Pemerintah Uji Terbang Bioavtur di Pesawat CN235-220, Jadi Sejarah Baru
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia berhasil melakukan uji terbang memakai bahan bakar Bioavtur J2.4 atau avtur sawit. Sebelumnya, Uji terbang dilakukan berlangsung pada Kamis, 9 September 2021 menggunakan Pesawat CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Uji terbang tersebut pada ketinggian 10.000 kaki selama 1 jam 20 menit, sesuai dengan test sequence di sekitar Pelabuhan Ratu Sukabumi pada ketinggian 10.000 kaki.
"Keberhasilan ini akan menjadi Tahap awal dalam peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan energi nasional," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam seremonial keberhasilan uji terbang menggunakan bahan bakar J2.4, Rabu (6/10).
-
Dimana alutsista TNI AU diuji terbang? Tepat 18 Januari 1956, delapan unit Vampire berhasil menjajal uji terbang dari landasan udara Husein Sastranegara, Bandung.
-
Apa nama pesawat yang dibajak? Kronologi Pembajakan Pesawat jenis Vicker Viscount bermesin empat dengan registrasi PK-MVM 'Merauke' ini akan menempuh perjalanan udara menuju Makassar, dilanjutkan ke Surabaya dan berakhir di Jakarta.
-
Siapa pilot pertama Indonesia yang terbang setelah kemerdekaan? Adisutjipto menjadi orang Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat setelah kemerdekaan. Penerbangan itu terjadi 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit.
-
Dimana uji coba taksi terbang di IKN? Di siang hari yang cerah, sebuah benda asing tampak sedang terbang dan lalu lalang di areal Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur pada Senin, 29 Juli 2024.
-
Apa nama pesawat angkut pertama Indonesia? Pesawat DC-3 Dakota kemudian diberi nama 'Seulawah'.
-
Apa bahan bakar pesawat yang diciptakan Sutan Aswar? Melansir dari kanal Liputan6.com, inovasi brilian yang ia ciptakan itu untuk bahan bakar pesawat jenis Anson dan C-47 (pesawat Dakota) dengan kandungan oktan 91, sedangkan pesawat Stinson menggunakan oktan 80.
Dia menjelaskan, sebelumnya dalam Peraturan Kementerian ESDM nomor 12 tahun 2015 telah mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020.
Menurutnya dalam mencapai keberhasilan ini, banyak pihak yang dilibatkan untuk mengembangkan Bio avtur ini, salah satunya dengan Pusat Rekayasa Katalis di Institute Teknologi Bandung (ITB) dengan menggunakan bahan Refined Bleached Deodorized Palm Oil dengan katalis Merah Putih yang diciptakan oleh tim ITB.
Selanjutnya, Menteri ESDM juga berterimakasih kepada PT Pertamina khususnya Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap yang telah berhasil mengembangkan bahan bakar Bioavtur J2.4 yang mengandung 2,4 persen minyak inti kelapa sawit dengan menggunakan katalis.
"Terima kasih tim Pertamina kilang berupaya bisa mendapatkan hasil yang kita saksikan hari ini keberhasilannya. Jadi Kilang Pertamina sudah berhasil memproduksi bioavtur dengan persentase 2,4 persen dan produknya dikenal dengan J2.4," ujarnya.
Menurutnya, setelah melalui serangkaian uji coba, tentu keberhasilan ini menjadi sejarah baru untuk penerbangan Indonesia lantaran menggunakan bahan bakar bio avtur.
"Serangkaian uji coba teknis dilakukan pada tanggal 8 sampai 10 September dan hari ini kita telah melihat sejarah baru yaitu penerbangan perdana yang menggunakan bahan bakar nabati," ujarnya.
Adapun pagi ini kata Menteri ESDM, telah dilakukan uji terbang menggunakan pesawat CN 235 FPB menggunakan bahan bakar Bio avtur dengan jarak Bandung-Jakarta. Demikian, Pemerintah akan terus mengembangkan dan meningkatkan produksi bioavtur ini kedepannya.
"Tentunya, kita tidak akan berhenti dan berpuas diri di tahapan ini penelitian dan pengembangan harus dilakukan untuk nantinya dapat dihasilkan produk J100 dan penggunaan bio avtur dapat diterapkan pada seluruh maskapai di Indonesia dan juga penerbangan mancanegara," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uji terbang dilakukan selama satu jam, dengan melintasi area udara Pelabuhan Ratu.
Baca SelengkapnyaTes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.
Baca SelengkapnyaBioavtur dibawa pesawat terbang di atas 30-40 ribu kaki dengan temperatur -30 sampai -40 derajat Celcius
Baca SelengkapnyaPengembangan SAF merupakan salah satu upaya Pertamina dalam transisi energi, sekaligus mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Baca SelengkapnyaPesawat ini terbang dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Adi Soemarmo.
Baca SelengkapnyaPenggunaan bahan bakar ini akan dilanjutkan ke pesawat komersil untuk uji coba Ground Test hingga Flight Test.
Baca SelengkapnyaPertamina SAF akan diluncurkan melalui misi kolaboratif antara Pertamina dan Garuda Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini buah kelapa menjadi komoditas yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioavtur.
Baca SelengkapnyaPertamina mendukung operasional penerbangan Indonesia dengan penyediaan avtur melalui 72 Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) dan 5 kilang.
Baca SelengkapnyaPGN melibatkan anak perusahaan, PT Gagas Energi Indonesia untuk menindaklanjuti kerja sama pemanfaatan Bio-CNG dengan KIS.
Baca SelengkapnyaSustainable Aviation Fuel (SAF) saat ini telah berhasil lolos uji ground test dan uji terbang pertama.
Baca SelengkapnyaIndonesia diprediksi akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan.
Baca Selengkapnya