Pemprov Aceh pesan 50 unit pesawat N219 Nurtanio buatan PTDI
Merdeka.com - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), Elfien Goentoro dan Gubernur Provinsi Aceh, Irwandi Yusuf menandatangani Framework Agreement tentang pengadaan pesawat N219 Nurtanio serta Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Fasilitas Kedirgantaraan di Aceh.
Pemerintah Provinsi Aceh berminat membeli 50 unit N219 Nurtanio, kerja sama dalam pendirian fasilitas assembly line pesawat terbang N219 Nurtanio di Aceh, termasuk pengembangan Sumber Daya Manusia putra daerah Aceh dalam bidang industri kedirgantaraan.
"PTDI dan Pemprov Aceh juga bekerja sama dalam perawatan pesawat terbang N219 Nurtanio dan kerja sama kajian untuk pendirian fasilitas produksi part dan/atau komponen pesawat terbang N219 Nurtanio di Aceh serta pendirian fasilitas perawatan pesawat terbang termasuk namun tidak terbatas pada pesawat terbang N219 Nurtanio di Aceh," kata Elfien Goentoro dikutip dari keterangannya kepada merdeka.com di Jakarta, Rabu (7/2).
-
Bagaimana pesawat nirawak TNI AU bekerja? Tonny Harjono usai acara HUT ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, menjelaskan pesawat terbang tanpa awak itu berteknologi satelit sehingga mampu mendukung pertempuran 'beyond visual range' (BVR) atau pertempuran udara jarak jauh.
-
Di mana Lion Air melakukan perawatan pesawat? Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional.
-
Kenapa TNI AU membutuhkan pesawat nirawak? 'Mohon doa restunya angkatan udara menjadi angkatan udara yang adaptif mengikuti perkembangan teknologi dan perkembangan situasi nasional, regional, maupun global,' kata Tonny Harjono seperti dilansir dari Antara.
-
Kenapa Aceh kumpulkan dana untuk pesawat? Mengutip laman indonesia.go.id, pertemuan ini menjadi aksi penggalangan dana untuk membeli pesawat tersebut.
-
Siapa yang bertanggung jawab untuk merawat pesawat Lion Air? Sebagai contoh Batik Air, perhitungan dan perencanaan perawatan yang cermat merujuk kepada Maintenance Program Batik Air yang disahkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
-
Apa jenis pesawat yang mereka gunakan? Timm dan Cook mempersiapkan pesawat Cessna 172 dengan berbagai modifikasi, termasuk instalasi tangki bahan bakar tambahan.
Pesawat N219 Nurtanio merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 penumpang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23. Ide dan desain dari pesawat dikembangkan oleh PTDI dengan pengembangan program dilakukan oleh PTDI dan LAPAN.
Pesawat N219 Nurtanio pada dasarnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara nasional di wilayah perintis, dan pesawat N219 Nurtanio dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti angkutan penumpang, angkutan barang maupun ambulan udara.
N219 Nurtanio didesain sesuai kebutuhan masyarakat, terutama di daerah perintis, sehingga memudahkan untuk take-off dan landing di landasan yang pendek dan tidak dipersiapkan, seperti rumput atau bebatuan.
Pesawat N219 Nurtanio juga sangat relevan dengan kondisi alam di Indonesia, yang pada umumnya berbukit-bukit dan terdapat banyak pegunungan. Pesawat N219 Nurtanio memiliki kecapatan (speed) maksimum mencapai 210 knot, dan kecepatan terendah mencapai 59 knota.
"Artinya kecepatan cukup rendah pun pesawat masih bisa terkontrol, ini sangat penting terutama saat memasuki wilayah yang bertebing-tebing, di antara pegunungan yang membutuhkan pesawat dengan kemampuan manuver dan kecepatan rendah."
Pesawat N219 Nurtanio yang pada tanggal 16 Agustus 2017 telah melakukan uji terbang perdana, sampai dengan saat ini masih menjalani serangkaian pengujian sertifikasi. Proses sertifikasi merupakan proses penting untuk menjamin keamanan dan keselamatan karena akan digunakan oleh customer dan masyarakat umum PTDI akan menyiapkan 2 purwarupa pesawat N219 Nurtanio untuk uji terbang hingga mencapai 350 flight hours dan 2 purwarupa lainnya untuk dilakukan fatigue test yang membutuhkan 3.000 cycle fatigue test untuk mendapatkan Type Certificate di akhir tahun 2018.
Pada tahun 2019, pesawat pertama N219 Nurtanio ditargetkan siap dan laik untuk memasuki pasar, dengan First Launch Customer di awal Juli tahun 2019, adalah PT Pelita Air Service.
Pesawat N219 nantinya akan diproduksi secara bertahap. Pada awalnya akan diproduksi 6 unit dengan menggunakan kapasitas produksi eksisting, kemudian dengan menjalankan sistem automasi pada proses manufacturing, secara bertahap kemampuan delivery akan terus meningkat sampai mencapai 36 unit per tahun.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menhan Prabowo Subianto menyerahkan lima unit pesawat NC-212i kepada TNI Angkatan Udara (AU) di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Selasa (12/12) pagi.
Baca SelengkapnyaLima pesawat tersebut merupakan bagian dari pengadaan sembilan unit pesawat NC-212i untuk TNI Angkatan Udara.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi kepercayaan pemerintah Filipina terhadap produk buatan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPrabowo optimis industri pertahanan Indonesia bisa kuat.
Baca SelengkapnyaIndonesia turut menawarkan pesawat CN2335-220 produksi PTDI.
Baca SelengkapnyaTugu pesawat tempur itu diresmikan langsung Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono.
Baca SelengkapnyaSebagian motor yang diserahkan adalah berbasis listrik dan diproduksi oleh PT Pindad.
Baca SelengkapnyaProgram ini menggunakan alutsista yang dimiliki, yakni 2 Unit Pesawat Casa 212-200 dan 2 Unit Helikopter MI-17V5.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga akan kedatangan 42 unit pesawat tempur Rafale secara bertahap sekaligus merencanakan modernisasi radar.
Baca SelengkapnyaMenurut Daniel, pesawat yang diperbaiki bukan hanya milik Lion Air Group, dan dijamin bisa lebih hemat biaya.
Baca SelengkapnyaKebijakan pemerintah membeli 12 pesawat Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar menuai pro dan kontra.
Baca SelengkapnyaLanud Roesmin Nurjadin juga memiliki sebagai pusat latihan TNI AU untuk pesawat tempur
Baca Selengkapnya