diserahkan ke BI saja," imbuhnya.
Mantan Gubernur BI periode 2010-2013 ini menilai, kenaikan suku bunga BI juga merupakan respon kebijakan dari suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat yaitu Fed Fund Rate (FFR). Di mana persoalannya adalah Amerika tidak hanya melakukan policy rate, tetapi juga melakukan perang dagang.
Meski demikian, pemerintah terus berupaya melakukan langkah-langkah agar perekonomian Indonesia semakin lebih baik. Terlebih adalah meningkatkan nilai ekspor.
"Walau persoalan gonjang-ganjing di bidang keuangan internasional, moneter, itu garda terdepan memang Bank Indonesia, tapi pemerintah juga harus melakukan langkah-langkah terutama apa saja, yang paling penting dan mendesak sebetulnya mencoba memperbaiki ekspor agar pertumbuhan tak kalah dengan impor sehingga neraca perdagangannya yang 6-7 bulan terakhir ini sudah terlanjur negatif harus didorong berubah ke positif," ujarnya.
Untuk mendorong ekspor, lanjut Menko Darmin, cara yang tepat adalah dengan mempermudah perizinan supaya para investor baik domestik maupun asing mulai tertarik berinvestasi di Indonesia. "Ya mendorong ekspor, pertama memudahkan perizinan supaya investasi banyak masuk. Syukur di bidang yang melakukan ekspor karena selama dua tiga tahun ini investasi yang masuk lebih banyak yang menjual ke dalam karena perdagangan internasional selama ini rendah sekali," pungkasnya
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga dua kali pada Mei 2018. BI masih memberi sinyal untuk kembali menaikkan suku bunga ke depan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kenaikan suku bunga ini tentu saja akan memengaruhi banyak hal, salah satunya adalah investasi di sektor riil.
Peningkatan suku bunga BI akan mendorong kenaikan suku bunga kredit dan hal ini akan membuat para investor menjadi ragu untuk berinvestasi di sektor riil.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPerry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaranĀ 2,5Ā±1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Baca SelengkapnyaSelain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaDiharapkan kinerja mata uang Rupiah terhindar dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnya