Pemerintah Optimalkan Kinerja 7 Sektor Industri Genjot Pertumbuhan Kuartal II 2020
Merdeka.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memprediksi perekonomian nasional masih dihadapkan pada kondisi sulit pada kuartal II tahun ini. Bahkan, dia menyebut kemungkinan besar ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 2,97 persen.
"Pada Q1 memang kita plus 2,97 persen. Itu tergolong baik dibandingkan negara lain yang mengalami kontraksi. Tapi kita lihat Q2 mungkin lebih bawah lagi tumbuhnya," ungkap Menko Luhut dalam sebuah Webinar Gen-Z di kanal Zoom, Jumat (6/5).
Kata Menko Luhut, anjloknya pertumbuhan ekonomi domestik diakibatkan oleh pemberlakuan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang marak dilakukan sejumlah daerah. Imbasnya aktivitas ekonomi menjadi tersendat dalam durasi lama.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
Maka dari itu, dia mengatakan pemerintah fokus menggenjot tujuh sektor industri unggulan yang ditargetkan memberikan sumbangsih hingga 69 persen terhadap ekonomi domestik.
Rinciannya ialah industri pengolahan, industri perdagangan besar maupun eceran, industri reparasi mobil atau motor, industri pertanian, jasa konstruksi, industri pertambangan, dan industri transportasi.
Nantinya, kinerja ketujuh sektor unggulan Indonesia akan dipaksakan untuk bisa seoptimal mungkin. Sehingga pertumbuhan ekonomi nasional dapat tumbuh lebih baik dibandingkan kuartal awal tahun 2020.
"Tapi lihat negara lain juga begitu kondisi ekonominya. Maka, kita masih tergolong baiklah," tegas Menko Luhut.
Pemerintah Ingatkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Akan Terkoreksi Paling Dalam
Kementerian Koordinator Perekonomian memprediksi pertumbuhan perekonomian Indonesia di kuartal II 2020 jatuh paling dalam. Imbasnya, jumlah pengangguran diperkirakan terus meningkat hingga 5,23 juta dan kemiskinan bertambah 4,86 juta.
"Kalau di kuartal I masih di 2,97 persen, kita memperkirakan kuartal II ini akan jatuh sekali kemungkinan minus di bawah growth, artinya siklus kuartal II jatuh paling dalam," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian (Sesmenko), Susiwijono Moegiarso, dalam suatu diskusi online Pactoc Connect, Rabu (3/6).
Susiwijono menyebut penurunan tersebut dipicu akibat lini ekonomi mengalami penurunan signifikan. Selain itu, melambatnya permintaan ekonomi dunia terganggunya rantai pasok penawaran global, serta rendahnya harga komoditas kompak menyebabkan anjloknya volume perdagangan dunia,
"Berbagai sentimen di publik, konsumen, pebisnis, market, dan semuanya semakin mengalami tekanan," ujarnya.
Ditambah lagi banyak pekerja yang terkena PHK. Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, tenaga kerja yang terdampak covid-19 sekitar 3,05 juta orang per 2 Juni 2020, dan memperkirakan tambahan pengangguran bisa mencapai 5,23 juta orang.
"Bappenas memperkirakan tambahan pengangguran 4,2 juta, dan angka kemiskinan dan pengangguran akan terus meningkat, bahkan dalam skenario sangat berat diperkirakan kemiskinan bertambah 4,86 juta orang dan pengangguran bertambah 5,23 juta," ujarnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Luhut menyayangkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa pemerintah sudah melakukan hal yang baik.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaSektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini tercapai, meski sejumlah harga komoditas unggulan terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaKunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan inflasi Indonesia bisa turun di bawah 3 persen.
Baca Selengkapnya7,2 Juta Penduduk Indonesia Jadi Pengangguran, Wamenkeu: Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi
Baca Selengkapnya